Sekolah Penerbangan TNI Angkatan Laut Pusat Pendidikan Khusus (Senerbal) atau Pendidikan Brevet TNI AL adalah Kawah Candradimuka Calon Pengawak Penerbangan TNI Angkatan Laut yang berada di bawah kendali Pusat Pendidikan Khusus Komando Pendidikan Operasi Laut. Berdasarkan Skep Kasal Nomor Skep / 12 / XI / 2004 tanggal 02 Nopember 2004, Senerbal berada di bawah Pusat Pendidikan Khusus, Kodikopsla, Kodiklatal.[1]
Markas Komando Senerbal bermarkas di Lanudal Juanda Sidoarjo, Jawa Timur.
Sejarah
Sejarah perkembangan TNI Angkatan Laut diawali pada masa terbentuknya Negara Republik Indonesia Serikat (RIS), sebagai hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949 di Den Haag, Belanda. Sebagai tindak lanjut KMB, berlangsung penyerahan semua aset milik pemerintah kolonial Hindia Belanda kepada RIS termasuk aset Angkatan Perangnya. Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat (ALRIS) memperoleh pelimpahan berbagai peralatan dan instalasi militer yang sebelumnya dikelola oleh Koninklijke Marine (KM), termasuk di dalamnya Marine Vlieg Kamp (MVK – Pangkalan Penerbangan Angkatan Laut) Morokrembangan dan Tanjung Priuk, tetapi tidak ada satu pesawat terbang pun yang diserahkan. Pesawat terbang Amfibi Catalina milik Marine Luchtvaart Dienst (MLD – Dinas Penerbangan Angkatan Laut Belanda) diserahkan kepada Angkatan Udara RIS. Hal ini dapat dipahami karena Angkatan Laut RIS pada saat itu belum memiliki seorang penerbang pun. Sebelumnya pada tahun 1949 pemerintah Hindia Belanda telah mengirim lima orang pemuda untuk mengikuti pendidikan Perwira AL di negeri Belanda. Dua diantaranya mengikuti pendidikan penerbang, yaitu Taruna Moedjono Poerbonegoro dan Taruna Sahono Subroto. Mereka mengikuti pendidikan di Koninklijk Instituut voor de Marine (KIM – Lembaga Pendidikan Perwira Angkatan Laut Kerajaan Belanda) yang terletak di kota Den Helder. KIM pada mulanya memang mempunyai bagian Penerbangan (Vliegdienst) di samping bagian Pelaut, Teknik, Teknik elektro, Marinir dan Administrasi.[2][3]
Tahun berikutnya, 1950, ALRIS mengirim 33 orang taruna ke KIM. Sebagian besar untuk Korps Pelaut dan hanya 3 orang calon Penerbang yaitu A.H.K. Hamami, Soedarsono, dan R.E.B.O. Tjokroadirejo. Berdasarkan Surat Keputusan KSAL Nomor 1.29.1.24 tanggal 17 Juni 1956, terbentuk suatu wadah penerbangan Angkatan Laut dengan nama Biro Penerbangan Angkatan Laut yang merupakan badan staf di bawah Staf Umum ALRI di Jakarta. Biro ini dipimpin oleh Kapten Moedjono Poerbonegoro namun karena ia lebih banyak berada di Bandung untuk menerbangkan pesawat Dakota AURI, pekerjaan sehari-hari ditangani oleh Letnan A.H.K. Hamami dan Letnan R.E.B.O. Tjokroadiredjo. kedua orang Perwira muda harus memikirkan sendiri semua masalah yang dihadapi Biro Penerbangan tanpa ada yang membimbingnya. Sampai pada tahun 1960, pelatihan bagi calon penerbang Angkatan Laut diselenggarakan di Royal Air Force (RAF), Inggris, termasuk di dalamnya pengiriman 16 orang taruna Ikatan Dinas Pendek (IDP) yang direkrut langsung setelah tamat SMA untuk berdinas selama lima tahun dan dapat di perpanjang. Pada praktiknya, para mantan taruna IDP meneruskan baktinya pada negara dan ada yang menjadi perwira tinggi seperti Laksamana Muda (Purn) Abdul Hakim, Laksamana Pertama (P) Suhendro Suwarno, Laksamana Pertama (Purn) Ginandjar dan Laksamana Pertama (Purn) T.D.V. Situmeang. Pendidikaan penerbang di Inggris dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah Initial Training School (ITS) selama tiga bulan, Flying Training School (FTS) Dasar dan Flying Training School (FTS) Lanjutan.
Sejak dekade 1960-an, pendidikan penerbang dan teknisi diselenggarakan di Amerika Serikat dan kemudian di Uni Sovyet. Pengalihan pelatihan ke Uni Sovyet adalah sebagai konsekuensi perubahan politik RI yang cenderung condong ke blok Timur (Uni Sovyet). Akibatnya pendidikan ke negeri Belanda dan kemudian Inggris dihentikan. Berbeda dengan Eropa, tampaknya Amerika Serikat tidak terlalu terpengaruh oleh sikap RI yang cenderung menentang Belanda dalam soal Irian Barat dan konfrontasi terhadap Malaysia/Inggris. Walaupun Amerika Serikat tidak mau menjual peralatan perangnya kepada Indonesia, mereka masih memberikan bantuan pendidikan dalam program International Military Education and Training (IMET). Sesungguh sejak tahun 1960 di Morokrembangan (Pualam) sudah dibentuk satu Biro Pendidikan yang dikelola oleh Letnan Edward Mambo dan Letnan Utomo Soendoro. Setelah Pangkalan Udara diresmikan pada tahun 1964, Biro Pendidikan itu diubah namanya menjadi Sekolah Penerbangan Angkatan Laut (Senerbal). Pimpinan Senerbal pada waktu itu adalah Letnan Jumarman yang baru kembali dari pendidikan Aircraft Maintainance Officer (AMO) di Amerika Serikat. Letnan Jumarman adalah perintis kerjasama dengan Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada. Namun tidak lama kemudian, ia diberhentikan karena terlibat peristiwa GPPR pada tahun 1965.
Pada awalnya, Bagian Pendidikan Pualam (embrio Senerbal) hanya mendidik tamtama untuk menjadi teknisi pesawat terbang dan memberikan introduksi kepada Taruna AAL tentang Penerbangan Angkatan Laut. Penyempurnaan kurikulum Senerbal secara terus menerus dilakukan. Pada tahun 1973, Angkatan Laut bahkan mendatangkan perwira ahli pendidikan dari Australia untuk membantu membenahi kurikulum pendidikan dalam semua bidang di Angkatan Laut termasuk bidang penerbangan.
Sejarah Berdirinya Sekolah Penerbangan TNI Angkatan Laut
Pada dasarnya pendidikan bagi personel penerbangan TNI AL telah diselenggarakan sejak berdirinya penerbangan TNI Angkatan Laut pada tahun 1956, hanya secara organisatoris Senerbang terwadahi dalam organisasi Komando Pendidikan Angkatan Laut (Kodikal) pada tanggal 02 Pebruari 1963 berdasarkan Surat Keputusan Menpangal No. SKEP.1301.13 tanggal 02 Pebruari 1963 di bawah sekolah-sekolah kejuruan. Berdasarkan SKEP Menpangal No. SKEP.5401.11 tanggal 07 Maret 1968 status Senerbal berubah berada di bawah Pusat Pendidikan Kejuruan. Secara fisik Demikian pula pada tanggal 15 Pebruari 1969 diresmikan Sekolah Perwira Penerbang Angkatan Laut (SPPAL). Senerbal dikhususkan sebagai wadah pendidikan teknik perawatan pesawat udara TNI AL dan SPPAL mendidik penerbang TNI AL. Pada tahun 1973 Senerbal dan SPPAL dijadikan satu wadah organisasi yaitu Sekolah Penerbangan TNI Angkatan Laut (Senerbal). Dalam mendidik penerbang dilaksanakan di Sekbang ABRI. Tahun 1982 Senerbal mendidik kembali penerbang, berdasarkan Surat Men Hankam / Pangab No. B / 2364 / 14 / 9 /20 / Spers tanggal 14 Juni 1982. Dengan dimulainya lagi pendidikan penerbang oleh Senerbal kembali di bawah pembinaan Pusat Pendidikan Operasi Laut (Pusdikopsla) berdasarkan Surat Keputusan KASAL No. SKEP / 1382 / V I / 1982 tanggal 03 Juni 1982.
Berdasarkan Skep Kasal Nomor Skep / 12 / XI / 2004 tanggal 02 Nopember 2004, Senerbal berada di bawah Pusat Pendidikan Khusus, Kodikopsla Kobangdikal.
Kejuruan
Lemdik di bawah kendali Senerbal:
- Sepa Senerbal :
- Dikpa Penerbang TNI AL
- Teknik Pesawat Udara
- Seba Senerbal :
- Kejuruan Mesin Pesawat Udara (MPU)
- Kejuruan Listrik Pesawat Udara (LPU)
- Seta Senerbal :
- Kejuruan Teknik Pesawat Udara
- Kejuruan Mesin Pesawat Udara (MPU)
- Kejuruan Listrik Pesawat Udara (LPU)
- Kejuruan Elektronik Pesawat Udara (EPU)
Komandan
- Mayor Laut (P) Ma’arif (-2010)
- Mayor Laut (P) Gering Sapto Sambodo, S.Tr.Han., M.Tr.Hanla., M.M. (2010)
- Letkol Laut (P) Kiky Salvachdie (-2015)
- Mayor Laut (P) Muhammad Naim Haryawan, S.E. (2015-)
- Letkol Laut (P) Winardi, S.H. (2018-2019)
- Letkol Laut (P) Panji Pratikto, M.Tr.(Hanla). (2019-2020)
- Mayor Laut (P) Tatang Yanuar Ristanto, M.Tr.Opsla. (2020-2021)
- Letkol Laut (P) Candra Budiharjo, M.Tr.Opsla. (2021-2022)
- Letkol Laut (P) Oscar Johanes Novie, M.Tr.Opsla. (2022-Sekarang)
Referensi
Pranala luar