Prada Samlawi (lahir di Rumpin, Bogor, Jawa Barat – meninggal di Cigudeg tahun 1948) adalah salah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dan merupakan pejuang asli daerah Rumpin. Namanya diabadikan sebagai nama jalan utama di Kecamatan Rumpin.[1]
Perjuangan
Samlawi yang beretnis Sunda merupakan putra asli Rumpin, Kabupaten Bogor yang berpangkat prajurit dua (prada) dalam institusi Tentara Keamanan Rakyat. Semasa hidupnya, beliau terlibat dalam mengusir para penjajah Belanda dari tanah air, khususnya di wilayah Bogor dan sekitarnya.[2] Sosoknya pun cukup diperhitungkan hingga tidak disukai para penjajah. Samlawi dikenal sebagai pribadi yang tak gentar dalam mengusir penjajah. Keberaniannya cukup diingat terkhusus para rekan seperjuangan, dimana saat itu Prada Samlawi berada disatuan Seksi III, pimpinan Sersan Sairin.[3]
Samlawi diketahui wafat pada umur 35 tahun. Beliau gugur saat terlibat dalam pertempuran di wilayah Kampung Sentuk, Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg pada tahun 1948.[4] Sebelumnya, Samlawi sebelum berangkat, minta dibuatkan pepes ikan, namun setelah matang, tidak sempat memakan pepes ikan itu.
Diceritakan oleh Ozos:
"Saya mendapatkan keterangan dari orang yang melihat langsung di Kampung Sentuk. Sehabis Sholat Djohor, Prada Samlawi diseret dan diikat, baru dibakar, setelah itu dihujani peluru. Mendengar kabar itupun, saya langsung meneteskan air mata." ucap Ozos.
Samlawi dikenal sebagai seorang tentara yang taat pada atasannya dan selalu tekun beribadah, meski berada di wilayah yang pada saat itu dalam keadaan sangat genting. Abah Ugan, teman Samlawi yang saat itu, melihat langsung saat detik-detik dieksekusi.[5]
Referensi