Perluasan alam semesta dalam banyak hal mirip dengan runtuhnya sebuah bintang, kecuali pengertian waktunya terbalik.[3] Ada kemungkinan bahwa sebelum Dentuman Besar, alam semesta adalah bentangan tak terhingga dari material padat yang sangat tinggi, kira-kira 13,7 miliar tahun yang lalu, ketika alam semesta ada sebagai singularitas. Bagi Stephen Hawking, momen inilah yang terpenting: Sebelum Dentuman Besar, peristiwa tidak dapat diukur, dan karenanya tidak ditentukan. Hawking menyebut ini proposal tanpa batas: Waktu dan ruang, terbatas, tetapi mereka tidak memiliki batas atau titik awal maupun akhir, sama seperti planet Bumi yang berhingga tetapi tidak memiliki tepi.[4]
Berdasarkan karya Einstein dan kosmolog Belgia Georges Lemaître menerbitkan sebuah makalah pada tahun 1927 yang mengusulkan alam semesta dimulai sebagai singularitas dan bahwa Dentuman Besar menyebabkan perluasannya. Mengikuti alur logika ini, judul artikel ini pada dasarnya cacat, y, waktu hanya muncul ketika singularitas primordial berkembang menjadi ukuran dan bentuknya saat ini.[5] Selain itu, juga terdapat model Big Bounce. Sederhananya, ini adalah hipotesis yang dibuat untuk menjelaskan bagaimana alam semesta terbentuk.
Berbeda dengan model Dentuman Besar, yang menyatakan bahwa alam semesta lahir dari ledakan raksasa dari titik padat, Big Bounce dan Big Crunch menyatakan bahwa alam semesta terus berkembang dan menyusut. Ini berarti alam semesta bekerja seperti balon, di mana ia mengembang dari satu titik, tumbuh dan berkembang keluar dari singularitas hingga mencapai jarak maksimum, dan kemudian berkontraksi kembali menjadi singularitas superpanas dan superpadat, memulai seluruh proses dari awal lagi.[6][7][8]