SendenbuSendenbu (宣伝部, Departemen Propaganda) adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Kekaisaran Jepang dibawah struktur Departemen Propaganda Kekaisaran Jepang Ganseikanbu. Sendenbu adalah badan propaganda yang ditugaskan khusus di Pulau Jawa oleh Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II, badan ini berdiri pada Agustus 1942.[1] PembentukanPembentukan Sendenbu sendiri dilakukan pada bulan Agustus 1942 setelah pemerintah militer Jepang terbentuk secara resmi dan berhasil mengendalikan sarana-sarana penerangan dan penyiaran untuk publik. Selain itu, Sendenbu juga terbagi ke dalam tiga seksi: Administrasi, Berita dan Pers, serta tentu saja yang utama Propaganda. Meskipun tugasnya berkenaan dengan urusan sipil, Sendenbu selalu dikepalai oleh seorang perwira Angkatan Darat Kekaisaran Jepang. Dalam pembentukan Sendenbu, terdapat beberapa tokoh yang terlibat, namun tidak secara spesifik terkait dengan pembentukan Sendenbu. Beberapa tokoh tersebut antara lain Mohammad Yamin, Chaerul Saleh, dan Hitoshi Shimizu. Mohammad Yamin dan Chaerul Saleh adalah tokoh Indonesia yang pernah bekerja di Sendenbu, sedangkan Hitoshi Shimizu adalah pemimpin Departemen Propaganda (Sendenbu) Kekaisaran Jepang di Indonesia[2] TugasSebagai sebuah badan yang bernaung dibawah struktur 軍政監部 gunseikanbu, Sendenbu juga bertugas pada bidang propaganda dan menyediakan informasi mengenai pemerintahan sipil bagi Kekaisaran Jepang di Pulau Jawa. Meskipun tugasnya berkenaan dengan urusan sipil, Sendenbu selalu dikepalai oleh seorang perwira Angkatan Darat Kekaisaran Jepang. Jawatan ini terbagi atas tiga seksi atau bagian, yaitu: Administrasi, Berita dan Pers, serta tentu saja yang utama Propaganda.[3] Selain itu tugas Sendenbu lainnya adalah mendirikan sebuah asrama untuk mengkader pemuda Indonesia di bidang politik dan propaganda untuk membantu kebijakan perang kekaisaran Jepang, yang dikenal dengan nama Asrama Angkatan Baroe Indonesia atau yang disebut juga dengan Asrama Menteng 31, yang diketuai oleh salah satu tokoh Kemerdekaan, Soekarni.[4] Operasi Propaganda SendenbuSendenbu secara langsung melaksanakan operasi-operasi propaganda. Pada saat Pemerintah Hindia Belanda jatuh pada Maret 1942, semua perusahaan percetakan dan pers dikuasai oleh Jepang. Jepang menerbitkan siaran propaganda perang melalui majalah, plakat, pamflet, dan radio. Untuk menghindari pemberontakan dari para pejuang, Sendenbu membentuk Asrama Angkatan Baroe Indonesia atau dikenal sebagai Asrama Menteng 31. Mulanya, pembentukan Asrama Menteng 31, yang dipimpin oleh Sukarni, dimaksudkan sebagai pusat pendidikan politik untuk menggembleng para pemuda Indonesia menjadi kader yang potensial bagi kepentingan Jepang. Namun, pada pertengahan 1943, Asrama Menteng 31 dibubarkan Jepang karena berhasil dimanfaatkan oleh pemuda Indonesia untuk membangkitkan nasionalisme. Sebelum pembubaran Asrama Menteng 31, pada April 1943, Jepang membentuk Pusat Kebudayaan (Keimin Bunka Shidosho), sebagai pelengkap Sendenbu. Dengan cara ini, Jepang dapat menyebarkan propagandanya melalui kesenian dan budaya. Pada saat struktur administrasi militer menjadi semakin rumit, Pemerintah Jepang membentuk beberapa biro khusus di bawah Sendenbu untuk melaksanakan beragam propaganda. Setelah biro-biro tersebut terbentuk, Sendenbu tidak lagi melaksanakan aktivitas secara langsung. Sendenbu hanya menghasilkan rencana-rencana dan bahan propaganda, kemudian mendistribusikannya ke unit kerja terkait.[2] Tokoh-Tokoh
Referensi
|