Sartono Anwar[1] (lahir 3 September 1947) adalah mantan pemain sepak bola Indonesia yang saat ini adalah pelatih sepakbola. Dia saat ini mengelola Persisam Putra Samarinda sejak September 2012.[2]
Sejarah
Pria itu telah menyerahkan hidupnya ke ladang rumput hijau sejak bertahun-tahun yang lalu. Bahkan, dia rela meninggalkan kehidupan yang mapan: gaji dan bonus di Pertamina tertib dan jadwal kerja yang jelas. Segala sesuatu yang ia tinggalkan setelah bola dan menempatkan hijau. Meski dunia sepakbola kerap mendatangkan frustrasi, " Saya tidak bisa lepas dari sepakbola. Saya siap kecewa," kata Sartono sambil memperbaiki topinya. Anwar menyelam sartono dunianya dengan sabar. Baginya, hari-hari sepakbola adalah hari yang menyenangkan. Sedemikian pagi itu, setelah memberikan sesi latihan, Sartono bergaul dengan para pemain. Dia mengobrol dengan para pemain di sela-sela dan ruang ganti. Ini adalah cara menjaga kedekatan dengan timnya Sartono. Karier sepakbola adalah ayah dari tujuh anak yang dimulai pada usia 13 tahun. Ketika muda Sartono bergabung dengan klub Sport Supaya Sehat (SSS), klub lokal di kota Semarang. Pemrosesan bakat kulit bundar Sartono menurun dari M. Anwar, yang juga ayah dari seorang pemain sepakbola di PS POP Semarang.
Karier
Karier sepakbola adalah ayah dari tujuh anak yang dimulai pada usia 13 tahun. Ketika muda Sartono bergabung dengan klub Sport Supaya Sehat (SSS), klub lokal di kota Semarang. Pemrosesan bakat kulit bundar Sartono menurun dari M. Anwar, yang juga ayah dari seorang pemain sepakbola di PS POP Semarang.
"Selain sering melihat ayahku bermain bola, saat kecil aku sering membawakan bola PSIS supaya aku bisa menonton pertandingan PSIS," kenangnya. Bagi Sartono, pelatih sepakbola yang baik tidak memiliki mantan pemain tim nasional. Dia yang bernama Benny Dollo dan Daniel Roekito adalah beberapa contoh pelatih yang baik yang tidak memiliki latar belakang sebagai pemain tim nasional seperti dia. Setelah bergabung dengan PS SSS, bakatnya sebagai gelandang diasah setelah bergabung di Pusat Pelatihan dan Pendidikan Salatiga pada 1962-1966. Setelah itu, selama dua tahun, Sartono langsung masuk ke skuad PSIS Semarang . Sartono dari karier sekolah melejit untuk bergabung dengan PSIS. Dia benar. Gajinya sebagai pelatih melatih Salatiga kemudian Rp 50 ribu per bulan. Jumlah ini dua kali lipat gajinya sebagai karyawan Pertamina. Bagi publik sepakbola Semarang, Sartono adalah legenda. Selain memperkuat tim pada tahun 1970-an, topi pelatih identik dengan pertama kali berhasil mengantarkan jenar Mahesha, julukan PSIS Semarang, seorang juara Perserikatan mengalahkan Persebaya pada tahun 1987. Masyarakat Semarang rindu merayakan pesta kemenangan yang sama. Merayakan kemenangan terakhir mereka pada tahun 1999.
Akhirnya, pada tahun 1972, memutuskan untuk pensiun Sartono. Pada tahun yang sama, ia diterima sebagai karyawan Pengapon Distribusi Pertamina Semarang. Namun, dia merasa jiwanya tidak lepas dari sepak bola. Saat bekerja di Pertamina, ia menjadi pelatih penjaga gawang PSIS-school boy PSIS waktu itu hingga 1975. Setelah itu, 1975-1976, ia melatih PSIS. Sartono mungkin gagal sebagai pemain, tetapi sebagai pelatih, termasuk karier yang sukses.
Pada 1976-1978, Wiel Coerver, pelatih tim nasional, Sartono ditunjuk sebagai pelatih Diklat Salatiga. Menjadi pelatih di kamp pelatihan cukup bergengsi saat itu. Pelatihan akan menghasilkan beberapa pemain nasional saat ini. Sering mondar-mandir di Semarang-Salatiga ternyata menjadi catatan tersendiri untuk tempat kerja pemimpin Pertamina Sartono. Ultimatum datang. Sartono harus memilih menjadi karyawan Pertamina atau pelatih. Sartono menjawab ultimatum untuk keluar dari tempat Pertamina.
Sejak itu, bapak mantan pemain dan timnas Persib Bandung Nova Arianto, berkarier sebagai pelatih sepakbola hingga sekarang. Selain melatih Salatiga dan PSIS, klub yang pernah ia pimpin adalah tim PON Jawa Tengah, Jakarta PS UMS (Galatama), BPD Jawa Tengah (Galatama), Assyabaab Salim Group, Petrokimia Putra, Arseto Solo, Putra Samarinda, Persegi Gianyar, Persibas Banyumas, Persedikab Kediri, Persikab Bandung, PSIS Semarang, Persibo Bojonegoro, Persisam Putra Samarinda,Persibas Banyumas Hebat . Untuk tim nasional, ayah dari tujuh anak pada tahun 1982 adalah asisten pelatih Sinyo Aliandoe, yang menangani tim nasional. Pada 1984-1992, Sartono menjadi asisten pelatih Indonesia A dan Benny Dolo menjadi pelatih kepala Indonesia B dengan sebagai asisten pelatih. Pada 2002, Sartono dipercaya sebagai pelatih tim futsal nasional.
Prestasi
- PSIS Semarang
Referensi