PT Resource Alam Indonesia Tbk (atau disingkat RAIN Group) merupakan sebuah perusahaan publik yang bermarkas di Jakarta, Indonesia, didirikan pada tahun 1981 dan bergerak di bidang pertambangan batu bara.
Perusahaan didirikan pada 8 Juli 1981 dengan nama PT Kurnia Kapuas Utama Glue Industries[1] yang berbasis di Pontianak, Kalimantan Barat dan bergerak di industri manufaktur bahan perekat, formalin dan resin.[2] PT KKGI terafiliasi dengan Bumi Raya Utama Group yang dimiliki oleh keluarga Adijanto Priosoesanto (Tan Lim Hian)[3] yang berbasis di Kalbar dan bergerak di industri perkayuan. Karena itulah, sekitar 70% produksi perusahaan ini awalnya ditujukan untuk pengolahan hasil kayu Bumi Raya Utama Group.[4] Pada tahun 1990-an, perusahaan ini tercatat menjadi salah satu produsen formalin dan thermosetting adhesive terbesar dalam negeri, dan di tanggal 1 Juli 1991, resmi menjadi perusahaan publik dengan melepas sahamnya (4,5 juta lembar, Rp 5.700/lembar) di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.[5] Ekspansi kemudian dilakukan dengan memproduksi melamine paper, gummed taped, high pressure laminated, dan bahan perekat atau kimia lainnya,[6] serta akuisisi PT Susel Prima Permai yang berbasis di Palembang pada tahun 1990 dan bergerak di bidang sejenis (kemudian dimerger ke induknya sejak 1 Januari 1999).[7]
Pada awal 2000-an (2003-2004), keluarga Adijanto sebagai pemilik perusahaan ini kemudian memutuskan banting setir dari bisnis perkayuan ke usaha lain seperti pertambangan dan kelapa sawit. Hal ini turut mengubah bisnis KKGI, dimana keluarga tersebut mendiversifikasi usahanya ke bidang pertambangan batu bara. Lewat PT Insani Baraperkasa, eksplorasi mulai dilakukan pada 3 blok tambang batu bara di Kalimantan dari total sekitar 24.000 ha lahan konsesi.[3] Seiring perubahan usaha ini, nama PT KKGI Tbk berganti menjadi PT Resource Alam Indonesia Tbk di tanggal 5 September 2003.[8] Bisnis batu bara ini kemudian mulai efektif dijalankan sejak tahun 2006, dengan awalnya menambang 3 blok (Simpang Pasir, Gunung Pinang, dan Bayur) yang ketiganya berbasis di Kalimantan Timur, yang kemudian setelah ekspansi diperluas dan menghasilkan lebih dari 2-4 juta ton/tahun.[9][10] Sempat juga kemudian didirikan anak usaha yang bergerak di bidang pembangkit listrik pada 2011.[11] Sejak itulah, usaha utama dari perusahaan ini lebih didominasi oleh usaha penambangan dan perdagangan batu bara. Di sisi lain, usaha yang terkait dengan perkayuan (seperti produksi lem, formalin dan high pressure laminated) semakin mengecil presentasenya dari bisnis perseroan, dimana usaha pembuatan lem dihentikan dan high pressure laminated yang tidak lagi menjadi usaha utamanya,[12] meskipun masih dijalankan dengan memperdagangkan merek "Pelangi".[13]
Pada tahun 2021, perusahaan ini membeli 70 persen saham PT Buton Mineral Indonesia (BMI) dan PT Bira Mineral Nusantara.[14]
Referensi
Pranala luar