Sistem ini dirancang untuk inklusif dengan maksud dapat diterapkan ke semua jenis suara manusia tanpa pengecualian.[1] Seorang dirjen raung jagat biasanya berdiri ditengah-tengah paduan suara dan memberi tanda untuk berhenti atau mengatur rendah dan tinggi suaranya.[2] Peserta paduan suara secara bebas mengeluarkan suara-suara sesuai karakternya dan diberikan ruang untuk berimprovisasi.[2] Hal ini menunjukkan bahwa perpaduan karakter suara yang tidak biasa dan tampak tidak beraturan dapat membentuk rangkaian harmoni yang baik.[2] Sistem ini juga pernah diterapkan pada sesi rekaman dengan metode improvisasi untuk album Mahanyawa dengan melibatkan beberapa anggota dari kelas pertama.[1] Pertunjukan pertama paduan suara eksperimental ini diselenggarakan oleh sebuah rumah produksi bernama Kebun Binatang Film, yang selain memproduksi video dokumenter tentang musik, juga mengadakan beberapa lokakarya musik berbasis improvisasi.[3]
Simbol
Kelas
Metode lokakarya Raung Jagat bersifat kelas yang mana terdapat pengajar dan partisipan. Partisipan diajarkan tentang sistem simbol dan penerapannya dalam paduan suara improvisasi, partisipan yang pernah mengikuti salah satu kelas, boleh membuka kelas sendiri sebagai pengajar. Umumnya kelas digelar selama 2-3 hari dan ditutup dengan sebuah pertunjukan. Kelas-kelas yang dibuka oleh Rully Shabara Herman, antara lain:
Kedai Kebun Forum, Yogyakarta 2014 sebagai Kelas Pertama, menggunakan sistem Raung Jagat yang masih berupa Purwarupa, dengan partisipan terpilih.[4]
Kelas lain yang digelar oleh alumni Raung Jagat di berbagai tempat, seperti di Malaysia oleh Sean Stellfox, di Samarinda oleh Hilman Fathoni, di El Salvador oleh Rodrigo Calderón, dan menjadi kelas rutin di Body Voice Centre, Melbourne.[12]
Pengembangan Sistem
Do.Re.Mi.No & Cari Padu
Karya Rully Shabara Herman yang ditampilkan di Biennale Jogja XIII tahun 2015.[13] Kedua karya tersebut mengadopsi sistem Raung Jagat yang telah dimodifikasi. Do.Re.Mi.No adalah instrumen musik yang berupa sejumlah suara manusia, sedangkan Cari Padu adalah paduan suara partisipatif yang terdiri dari pengunjung pameran dengan meniru gaya partai politik melakukan kampanye, mulai dari pembagian jumlah partai, cara menggelar rapat, bahkan pemilihan suara, yang semuannya dilakukan secara harfiah. Tidak seperti Raung Jagat, jumlah partisipan dalam Cari Padu tidak terbatas.[14]
Gaung Jagat
Pengembangan sistem Raung Jagat yang bisa diterapkan pada segala jenis instrumen musik selain vokal, menggunakan sistem notasi yang bisa dipelajari dengan singkat. Ensembel Gaung Jagat pertama merekam album pada tahun 2016, terdiri dari 19 musisi dengan beragam instrumen dan dirilis dalam format Kaset oleh Noise Bombing Records.[15] Tahun 2017 berkembang menjadi ensembel orkestra dengan jumlah musisi yang lebih banyak dan menggelar konser di IFI Yogyakarta[16] dan Festival Kesenian Yogyakarta ke-29.[17]