Sijukkot atau sawi belanda (bahasa Latin: Lactuca indica) adalah sebuah tanaman langka yang tumbuh di kawasan Danau Toba, provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Tanaman ini dikenal juga dengan nama sawi Belanda, siomak atau selada wangi. Selain di Indonesia, Sijukkot juga tumbuh di negara lain di Asia, seperti Korea Selatan, Jepang dan juga di India.[1]
Habitat
Tanaman Sijukkot tumbuh di kawasan dataran tinggi yang mengelilingi Danau Toba. Tanaman ini dapat ditemukan di beberapa kabupaten di provinsi Sumatera Utara, seperti di Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Dairi, dan Kabupaten Pakpak Bharat. Sijukkot umumnya hanya dapat tumbuh diketinggian 800 - 2.000 mdpl.[2]
Ciri-ciri
Tanaman Sijukkot memiliki ciri khusus yakni:[2]
- Ketinggian dapat mencapai 2,5 meter.
- Batang tanaman berbentuk bulat, licin dan berwarna hijau keunguan.
- Daun menyirip bergerigi dan ukuran panjangnya bisa mencapai 35 cm dan lebar maksimal 10 cm.
- Daun berwarna hijau keunguan, dan permukaannya licin.
- Bunga berwarna kuning tua membentuk segitiga.
- Buah berbentuk lonjong, pipih dan berwarna hitam.
Manfaat
Tanaman Sijukkot menjadi salah satu tanaman yang sering dikonsumsi oleh Sisingamangaraja XII dalam menjaga kesehatan tubuhnya.[1]
Guru Besar Kimia Universitas Negeri Medan, Ida Duma Riris, dalam bukunya yang berjudul "Kandungan Senyawa Kimia dan Bioaktifitas Tanaman Sijukkot" menyebutkan bahwa Sijukkot memiliki senyawa kimia tinggi pada daun, batang, dan akarnya.[1]
Senyawa kimia yang disebutkan seperti kardenolin, polifenol, flavonoid, glikosida, kardeolin, polifenol, saponin, dan tanin. Senyawa-senyawa tersebut dianggap dapat memperlancar pencernaan, menambah stamina dan nafsu makan, mengobati penyakit gondok, menurunkan kadar gula darah, dan mencegah risiko terkena kanker jika dikonsumsi secara rutin serta menjaga pola hidup yang sehat.[1]
Referensi