Sabar Subadri (lahir 4 Januari 1979) adalah seniman difabel berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal, baik di dalam negeri maupun mancanegara melalui karyanya berupa lukisan yang dipamerkan di sejumlah pameran. Sabar Subadri yang melukis dengan kakinya, merupakan salah satu dari sembilan pelukis Indonesia yang tergabung dalam Association of Mouth and Foot Painting Artists (AMFPA), sejak tahun 1989. Asosiasi itu memberikan beasiswa sebesar Rp. 100.000 per bulan kepadanya yang kemudian dibelanjakan untuk membeli peralatan lukis dan membayar guru seni lukis. Sebagian karyanya sudah dipamerkan di beberapa kesempatan di sejumlah negara Eropa. Sabar banyak menghasilkan lukisan dengan aliran naturalis, sebagian besar tentang alam dan manusia. Puluhan karyanya sudah dicetak dalam bentuk kartu ucapan maupun kalender.[1][2][3][4][5]
Latar belakang
Sabar Subadri terlahir tanpa kedua tangan, dan kaki kiri lebih pendek dari satunya. Kebiasaan kanak-kanak yang ia lakukan lumrahnya anak kecil lain, berupa mencorat-coret dengan kapur, dianggap oleh kedua orang tuanya sebagai bakat dan dapat menjadi bekal hidup. Sabar kemudian sering diikutsertakan dalam berbagai lomba gambar anak-anak. Kegiatan keseniannya ini menarik perhatian publik, khususnya para jurnalis. Salah satu majalah nasional yang meliput Sabar dibaca oleh perwakilan AMFPA di Jakarta. Sabar kemudian dihubungi oleh AMFPA untuk bergabung menjadi anggotanya. Pada tahun 1989, Sabar Subadri diajak turut serta dalam pameran bersama angota AMFPA Indonesia di gedung Bentara Budaya, Jakarta. Dua tahun kemudian, pada tahun 1991 (umur 12 tahun), Sabar menjadi student member AMFPA, dan ia menerima beasiswa untuk mengembangkan keterampilannya di bidang lukis.
Pada tahun 2011 Sabar diangkat menjadi anggota terasosiasi AMFPA, dan terus berjuang untuk mencapai anggota penuh. Dengan menjadi anggota AMFPA Internasional, Sabar telah beberapa kali mengikuti pameran lukisan di manca negara. Di antaranya, di Taipei pada tahun 1991, di Singapura pada 2012, di Wina pada 2013, dan di Barcelona pada 2017. Sabar menggelar pameran tunggal pada Februari 2013 di Jogja Gallery, dibuka oleh GKR Hemas dengan kurator Prof. Dr. M. Dwi Marianto Phd. Pameran bertajuk "Natura Esoterika" ini menjadi pameran tunggal pertama pelukis tanpa tangan di Indonesia. Pada Agustus 2015, Sabar membuka galeri pribadinya dengan nama Galeri Sabar Subadri Saung Kelir. Galeri yang memajang puluhan karya ini diresmikan oleh Wali kota Salatiga, Yulianto, dan sempat dikunjungi oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Meski terlahir sebagai penyandang difabel, Sabar Subadri menempuh pendidikannya di sekolah umum. Namun sempat ada hambatan ketika mencari sekolah dasar yang mau menerimanya. Setidaknya ada lima SD yang menolak, sebelum akhirnya di terima di SD Negeri Kalicacing 2. Jenjang pendidikan berikutnya ia jalani hingga perguruan tinggi dengan mengambil jurusan sastra Inggris di STiBA Satya Wacana. Proses perkuliahannya ia jalani sampai 12 tahun, dan berakhir dengan drop-out.
Pameran
Bersama
- Gedung Bentara Budaya (Jakarta, 1989)
- Gedung Sekretariat ASEAN (Jakarta 1996)
- Plaza Sinar Fontana (Surabaya 1998)
- Plaza Bapindo (Jakarta, 2001)
- Gedung WTC (Jakarta, 2002)
- Hotel Papandayan (Bandung, 2006)
- Suntec Auditorium (Singapura, 2012)
- Gedung Jogja Gallery (Yogyakarta, 2012)
- Istana Hofburg (Wina, 2013)
- Hotel JS. Luwansa (Jakarta, 2013)
- Gedung Nusantara I Senayan (Jakarta, 2016)
- Museu Maritim, (Barcelona 2017)
Tunggal
- Natura Esoterika, Gedung Jogja Gallery (Yogyakarta, 2013)
- Spirit Kehidupan, Mal Ciputra (Semarang, 2019)
Bibliografi
- Antologi bersama cerpen "Membidik Bintang", penerbit Narata Karia, 2014
- Antologi bersama cerpen "Let Go", penerbit Narata Karia, 2014
- Memoar Sabar Subadri Seorang Pelukis Kaki, penerbit Narata Karia, 2015
- Antologi cerpen "Tanpa Mimpi", penerbit Narata Karia, 2019
- Mitologi Selatiga, penerbit Narata Karia, 2020
Penghargaan
- Liputan6 Awards 2015, kategori Pantang Menyerah
- Nugra Jasadharma Pustaloka 2021, kategori Masyarakat
Lihat pula
Referensi
|
---|
Umum | |
---|
Perpustakaan nasional | |
---|