Sembilan Belas Harian atau biasa disingkat SSH adalah pertemuan sebulan sekali yang diadakan oleh masyarakat Bahá'í pada tingkat lokal.[1] SSH merupakan waktu atau momen ketika mukmin dan Majelis Rohani Setempat mengadakan konsultasi dan memusyawarahkan hal-hal penting di komunitas mereka. Nama lain dari SSH adalah Dziyafat yang berasal dari bahasa Persia: ضیافت نوزدهروزه, Dziyafat-i-Navazdah-Ruzih, secara harafiah bermakna "Perjamuan Sembilan Belas Hari".[2]
Pelaksanaan
SSH dilaksanakan pada hari pertama setiap bulan dalam Kalender Bahá'í, tetapi dapat pula dilaksanakan pada hari lain pada bulan tersebut, khususnya pada bulan Bahá yang merupakan bulan pertama dalam Kalender Bahá'í. Hal ini terjadi karena SSH bulan tersebut bertepatan dengan perayaan Nawrúz yang merupakan festival tahun baru Bahá'í. Oleh karena itu, SSH bulan Bahá akan ditiadakan pada hari tersebut dan diganti ke hari lain.[3] Apabila SSH dilaksanakan pada bulan Mashiyyat, maka akan disebut sebagai SSH atau Dziyafat Mashiyyat. Demikian pula bulan lainnya, SSH akan dinamakan berdasarkan bulan pelaksanaannya. Majelis Rohani Setempat memiliki tanggung jawab penuh untuk memastikan agar SSH dilaksanakan setiap bulannya.[1]
Dalam tradisi Bahá'í, hari baru dimulai setelah matahari terbenam dan akan kembali berganti pada saat matahari terbena keesokan harinya. Oleh karena itu, SSH umumnya diadakan sesaat setelah matahari terbenam. SSH apat diselenggarakan pada Pusat Bahá'í Setempat apabila memungkinkan, atau di kediaman salah seorang mukmin pada lokalitas tertentu.[4]
Acara
SSH terdiri dari tiga sesi yang tidak pernah berubah di mana pun lokasi penyelenggaraannya. Meski terdapat beberapa perbedaan dalam bentuk sajian makanan dan cara budaya atau tradisi yang menyemarakkannya, SSH selalu meliputi sesi renungan, bisnis, dan sosial.[1] Sesi renungan adalah sesi ketika mukmin berkumpul untuk mengadakan doa bersama.[a][5] Sesi ini terdiri dari doa dan pembacaan tulisan-tulisan suci Bahá'í. Setelah sesi renungan, SSH akan dilanjutkan dengan sesi bisnis. Sesi ini merupakan waktu untuk memberikan laporan (termasuk keuangan) dan berdikusi guna mencapai resolusi. Setelah sesi ini selesai, mukmin akan mendapat kesempatan untuk mengobrol intim satu sama lain, berbagi makanan, dan makan bersama dalam sesi yang dikenal sebagai sesi sosial.[5]
"Sembilan Belas Harian dimulai oleh Sang Báb dan diresmikan oleh Bahá’u’lláh dalam Kitab Suci-Nya, Kitáb-i-Aqdas, sehingga orang-orang dapat berkumpul dan saling menunjukkan rasa persahabatan dan cinta, bahwa misteri Ilahi dapat diungkapkan. Tujuannya adalah kerukunan, bahwa melalui persekutuan ini, hati menjadi satu secara sempurna, dan timbal balik dan saling menolong terbentuk. Karena anggota dunia kemanusiaan tidak dapat hidup tanpa persatuan, maka kerja sama dan tolong-menolong adalah dasar dari masyarakat manusia. Tanpa realisasi dua prinsip besar ini, tidak akan gerakan besar yang akan ditempuh di masa mendatang."
Begitu vital peran SSH, kegiatan ini menjadi sokoguru serta jantung aktivitas masyakarat Bahá'í di tingkat lokal.[1][5] Kehadiran pada SSH bersifat tidak wajib, tapi sangat dianjurkan dan hanya mukmin saja yang dapat hadir.[2][6]
^Melton, J. Gordon, ed. (2011). "Bahá'í Faith". Religious Celebrations: An Encyclopaedia of Holiday (dalam bahasa Inggris). Santa Barbara: ABC-CLIO. hlm. 620. ISBN9781598842050.
^McMullen, Mike (2003). "16. The Baháʼí Faith in the World and in America". Dalam Neusner, Jacob. World Religions in America: An Introduction. Westminster John Knox Press. hlm. 168.
Keterangan
^Doa bersama mendapat tempat yang istimewa dalam agama Bahá’í sebagai benih-benih persatuan. Walaupun demikian, doa bersama bukanlah sembahyang berjemaah karena pada kurun kenabian Bahá’u’lláh sembahyang berjemaah ditiadakan, kecuali sembahyang jenazah yang doanya ditulis oleh Bahá’u’lláh agar dibawakan pada upacara pemakaman mukmin yang meninggal dunia. Sembahyang wajib Bahá’í dilakukan oleh individu secara terpisah pada kediaman mereka masing-masing.