Selama Perang Israel-Hamas, Pasukan Israel telah melakukan beberapa serangan darat, kadang-kadang disertai dengan serangan udara, ke beberapa kota Palestina dan kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat yang diduduki Israel, termasuk Jenin dan Tulkarm. Serangan Israel telah menyebabkan bentrokan dengan militan Palestina. Lebih dari 600 Warga Palestina Tepi Barat telah dibunuh oleh Israel sejak konflik dimulai,[1] termasuk 75 anak-anak.[2] Perserikatan Bangsa-Bangsa mencatat lebih dari 800 serangan Pemukim Israel terhadap Warga Palestina antara Oktober 2023 dan Mei 2024.[3] Israel telah menangkap sekitar 10.000 warga Palestina Tepi Barat antara 7 Oktober 2023 dan Agustus 2024.[4] Pada tanggal 15 Desember, Doctors Without Borders melaporkan tahun 2023 adalah tahun paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat dalam sejarah yang tercatat.[5]
Latar Belakang
Ketegangan dan kekerasan antara Warga Palestina dan Israel di Tepi Barat meningkat jauh sebelum dimulainya perang tahun 2023. Menurut PBB, tahun 2022 adalah tahun paling mematikan bagi Warga Palestina sepanjang sejarah, dan tahun hingga September 2023 sudah menjadi tahun paling mematikan dalam sejarah bagi anak-anak di Tepi Barat.[9]
Peran Otoritas Palestina
Otoritas Palestina, yang sebagian besar dilihat oleh Warga Palestina sebagai pihak yang tidak efektif dan cenderung agak tunduk pada pendudukan Israel,[10] sebagian besar digambarkan tidak terlibat dalam serangan tersebut. Selama perang berlangsung, pasukan keamanannya tidak pernah berhadapan dengan IDF selama serangan mereka, tetapi malah bentrok dengan Militan Tepi Barat, yang secara historis merupakan musuh bersama Otoritas Palestina dan Israel. Terdapat laporan yang saling bertentangan mengenai frekuensi konfrontasi antara Militan dan Pasukan Keamanan Palestina sejak dimulainya perang.[11][12]
Dampak
Pada tanggal 31 Januari 2024, Juru bicara Fatah di Qalqilya menyatakan bahwa serangan Israel berdampak pada perekonomian di Tepi Barat, dengan menyatakan, "Warga menderita secara Ekonomi akibat penutupan terus-menerus, karena pasukan pendudukan terus menutup Toko-Toko dan melakukan pengepungan di kota tersebut."[13] Pada bulan Mei 2024, pasukan Israel menyita sekitar $1 juta USD dari sebuah perusahaan pertukaran mata uang.[14]
Kementerian Pendidikan Palestina melaporkan bahwa karena meningkatnya serangan Israel dan serangan pemukim, banyak Sekolah di seluruh Tepi Barat terpaksa menghentikan operasinya.[15]
Referensi