Angkatan Udara Israel (Bahasa Inggris: Israeli Air Force, disingkat IAF; Bahasa Ibrani: זרוע האויר והחלל, Zroa HaAvir VeHahalal, "Angkatan Udara dan Antariksa", umumnya disebut חיל האוויר Hel HaAvir, "Pasukan Udara") adalah angkatan udaraAngkatan Pertahanan Israel. Kepala Komando Angkatan Udara Israel sekarang adalah Mayor JendralAmikam Norkin. Angkatan Udara Israel memiliki sekitar 1000 pesawat tempur.
Asal muasal dari Israel Air Force adalah Palestina Flying Service yang dimulai oleh Irgun pada tahun 1937, serta Sherut Avir, divisi penerbang pada Haganah. Israel Air Force (IAF) dibentuk pada 28 Mei 1948, setelah Israel mendeklarasikan kemerdekaan dan diserang. Pada mulanya, Israel Air Force hanya terdiri daripada pesawat yang diberikan atau didonasikan. Pesawat yang dimiliki Israel pada masa ini terdiri dari 25 Avia S-199s, yang dibeli dari Cekoslovakia, di mana S-199 sebenarnya adalah Me Bf 109s buatan Cekoslovakia.
Krisis Terusan Suez
IAF mengambil perang penting dalam Operation Kadesh, pada krisis Terusan Suez pada tahun 1956. Pada awal operasi, 29 Oktober 1956, P-51D Mustang milik Angkatan Udara Israel menghancurkan kabel telepon di Sinai, dengan baling-baling daripada P-51D Mustang, sementara pesawat pengangkut DC-3 menjatuhkan pasukan payung Israel di belakang garis pertahanan Mesir pada Mitla Pass dan Et-Tur. IAF juga mengambil serangan terhadap pasukan darat Mesir dan membantu Angkatan Laut Israel menahan kapal tempur Mesir yang sedang membombardir Haifa. Serangan udara Israel merusak mesin kapal Mesir, membuat Angkatan Laut Israel dapat menangkap kapal Mesir tersebut.
Perang Enam Hari
Pada 5 Juni 1967. hari pertama dalam perang 6 hari, IAF meluncurkan Operation Focus, yaitu suatu operasi militer yang bertujuan untuk melumpuhkan kekuatan udara Arab dalam satu serangan. Dalam suatu serangan kejutan, IAF menghancurkan hampir seluruh kekuatan Angkatan Udara Mesir saat pesawat dari Angkatan Udara Mesir masih ada di darat. Di dalam hari yang sama, Israel juga meluncurkan serangan yang sama ke Siria, Yordania, dan Irak. Dalam 6 hari pertempuran, Israel mengklaim telah menghancurkan 452 pesawat milik koalisi Arab, di mana 49 di antaranya adalah pertempuran udara.
Perang Yom Kippur
Dalam perang Yom Kippur, Israel gagal melakukan serangan pre-emptive karena tekanan dari pemerintah Israel sendiri. Angkatan Udara Israel mendapat banyak kekalahan pada awal perang, seperti pada Operasi Doogman 5 di mana Israel terbang dengan data intelijen yang tidak akurat,
serta tanpa perlindungan daripada misil anti serangan udara dan baterai flak pertahanan udara. 6 IAF Phantom hilang dalam operasi yang gagal ini. Israel berusaha meluncurkan Operation Tagar, suatu operasi yang bertujuan untuk melemahkan kekuatan pertahanan udara musuh, namun operasi ini ditinggalkan karena angkatan darat Israel juga mengalami banyak kemunduran. Namun seiring dengan kemajuan dari pihak koalisi Arab, Israel dapat menggunakan pesawat-pesawatnya dalam kapasitas serang darat, sehingga juga membantu mematahkan serangan darat dari Koalisi Arab.
Israel kehilangan 102 pesawat, termasuk 32 F-4 Phantorm, 53 A-4 Skyhawks, 11 Dassault Mirages, dan 6 IAI Sa'ars, meskipun dari sumber lain dikatakan 128 pesawat Israel hilang. Dari pihak koalisi Arab diperkirakan pihak Meskir kehilangan 235 sampai 242 pesawat, sementara dari pihak Siria kehilangan 135 sampai 179 pesawat.
2007 - 2013
Pada 6 September 2007, IAF melakukan serangan ke bangunan yang dianggap sebagai reaktor nuklir milik Siria. Dalam Operation Cast Lead, IAF juga melakukan lebih dari 2,360 serangan udara ke Gaza, yang dikritik karena menimbulkan kematian warga sipil dalam jumlah besar. Israel Air Force juga secara aktif melakukan pembunuhan terhadap komandan senior dari Hamas.