Resimen Tentara Kerajaan Melayu (bahasa Melayu: Rejimen Askar Melayu DiRaja) disingkat RAMD, (Jawi: ريجيمن عسكر ملايو دراج), (bahasa Inggris: Royal Malay Regiment) atau biasa disebut Tentara Melayu adalah pasukan komando tempur utama Angkatan Darat Malaysia. RAMD juga merupakan kesatuan militer (Resimen) elit yang tertua di dalam Angkatan Darat Malaysia. Seperti namanya, Resimen Tentara Kerajaan Melayu merupakan kesatuan militer eksklusif yang hanya beranggotakan personel dari keturunan kaum Melayu saja.[1]
Sejarah
Pembentukan
Pada masa penjajahan Inggris di Malaya, Inggris membawa pasukan-pasukan dari tentara Inggris dan Resimen senapan Burma yang merupakan bagian dari Angkatan Darat India Britania untuk mengawal keamanan. Hal itu mengakibatkan biaya yang tinggi guna mendatangkan pasukan-pasukan tersebut, untuk itulah sejak tahun 1902, Raja-Raja Melayu terutamanya Sultan Alang Iskandar Shah (Sultan Perak), Tuanku Muhamad Ibni Yam Tuan Antah (Yang DiPertuan Besar Negeri Sembilan), Raja Chulan (Kerabat kerajaan Perak) dan Dato Abdullah Haji Dahan (Undang Luak Rembau) telah mendorong pihak penjajah Inggris di Malaya untuk membentuk satu resimen tentara yang direkrut dari orang-orang lokal.[2]
Pada 23 November 1932, Jawatan Perang Inggris memberikan persetujuan untuk pendirian satu pasukan tentara Melayu sebagai satu resimen lokal didalam Angkatan Tentara Inggris (Resimen ini dilatih dan dibawah administrasi Resimen Tentara Inggris Malaya). Pada 23 Januari 1933, Majlis Perundingan Federal (Federal Consultative Council) telah memutuskan Akta No. 11 yang dikenal dengan nama Akta Resimen Tentara Melayu dan memberikan anggaran sebesar $70,000 untuk membeli tanah perkebunan karet 'Kong Sang' di Port Dickson untuk dibangun sebagai Pusat Latihan perekrutan tentara Melayu.[2]
Pada awal dibentuk pada Februari 1933, Pasukan tentara Melayu hanya berkekuatan satu buah kompi percobaan (1st Experimental Company) yang berjumlah 23 personel.[1] Pasukan tentara Melayu didirikan secara resmi pada 1 Maret 1933 di Haig Lines, Port Dickson, Negeri Sembilan. Dengan komandan resimen yang pertama Mayor G. Mc Bruce.[2]
Resimen Tentara Melayu terlibat pertempuran dengan tentara Jepang pada 13 Februari 1942 sekitar pukul 14.00 ketika Divisi ke-18 tentara Jepang menyerang pantai barat daya di sepanjang Bukit Pasir Panjang dan melintasi Jalan Ayer Rajah.[3]
Pertempuran Bukit Chandu
Pertempuran di Bukit Chandu terjadi pada tanggal 14 Februari 1942 merupakan bagian dan lanjutan dari pertempuran Pasir Panjang ketika Jepang melancarkan serangan berat lebih lanjut pada jam 08.30 dengan didukung oleh tembakan mortir dan artileri yang intensif.[4]
Pada 1948, Angkatan Darat Inggris di Malaya memiliki tujuh batalyon Gurkha yang sebagiannya telah dirombak serta dua batalion dari Resimen Tentara Melayu. Pada pertengahan 1948, hanya tiga batalion Angkatan Darat Inggris yang tersisa di Malaya bersama-sama dengan pasukan dari Resimen Tentara Melayu yang bertugas memainkan peranan penting melawan komunis selama kedaruratan Malaya berlangsung.[5]
Resimen Tentara Melayu mendapatkan tambahan nama Royal (bahasa Melayu: diRaja) pada tahun 1961 dan dengan tambahan itu Resimen Tentara Melayu resmi berganti nama menjadi Resimen Tentara Kerajaan Melayu. Setelah Malaysia merdeka, Resimen Tentara Melayu merupakan kesatuan yang berdiri sendiri yang berkekuatan 11 batalyon pada tahun 1963.[5]
Selama masa konfrontasi, Resimen Tentara Kerajaan Melayu juga dikerahkan di Sabah dan Sarawak. Pada tanggal 29 Desember 1963 terjadi sebuah insiden yang dikenal dengan nama Insiden kalabakan, dimana pada waktu itu sebuah pos Resimen Tentara Melayu dari Kompi C, batalyon ke -3 di kalabakan, Tawau, Sabah disergap oleh tentara relawan dari Pasukan Rakyat Kalimantan Utara ketika melaksanakan sholat maghrib. Dalam kejadian itu tujuh tentara resimen Melayu tewas termasuk komandan kompi Mayor Zainal Abidin dan 16 anggota lainya cedera.[6]
Pasukan perdamaian PBB
Kongo
Resimen Tentara Kerajaan Melayu Batalyon ke-4 di bawah komando Letkol Ungku Nazaruddin diberangkatkan ke Kongo sebagai pasukan perdamaian PBB pada tahun 1960 hingga mengakhiri tugasnya pada 28 April 1963.[7]
Somalia
Resimen Kerajaan Melayu Batalyon ke-19 (Mekanis) memberangkatkan 870 anggotanya ke Mogadishu, Somalia pada 18 Juni 1993 sebagai bagian dari operasi UNOSOM IIPBB di Somalia.[8]
Bosnia dan Herzegovina
Resimen Tentara Melayu batalyon ke-23 bersama-sama dengan pasukan dari Korps Kavaleri Kerajaan batalyon ke-3 membentuk MALBATT I (Malaysian Battalion I) sebagai bagian dari Pasukan Perdamaian PBB dan mulai ditempatkan di Bosnia dan Herzegovina pada September 1993.[9]
Saat ini Resimen Tentara Kerajaan Melayu (RAMD) memiliki total 26 batalyon. 20 di antaranya adalah Batalyon infanteri, dua batalyon Infanteri mekanis, tiga batalyon lintas udara, dan Batalyon terakhir adalah pasukan bantuan.
Batalyon ke-1 (diketahui sebagai "Batalyon Pertama") merupakan batalyon infanteri paling senior di Resimen Tentara Melayu. Peran utamanya adalah sebagai unit kehormatan yang ditugaskan untuk melaksanakan penjagaan kepada Istana Negara di Kuala Lumpur dan menjadi Pasukan Kehormatan untuk menyambut tamu negara ke Malaysia.
Batalyon 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 13, 15, 16, 20, 21, 22, 23, 24, 25, dan 26, merupakan batalyon tempur yang setiap batalyon nya mempunyai 3 buah kompi yaitu kompi senapan, kompi markas dan kompi bantuan.
Batalyon ke-9, ke-17 dan ke-18, merupakan batalyon lintas udara/penerjun yang juga merupakan bagian dari pasukan Brigade 10 Para.[10]
Dol Ramli. (1965, Juli). 'History of the Malay Regiment, 1933–1942'. Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society, 38(1), 199–243.
Hack, Karl (2001). Defence and Decolonisation in Southeast Asia: Britain, Malaya and Singapore, 1941–1968. Routledge. ISBN978-0-7007-1303-5.
Pui Huen Lim, Patricia & Wong, Diana, ed. (2000). War and Memory in Malaysia and Singapore. Institute of Southeast Asian Studies. ISBN978-981-230-037-9.Pemeliharaan CS1: Menggunakan parameter penyunting (link)