Revierderby atau juga dikenal dengan nama Derby Lembah Ruhr adalah persaingan dan permusuhan antara dua klub sepak bola, yakni Borussia Dortmund dan FC Schalke 04.[1] Dinamakan derby Sungai Ruhr karena dua klub tersebut mendiami kawasan Ruhr, Jerman. Akar persaingan dan permusuhan Dortmund dan Schalke dapat ditarik hingga latar belakang sejarahnya yang sebenarnya tidak terlalu kontras. Baik Dortmund maupun Schalke tidak memiliki perbedaan ideologi yang mencolok, perbedaan kelas sosial-ekonomi yang timpang, atau perbedaan agama dan budaya.[2]
Latar Belakang
Nama Revierderby diambil dari kondisi geografis kawasan Ruhr, di sana ada sebuah sungan yang bernama Rhein dan dua anak sungai yang bernama Ruhr dan Lippie. Kondisi geografis yang demikian inilah yang membuat pertandingan antara Dortmund dan Schalke disebut dengan Revierderby.[3]
Pertemuan pertama Dortmund dan Schalke dimulai pada 1925, saat itu Jerman Nazi belum berkuasa dan belum ada perubahan dalam sistem kompetisi.[4] Dalam pertemuan itu, Schalke memenangkan pertandingan dengan skor 4-2 atas Dortmund, tetapi belum ada aroma kebencian dalam pertandingan itu. Kebencian mulai muncul saat kompetisi diubah pasca Perang Dunia II, menjadi Bundesliga. Pada Bundesliga musim 1972, pertemuan kedua klub terjadi, hasilnya Schalke menang dan Dortmun kalah, tetapi kekalahan itu langsung mengantarkan Dormund ke jurang degradasi.[2] Sejak saat itu persaingan dan permusuhan kedua klub semakin menjadi hingga saat ini.
Persamaan dan Perbedaan
Baik Dortmund maupun Schalke keduanya memiliki latar belakang yang sama, yakni sama-sama klub proletariat. Kemunculannya tidak dapat dilepaskan dari perubahan drastis masyarakat Jerman, dari pertanian menuju industri, terutama besi.[5] Industrialisasi ini mengakibatkan banyak desa-desa di Jerman yang kemudian berubah menjadi pabrik-pabrik dan pemukimannya menjadi kumuh. Selain itu industri juga menarik imigran dari berbagai wilayah Eropa lainnya, seperti Italia dan Turki. Salah dua daerah yang terdampak dari industrialisasi ini adalah Dortmund dan Gelsenkirchen.[2]
Perbedaan antara Dortmund dan Schalke seperti perbedaan antara A.S. Roma dengan S.S. Lazio, yakni wilayah apa yang mereka wakili dan seluas apa wilayah tersebut. Jika Dortmund menggunakan nama kotanya sebagai identitas klub, berbeda dengan Schalke yang lebih "kecil" atau setingkat dengan kecamatan di kota Gelsenkirchen. Meskipun Schalke tidak menggunakan nama kota, tetapi kebayakan warga Gelsenkirchen sudah menambatkan diri mereka pada Schalke.[5]
Saling Mengolok
Seperti halnya persaingan dalam dunia sepak bola lainnya, saling olok dan saling ejek juga terjadi, baik oleh Dortmund maupun Schalke. Suporter dari kedua klub kerap kali membuat plesetan lagu untuk menyerang klub musuhnya. Misalkan suporter Schalke merubah salah satu lirik lagu Im Wagen for Mir milik Uschi Obermaier menjadi "... Im stadion cor mir stebt ein BVB schwein ...", yang artinya "... di depan stadionku berdiri babi-babi BVB ..."[5]
Sementara itu suporter Dortmund merubah lagu Am Tag, als Conny Kramer starr milik Juliane Werding menjadi Am Tag, Als Der FC Scheisse Starb yang artinya "Ketika Suatu Hari FC Kotoran Mati.". Baik Dortmund dan Schalke menjadikan lagu-lagu tersebut wajib dinyanyikan, bahkan ketika melawan klub besar lainnya seperti FC Bayern München atau Bayer 04 Leverkusen.[5]