Skadron Teknik 043 disingkat (Skatek 043) unit pelaksana dibawah Lanud Adisutjipto bertugas melaksanakan pembinaan pemeliharaan alutsista beserta komponen-komponennya dari tingkat ringan sampai tingkat sedang guna mendukung kelancaran pendidikan Sekbang dan Sekolah Instruktur Penerbang (SIP) maupun Sekolah Navigator (Seknav).[1]
Sejarah
Sejarah Berdirinya Skadron Teknik 043 sebagai bagian dari TNI AU tidak dapat dipisahkan dengan sejarah didirikanya Sekolah Penerbangan yang pertama di Indonesia, tepatnya di Maguwo Yogyakarta. Di tengah-tengah kemelut para pejuang yang ingin mempertahankan kemerdekaan sekaligus menata organisasi, para pemuda yang tergabung dalam TRI Jawatan Penerbangan berjuang dengan sepenuh daya dan upayanya, dengan fasilitas dan peralatan yang sangat terbatas berusaha memperbaiki pesawat-pesawat bekas peninggalan tentara Belanda dan Jepang. Atas jerih payah tersebut, pada tanggal 7 Oktober 1945 sebuah pesawat dengan tanda bendera merah putih berhasil diterbangkan oleh Bapak Adisutjipto yang pertama diatas bumi Maguwo. Dari sinilah sebenarnya cikal bakal personel yang dalam pengembangannya menjadi Skadron Teknik 043, sehingga ditetapkan tanggal 7 Oktober sebagai hari jadi Skatek 043. Para Teknisi di Pangkalan Udara Maguwo antara lain Letkol Tek Basir Surya, Tulus Marto Atmodjo, Tjarmo, M Jakob, Agus Rasidi, Patah, Wirasat, Sudarso dan D. Samsudin berhasil memperbaiki beberapa pesawat Cureng. Pesawat yang tadinya ditandai lingkaran putih ditambahi merah diparuhan atasnya sehingga terbentuklah lingkaran merah putih lambang Negara Republik Indonesia. Dengan adanya beberapa pesawat yang telah siap terbang, pada tanggal 15 November 1945 dibuka Sekolah Penerbang yang pertama di Maguwo oleh Adisutjipto. Jerih payah dari para teknisi tersebut ternyata tidak hanya mampu mendukung pelaksanaan sekolah Penerbang namun juga berhasil mengukir Sejarah Pesawat pengabdian TNI AU dalam operasi pemboman di tiga kota sekaligus yakni Salatiga, Ambarawa dan Semarang pada tanggal 29 Juli 1947 saat menjelang fajar.
Skatek 043 bertugas untuk memelihara semua pesawat latih yang ada di Lanud Adisutjipto, dimulai pada dekade 1950an seiring perkembangan dan konsolidasi oleh TNI Angkatan udara, mulai dibentuk Skadron Udara dibeberapa penjuru negeri. Termasuk di Yogyakarta dibentuk juga Wing Penerbang yang fokus pada pembentukan penerbang dan sebuah Skadron perawatan Pesawat yang menjadi cikal bakal terbentuknya Skatek 043, dengan tugas pokok merawat pesawat Latih Dasar BT-13 Valiant dan L-4J Piper Cub serta pesawat latih lanjut AT-16 Harvard. Pada dekade 1960an, datang pesawat latih Beechcraft T-34 Mentor Alfa buatan Amerika Serikat, yang kemudian digantikan oleh pesawat latih Beechcraft T-34C-1 Charlie pada tahun 1978-1982 sebanyak 25 pesawat. Pada akhir dekade 1980an, pesawat AS-202/18E3 Bravo dari Swiss hadir sebagai pesawat Latih Mula (LM). Memasuki abad milenia, tepatnya tahun 2002, hadir pula pesawat KT-1B Woong Bee buatan Korea Selatan yang kini selain sebagai kekuatan pesawat pendukung Fase Latih Lanjut (LL) turut menjadi pesawat andalan Jupiter Aerobatic Team (JAT). Tak ketinggalan pesawat pesawat latih dari Jerman Grob G 120TP-A didatangkan pada tahun 2013 memperkuat armada Fase Latih Mula, menggantikan pesawat Bravo yang purna tugas pada tahun 2017.
Sejarah penggunaan lambang Skatek 043 bermula pada tahun 2009, Kepala Staf TNI AU untuk menanamkan rasa kebanggaan, kepercayaan dan jiwa korsa maka perlu ditetapkan Lambang-Lambang Satuan setingkat Skadron di jajaran Komando Pendidikan TNI AU (Kodikau). Untuk itu Komandan Skatek 043 tahun 2009 Letkol I.G.M Radar P.J. membuat konsep fundamental lambang Skatek 043 yang selanjutnya didesain dan digambar oleh Lettu Tek Muh Anwar Septiawan dengan Sertu Pamudi Wiyono. Lambang Skatek 043 kemudian diajukan dan akhirnya disahkan dengan penerbitan Keputusan Kasau Nomor Kep/295/VI/2009 Tanggal 29 Juni 2009 tentang Phatola Skadron Jajaran Kodikau. Sebelumnya Skatek 043 memakai lambang Kodikau untuk identitasnya, setelah penetapan Keputusan Kasau tersebut, maka Skatek 043 memakai lambang Phatola yang bermoto “Budhi Bhakti Karya Mahata” hingga saat ini.
Komandan
- Letkol Tek I.G.M Radar P.J. (2009)
- Letkol Tek Dani Eri Wardhana (2014)
- Letkol Tek Rudito Dwi Wibowo (2014-2015)
- Letkol Tek Taufik Yulianto, S.T. (2015-2017)
- Letkol Tek Nur Haryanto (2017-2020)
- Letkol Tek Dedy Eko Sulistiyono (2020-2021)
- Letkol Tek Henry Gunawan Gitrias (2021-2022)
- Letkol Tek Donny Ismu Wardhana S. S.T.,M.I.Pol (2022-sekarang)
Referensi