Skafisme, (bahasa Inggris: scaphism) juga dikenal sebagai perahu, adalah metode eksekusi kuno Persia yang dirancang untuk menimbulkan kematian yang menyiksa. Metode eksekusi ini telah dilaporkan dalam sumber-sumber sejarah. Namanya sendiri berasal dari bahasa Yunani σκάφη, skáphe, yang berarti "apapun yang menggali (atau dilubangi) keluar". Menurut sebuah sumber (yang mungkin tidak dapat diandalkan), eksekusi ini memerangkap korban di dalam dua kapal yang ditangkupkan, memberi mereka makan serta menutupinya dengan susu dan madu, kemudian membiarkannya dimakan oleh serangga dan tubuhnya membusuk oleh belatung.
Metode
Menurut Jacob F. Field dalam One Bloody Thing After Another: The World's Gruesome History. Korban yang dieksekusi ditelanjangi dan kemudian diikat kuat di dalam ruang interior dua perahu dayung sempit (atau batang pohon yang telah dilubangi) dan menangkupkan kedua perahu menutupi badan, dengan kepala, tangan dan kaki tetap bebas agar tetap hidup. Penerima hukuman mati dipaksa untuk menelan banyak susu dan madu untuk menginduksi diare pada terdakwa, lebih banyak madu akan dituangkan ke korban untuk menarik serangga. Madu dan susu terutama dituangkan pada pada mata, telinga, mulut, wajah, alat kelamin, dan anus. Dalam beberapa kasus, algojo akan mencampur susu dan madu serta menuang campuran itu ke seluruh tubuh korban. Korban kemudian dibiarkan mengambang di kolam kotor yang menggenang atau dibiarkan ditanah terkena sinar matahari. Kotoran manusia yang tak berdaya itu akan menumpuk di dalam wadah perahu tadi, menarik lebih banyak serangga yang akan makan dan berkembang biak di dalam daging korban yang terpapar—serangga yang menggali ke dalam tubuh mengakibatkan gangguan suplai darah—hal ini memicu pembentukan gangren. Individu itu akan terbaring telanjang, tertutup dari kepala sampai kaki dengan susu, madu, dan kotorannya sendiri. Dalam beberapa kasus terdakwa akan diberi makan beberapa kali sehari untuk memperpanjang penyiksaan, sehingga dehidrasi atau kelaparan fatal tidak terjadi. Kematian, ketika akhirnya terjadi, mungkin disebabkan oleh kombinasi dehidrasi, kelaparan, dan syok infeksi. Delirium biasanya akan terjadi setelah beberapa hari.[1]
Referensi
- ^ One Bloody Thing After Another: The World's Gruesome History - Jacob Field - 2012 & 2016 - Michael O'Mara Books
Pranala luar