Tumbuhan yang amat mirip pandan. Akar tinggal (rizoma) tebal, membentuk jalinan yang rapat, terselubung oleh sisik-sisik yang berujung lancip dan tersusun tumpang tindih, atau oleh serpih-serpih sisanya. Batang halus, 30-60 cm × 5-10 mm. Daun-daun berjumlah banyak; helaian serupa pita atau pedang, 1-4 m × 2–5 cm, menjulai di ujungnya, liat seperti kulit, tertekuk terlipat dengan tiga tulang daun utama yang sejajar; tepi helaian kasap tajam, demikian pula pada sisi bawah tulang daun yang tengah; ujungnya mengecil serupa ekor serupa jarum, bersudut-tiga, kasap-tajam tepi-tepinya, 15–25 cm; pelepah bagian bawah cokelat hingga berangan gelap.[7]
Perbungaan berupa malai di ujung batang, lonjong agak jorong, (5-)10-20 × -7 cm tatkala menjadi buah; cabang-cabangnya pendek, tebal, miring keluar; daun pelindung (braktea) terbawah panjang, (30-)60–150 cm, yang paling atas bundar telur lebar dengan ujung serupa ekor, kasap-tajam tepi-tepinya. Spikelet dalam kelompok yang duduk atau hampir duduk, bulat telur. Gluma (daun pelindung bunga) bundar telur, tumpul, berurat banyak, berwarna jerami atau kehijauan, lk. 1 cm panjangnya. Bunga sedikit lebih pendek daripada gluma. Buah bentuk gelendong (elipsoid) mengerucut, berujung runcing, biasanya dengan lk. 6 rusuk memanjang yang kurang lebih berbintil-bintil, cokelat kusam, 1-1½ × lk. 1 cm; rusuk adakalanya mencapai 10 dan menyatu di bagian atas.[7]
Rumbai sering didapati di rawa-rawa pasang-surut berair tawar, hutan rawa pasang-surut, hutan-hutan peralihan di belakang mangrove, dan sepanjang tepian estuaria. Tumbuhan ini sering pula membentuk vegetasi murni yang padat, hampir tak dapat diterobos. Buah-buahnya dipencarkan oleh air banjir, dan juga tikus yang memakan bagian luarnya yang bergabus.[7]
Manfaat
Daun-daunnya dipakai untuk membuat anyaman dan tikar. Rumphius mencatat bahwa daun-daun pandang ayer ini pada zamannya dipakai untuk membuat tikar oleh penduduk Amboina, Seram dan pulau-pulau di sekitarnya.[3] Di sekitar Palembang dan Jambi, rumbai dahulu banyak ditanam orang untuk dimanfaatkan daunnya. Setelah dibuang bagian-bagiannya yang tajam bermiang, helai-helai daun rumbai ini dijemur selama lk. empat hari, sebelum kemudian dibelah menjadi lembaran-lembaran yang lebih kecil, dan dilicinkan serta dilembutkan agar mudah dianyam. Selain tikar, lembar-lembar ini juga dianyam menjadi kantung-kantung beras dan pelbagai wadah lainnya. Mutu dan keawetan tikar rumbai masih di bawah mutu tikar pandan yang biasa.[6]
Rujukan
^Merrill, ED. 1914. Philippine Journal of Science. Section C (Botany) 9: 268. Manila :Bureau of Science.
^Gaertner, J. & JG. Sturm. 1788. De Fructibus et Seminibus Plantarum: accedunt seminum centuriae quinque priores cum tabulis Aeneis LXXIX. I: 190.Tab. 39, fig. 6a-e. Stutgardiae :Sumtibus Auctoris, Typis Academiae Carolinae, 1788-1791.