Segitiga Kionga (Jerman: Kionga-Dreieck) adalah wilayah kecil di pesisir timur Afrika yang terletak di antara koloni Afrika Timur Jerman (kini Tanzania) dan Mozambik Portugal (kini Mozambik). Luas wilayah ini tercatat sebesar 1000 km² (400 mi²). Segitiga Kionga merupakan wilayah Jerman dari tahun 1894 hingga 1916, dan setelah itu wilayah ini menjadi jajahan Portugal.
Jerman mendirikan pos di sebelah selatan Sungai Rovuma pada tahun 1894. Walaupun Portugal tidak memiliki pos di situ, terdapat perjanjian sementara yang ditandatangani pada tahun 1886 yang mengatur bahwa Sungai Rovuma akan menjadi batas kedua koloni mereka. Maka dari itu, muncul tuduhan bahwa permukiman Jerman di Segitiga Kionga telah melanggar wilayah Portugal. Permukiman Kionga (kini dieja Quionga) memiliki jumlah penduduk sebesar 4.000 jiwa pada tahun 1910.
Selama Perang Dunia I, Jerman menyatakan perang terhadap Portugal pada tahun 1916. Pemerintah Portugal mengambil kesempatan ini untuk 'mengembalikan' kedaulatan nasional dan segera menduduki wilayah tersebut. Setelah perang berakhir, Traktat Versailles menetapkan perbatasan di sepanjang Sungai Rovuma. Keputusan ini memastikan kepemilikan Portugal atas wilayah ini, sementara Afrika Timur Jerman jatuh ke tangan Britania Raya. Secara de facto, Segitiga Kionga merupakan satu-satunya wilayah yang didapat oleh Portugal berkat keterlibatannya dalam Perang Dunia Pertama. Setelah Portugal mengambilalih wilayah Kionga, Suku Makonde yang tinggal di wilayah tersebut mulai mempelajari bahasa Portugis.
Semenjak kemerdekaan Mozambik pada 25 Juni 1975, Segitiga Kionga atau Quionga menjadi bagian dari Provinsi Cabo Delgado.
Referensi
Thomas, H.B., "The Kionga Triangle", Tanganyika Notes and Records Volume 31 1951, pp. 47–50.
Artikel bertopik sejarah ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.