Wen dari Zhou (Bahasa Tionghoa: Wen Wang, Bahasa Hokkian: Bun Ong) atau dikenal juga dengan nama Ji Chang atau salah satu Raja pada Dinasti Zhou. Ji Chang dikatakan sebagai salah satu peletak dasar Dinasti Zhou, sebuah dinasti yang bertahan lebih dari 800 tahun lamanya. Sewaktu ayahandanya, Ji Li, masih menjadi Raja, negeri Zhou adalah negeri kecil jika dibandingkan dengan Dinasti Shang. Ji Li membangun pasukan dari kelompok dan wangsa Zhou ke arah timur Tiongkok di sepanjang sungai Wei dan menduduki daerah Zhou Yan yang berada di selatan gunung Qi Shan.
Setelah kematian ayahandanya yang dibunuh oleh Raja Shang, Ji Chang diangkat menjadi Raja Zhou.
Demi membalas dendam Ji Chang berusaha agar negara Zhou menjadi kuat supaya ia dapat menyerang Dinasti Shang. Untuk menjadi kuat Ji Chang menyerang negara-negara tetangganya, tetapi di dalam penyerangannya ia selalu mempunyai syarat-syarat yang dipegang teguh, seperti selalu memakai pakaian seperti penduduk biasa, selalu baik dan murah hati kepada bawahannya, dan mengatur batas pajak dan retribusi sesuai kemampuan rakyatnya, bahkan selalu menunjukkan perhatian besar terhadap kehidupan rakyat, terutama orang tua dan janda. Ia juga memeprlakukan hukum bahwa seseorang yang telah melanggar peraturan, keluarganya yang tidak bersalah tidak akan dihukum.
Politik ini berbeda dengan cara yang dilakukan raja Shang yang menggunakan cara kejam, sehingga banyak orang-orang dari negeri lain datang menetap di negeri Zhou. Ji Chang juga banyak mempekerjakan orang-orang berbakat untuk dijadikan pejabat pemerintahannya.
Sejarah
Setelah beberapa tahun, akhirnya negeri Zhou menjadi negeri yang kuat di wilayah barat dan Ji Chang dijuluki penguasa negara barat, tetapi hal ini mendapat perhatian dari raja Shang, yang kemudian mengundang Ji Chang ke Zhaoge (ibu kotaDinasti Shang) dan memenjarakannya di kota Youli atas tuduhan bersalah (walaupun tuduhannya tidak jelas). Akhirnya Ji Chang (raja Wen) menawarkan wanita-wanita dan harta yang berlimpah kepada raja Shang untuk jaminan pembebasan. Sesudah sekembalinya ke negeri Zhou, ia mengumpul pasukannya menyerang negeri Shang dan maju sampai melewati Sungai Kuning dan bertarung di bagian tengah wilayah negeri Shang yang pada akhirnya berhasil menguasai 2/3 dari seluruh wilayah negeri Shang. Sebelum penyerangan terakhir ke ibu kota negeri Shang, Ji Chang meninggal dunia karena sakit dan digantikan oleh anaknya yang kemudian menjadi pendiri Dinasti Zhou.
Pengaruh Wen Wang terhadap budaya Tionghoa
Kong Zi sebagai pendiri Pemikiran Konfusianisme, pada saat terjadinya kekacauan pada masa Periode Negara Perang, juga mengajarkan tentang kebaikan-kebaikan dari Wen Wang yang harus diikuti rakyat.[1] Kong Zi menganjurkan agar sifat Wen Wang menjadi contoh di mata rakyat dan penguasa guna mengembalikan tatanan politik yang benar di Tiongkok. Sebagai perintis jalan berdirinya negara Zhou, namanya memiliki arti Raja Budaya, yang diberikan sebagai gelar setelah ia meninggal. Sebelum dibahas Kong Zi di dalam Analek, ia telah terkenal sebagai tokoh ideal dikarenakan prestasi kebudayaannya.[1] Meng Zi menggambarkan Wen Wang sebagai seorang pemimpin yang didukung rakyat karena kesusilaannya. Setelah Wen Wang berhasil menumbangkan Shang, ia kemudian melakukan ekspansi budaya dengan cara damai.[1] Ekspansi budaya itu digambarkan Kong Zi sebagai berikut: keterampilan dalam bidang administrasi sipil dan perdamaian, membangun kekuatan moral untuk membantu memenangkan hati negara-negara di sekitarnya. Konsep penaklukkan dengan ekspansi perdamaian dan budaya telah memberikan pengaruh besar sepanjang sejarah bangsa Tionghoa. Secara ideal musuh dikalahkan dengan menampilkan kebudayaan unggul ketimbang menyerbu dengan militer atau kekerasan. Suku Manchu adalah penguasa Tiongkok dari luar yang tunduk dalam budaya Tionghoa.[1]
^ abcdDawson, Raymond (1999). Kong Hu Cu, Penata Budaya Kerajaan Langit (terjemahan Bahasa Indonesia). Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti. ISBN979-444-255-0.