Rollo May
Rollo May adalah psikolog eksistensial dari Amerika Serikat paling terkenal.[1][2] Ia melakukan penafsiran ulang dan penyebutan istilah-istilah baru terhadap istilah-istilah lama dalam eksistensialisme, seperti "takdir" yang merupakan padanan dari "keterlemparan" dan "keberanian" yang merupakan padanan dari "otentisitas".[1] May adalah satu-satunya psikolog eksistensial yang membicarakan tahap-tahap perkembangan, tetapi bukan dalam pengertian Freudian.[1] Tahap-tahap tersebut adalah:
Pemikiran psikologiPsikologi humanisRollo May merupakan salah satu tokoh pendukung psikologi humanis.[3] Psikologi humanis ditetapkan sebagai sebuah gerakan sosial dalam psikologi. Penetapannya dilakukan dalam sebuah konferensi di Old Saybrook pada tahun 1964. Dalam gerakan psikologi humanis, May berperan sebagai salah satu pengembang dari segi keilmuan bersama dengan Carl Rogers dan Abraham Maslow.[4] Psikologi eksistensialMay juga merupakan salah satu tokoh pendukung psikologi eksistensial. Ia menetapkan dua konsep dasar yang digunakan dalam pengkajian psikologi, yaitu keberadaan di dunia dan ketidakberadaan. Konsep keberadaan dibaginya menjadi tiga aspek yang menyebabkan manusia memiliki keberadaan di dunia. Aspek-aspek ini yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitar, hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, dan hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri.[5] May juga merupakan pendukung aliran filsafat eksistensialisme. Aliran ini berpengaruh dalam psikologi.[6] May menjadi salah satu tokoh yang menjadi promotor dalam konseling eksistensialis.[7] May menetapkan sebuah karakter bagi konselor yang disebut penyembuh luka. Ia mengartikan kemampuan ini sebagai kemampuan untuk bekerja dari sudut pandang pengalaman emosional yang sudah teratasi. Kemampuan ini membuat seseorang dapat peka terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.[8] PatologiMay menyatakan bahwa gejala patologi timbul pada manusia akibat ketidakmampuannya dalam memperoleh kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri. Ia meyakini bahwa pada kondisi ketidakbebasan, manusia tersesat akibat penghayatan yang tidak mampu memikirkan masa depan.[9] Menurut May, gangguan secara psikologi diakibatkan oleh rasa ketidakberdayaan yang dialami oleh manusia modern. Mereka mengalami ketidaktahuan menegenai identitas diri dan tujuan hidupnya. Ketidaktahuan akan keberadaan tersebut kemudian memunculkan gangguan psikologis antara lain kehampaan, ketidakberartian, dan kekosongan spiritual.[10] May menyatakan bahwa kondisi ketidakberdayaan tersebut merupakan akibat dari peradaban modern yang tidak dapat dihentikan oleh manusia modern.[11] Pemikiran humanismeKeberadaan manusiaMay meyakini bahwa ciri khas dari manusia adalah adanya kesadaran akan keberadaan dirinya sendiri. Hal ini menjadi sumber kualitas tertinggi bagi manusia. Adanya kesadaran akan keberadaan diri sendiri membuat manusia mampu membedakan dirinya dengan dunia.[12] Dalam pandangan May, hubungan antara waktu, tempat dan makna tertentu merupakan penyebab keberadaan dari manusia.[13] May meyakini bahwa kesadaran akan keunikan diri sendiri dapat mengurangi kecemasan. Ia menyatakan bahwa kecemasan meliputi ketakutan dan ancaman dalam bentuk nilai-nilai yang dianut secara pribadi. Menurutnya, ancaman dapat dibedakan menjadi ancaman fisik, ancaman keberadaan secara psikologis, maupun ancaman yang mengganggu keberadaan nilai dari orang lain. Ancaman fisik misalnya ancaman kematian. Ancaman keberadaan secara psikologis misalnya ancaman akan kehilangan kebebasan atau mengalami ketidakbermaknaan hidup. Sedangkan ancaman yang mengganggu keberadaan nilai dari orang lain misalnya patriotisme atau rasa cinta kepada orang lain.[14] Tahapan perkembangan manusiaMay merupakan satu-satunya tokoh psikologi eksistensialis yang membahas tentang tahap-tahap perkembangan manusia. Ia menyatakan bahwa tahap remaja merupakan tahap pemberontakan dan perlawanan terhadap orang dewasa. Penyebabnya adalah adanya perkembangan dari ego atau kesadaran diri dari remaja.[15] Sementara itu, May menyatakan bahwa orang dewasa memiliki perbedaan tingkat perkembangan secara individu. Perbedaan ini terletak pada pandangan subjektif mengenai partisipasi dirinya terhadap lingkungannya. May juga menyatakan bahwa orang dewasa juga memiliki perbedaan dalam perilaku. Perbedaan perilaku ini merupakan akibat dari perbedaan tingkat kecenderungan dalam mempertahankan keunikan diri.[16] Kebebasan manusiaMay meyakini bahwa kebebasan untuk memilih merupakan takdir yang diberikan kepada manusia. Pilihan yang dilakukan oleh manusia kemudian akan menghasilkan tindakan. Adanya tindakan kemudian memunculkan tanggung jawab. Sedang pilihan yang tidak diwujudkan menjadi tindakan hanya akan menjadi harapan saja. Menurutnya, kebebasan dan tanggung jawab akan diterima oleh individu yang sehat. Penerimaan ini dilakukan meskipun telah mengetahui bahwa tindakan dan tanggung jawab tersebut sering menghasilkan kecemasan, perasaan yang menyakitkan, maupun kesulitan.[17] Referensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia