Situs Nyi Subang Larang
Nama SitusSitus ini bernama Situs Subang Larang. Situs ini tidak terkait dengan nama sosok Nyai Mas Subang Larang, salah seorang istri Prabu Siliwangi Raja Kerajaan Pajajaran. Ada perbedaan periode waktu antara temuan situs Nyi Subang Larang ini. Sosok Nyi Subang Larang eksis pada abad ke 15 (1404-1444).[3] Carita Purwaka Caruban Nagari mengisahkan bahwa Subang Larang adalah salah satu istri dari Raden Pamanah Rasa yang kelak menjadi Raja Pajajaran dengan gelar Prabu Siliwangi. Penamaan situs ini terkait dengan keyakinan masyarakat di dekat lokasi penggalian artefak terdapat makam Nyi Subang Larang. Makam tersebut diyakini sebagai lokasi pemakaman tokoh legendaris tersebut. Awal PenelitianSitus pertama kali ditemukan pada 1979 dan 1981 di daerah Teluk Agung dan Muara Jati oleh Abah Roheman, warga setempat. Penelitian di situs Subang Larang dengan dibentuknya Tim Peneliti Situs Nyi Subang Larang yang dibentuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang tahun 2013. Tim ini melibatkan para ahli arkeologi yang dipimpin Dr. Lutfi yondri, M.Hum.[4] Luas areal penelitian mencakup 3,5 hektar. Namun, indikasi sebaran tinggalan budaya mencapai luas 35 hektar. Penggalian (ekskavasi) mulai dilakukan tahun 2013. Ekskavasi dilanjutkan kembali pada tahun 2016 dan 2018. Penelitian dilanjutkan lagi pada tahun 2019.[5] Temuan PentingTemuan artefak hasil ekskavasi Balai Arkeologi Jawa Barat yang dipimpin oleh Dr Lutfi Yondri berhasil menemukan kerangka manusia utuh pada tahun 2016 dan 3 kerangka lagi pada tahun 2018.[6] Berdasarkan hasil uji pertanggalan Karbon 14 (C-14) disimpulkan bahwa kerangka manusia tersebut berasal dari era tahun 45 Sebelum Masehi (45 SM atau abad ke-1 Sebelum Masehi).[7] Selain kerangka manusia, tim ekskavasi juga menemukan senjata dari logam, manik-manik, pecahan atau fragmen tembikar, taring babi dan sisa moluska laut. Manik-manik ditemukan pada kedalaman 30–40 cm di bawah permukaan tanah. Manik-manik tersebut ada yang terbuat dari logam mulia berbentuk bulat dan silinder dengan diameter 1,7 mm hingga 4,9 mm. Migrasi Bangsa AustronesiaPenemuan Kerangka manusia dari era 45 SM diharapkan menjadi informasi dalam menguak sebaran bangsa Austronesia ke Pulau Jawa pada era 500 Sebelum Masehi. Selain peninggalan jejak bangsa Austronesia, di lokasi Situs ini ditemukan jejak Budaya Bunian yang berlangsung sejak abad ke-2 hingga ke-5 Masehi. Jejak ini terlihat dari sisa gerabah yang khs hadil Budaya Bunia. Sebaran Budaya Bunian, meliputi wilayah pesisir pulau Jawa mulai dari pesisir utara banten dan Jawa Barat.[8] Situs ini dilindungi sebagai Cagar Budaya sesuai UU no 11 Tahun 2010. Subang bisa menjadi pusat studi dan penelitian budaya Austronesia di tingkat Internasional.[9] Referensi
Lihat juga |
Portal di Ensiklopedia Dunia