Kecamatan Sanga-Sanga memiliki luas wilayah mencapai 233,4 km2 yang dibagi dalam 5 kelurahan. Sementara jumlah penduduk kecamatan ini mencapai 17.535 jiwa (2024).
Kecamatan ini merupakan salah satu wilayah penghasil minyak bumi yang sangat penting di Kalimantan Timur sejak sumur minyak Louise untuk pertama kalinya mulai berproduksi pada tahun 1897, disamping sumur minyak Mathilde yang ada di Balikpapan.
Perjuangan melawan penjajah pertama di Sanga-Sanga dikenal dengan Perlawanan Samseng pada tahun 1926 oleh etnis Tionghoa yang marah kepada pihak Belanda karena tidak memberikan bahan bakar minyak untuk diperdagangkan kepada pedagang asal China itu.
Sanga-Sanga juga terkenal dengan sebuah peristiwa heroik yang terjadi pada tanggal 27 Januari1947 ketika para pejuang kemerdekaan yang tergabung dalam Badan Pembela Republik Indonesia (BPRI) bahu membahu bersama rakyat mempertahankan Sanga-Sanga dari gempuran Belanda, meski akhirnya korban banyak berjatuhan dari pihak pejuang dan rakyat Sanga-Sanga.
Untuk mengenang peristiwa yang disebut sebagai Peristiwa Perjuangan Merah Putih Sanga-Sanga ini, Pemerintah ProvinsiKalimantan Timur bersama Pemerintah KabupatenKutai Kartanegara selalu menggelar upacara peringatan peristiwa tersebut setiap tanggal 27 Januari.
Sanga-Sanga juga merupakan kecamatan pertama yang berdiri secara administratif di luar Pulau Jawa dan Pulau Sumatra pada tahun 1949 dengan camat pertamanya adalah Awang Ishak, ayah dari gubernur Kaltim yang saat ini sedang menjabat, Awang Faroek Ishak.
Pembagian administratif
Kecamatan Sanga-Sanga dibagi menjadi 5 kelurahan, antara lain: