Radio Paket adalah metode komunikasi data paket melalui media transmisi gelombang radio.[1] Kata radio paket berasal dari bahasa Inggris “Packet Radio”.[1] Paket radio sendiri terdiri dari dua konsep komunikasi, yaitu “Packet Switching” dan “Radio Communication”.[1] Radio Communication adalah sistem komunikasi radio, seperti yang kita kenal selama ini.[1] Sedangkan Packet Switching adalah konsep dalam komunikasi data, dimana data atau file komputer yang panjang akan dikirim dalam penggalan-penggalan paket yang pendek-pendek.[1] Paket data yang pendek ini dikirim melalui peralatan berupa sebuah komputer kecil yang akan mengatur berbagai hal tentang pengiriman paket-paket tersebut.[1]
Deskripsi
Berdasarkan konsep "Paket Switching" dan "Radio Communication", sistem komunikasi radio paket adalah sebuah sistem komunikasi data paket yang di jalankan melalui media radio.[2] Pada prinsipnya ada dua sistem atau blok utama yang sering digunakan amatir radio, yaitu kombinasi:[2]
- Komputer --> modem atau terminal node controller -> radio[2]
- Komputer (dengan soundcard modem) --> radio[2]
Dalam dunia amatir radio proses packet switching dilakukan menggunakan protokol AX.25 (Amatir X.25) yang pada implementasi sebelumnya dilakukan secara peranti keras pada terminal node controller (TNC).[2] Sedangkan pada implementasi terkini, banyak berbentuk perangkat lunak dalam komputer yang kita gunakan.[2]
Sejarah
Di dunia
Radio Paket pertama kali dikembangkan di kepulauan Hawaii dalam penelitian jaringan data melalui satelit skala besar melalui satelit yang dikenal sebagai ALOHANET.[2] Penelitian tersebut dilakukan oleh University of Hawaii, Amerika Serikat.[2] Di dunia amatir radio, operasi radio paket pertama kali dilakukan oleh kalangan radio amatir di Kanada pada tahun 1978, dan diikuti oleh pengembangan perangkat Terminal Node Controller (TNC) pada tahun 1980 oleh Vancouer Amateur Digital Communication Group (VADCG).[2] TNC ini merupakan cikal bakal modem radio yang ada sekarang, dan dijadikan standar komunikasi radio paket amatir oleh organisasi yang bernama Tucson Amateur Packet Radio (TAPR).[2] TAPR adalah organisasi yang pertama kali mengembangkan prototipe TNC dengan harga yang terjangkau bagi semua kalangan radio amatir.[2] Prototipe pertama TNC dikenali sebagai TNC-1 yang berbasis prosesor mikro Z80.[2] Prototipe ini kemudian dilanjutkan dengan TNC-2 yang dijadikan acuan oleh kalangan pengguna radio paket seluruh dunia.[2]
Di Indonesia
Jaringan radio paket amatir telah ada di Indonesia sejak tahun 1986-1987.[3] Pada waktu itu, sekumpulan anggota amatir radio yang suka bermain radio paket, dipimpin oleh Robby Soebiakto, YB1BG dan teman-temannya, seperti YB2SV, YB1HR, YB0TD, YB0IN, YB0EBS dan lain-lain telah menggunakan jaringan radio paket berbasis AX.25.[3] Di antara amatir senior tersebut, aktif juga di jaringan amatir paket radio AX.25 mahasiswa ITB yang aktif bergabung di Club Station Lokal Cibeunying CYRC, Bandung YC1ZDY – seperti YC1DBA, YC1EOB, YC1HCE, YC3NR/1, YG1QN dan termasuk penulis sendiri Onno W. Purbo, YC1DAV (sekarang YC0MLC).[3]
Robby Soebiakto YB1BG menjadi pelopor perkembangan jaringan radio paket bagi kalangan radio amatir di Indonesia.[3] Ia juga memperkenalkan TCP/IP kepada kalangan radio amatir di Indonesia.[3] Robby YB1BG menjadi koordinator IP address Indonesia pertama bagi jaringan radio paket amatir radio (AMPR).[3]
Spesifikasi
Specifikasi minimal yang dapat digunakan untuk menjalankan paket radio adalah:[3]
- PC minimal XT/286 memory 640Kbyte; satu buah floppy disk menjalankan DOS[3]
- Seluruh perangkat lunak akan dijalankan dari floppy disk A[3]
- Modem Baycom yang dapat dibuat sendiri yang menggunakan TCM 3105[3]
- Transceiver VHF/UHF[3]
- NOS (Network Operating System) yang merupakan Perangkat Lunak komunikasi paket radio[3]
- Memiliki IP Address dan Internet Routing (koordinasi melalui YC1DAV)[3]
Keuntungan dan kerugian
Radio paket memiliki jarak jangkau yang cukup besar.[2][3] Bergantung dari frekuensi kerja pemancar, jarak yang bisa dijangkau oleh suatu stasiun satu ke stasiun lainnya bisa mencapai 10 km – 100 km bila bekerja pada frekuensi VHF, dan 500 km – 3000 km, bahkan lebih jauh lagi bila bekerja pada frekuensi HF.[2][3] Untuk frekuensi VHF ini, pada umumnya jarak jangkau ini terbatas pada jarak pandang tak terhalang (LOS, Line of Sight) ditambah 10-15%. Ini dipengaruhi oleh daya pemancar, tipe dan lokasi antena dan panjang kabel yang menghubungkan radio pemancar dengan antena.[2][3] Adanya halangan, seperti bukit dan bangunan tinggi juga mempengaruhi jarak jangkau ini.[2][3]
Keuntungan
- Murah;Peralatan yang diperlukan relatif berharga murah dan menggunakan peralatan yang sudah ada, bahkan ada beberapa peralatan yang dapat dibut sendiri.[2][3]
- Radio paket menggunakan media radio yang tidak dikenai biaya koneksi, tidak seperti halnya penggunaan telepon untuk komunikasi data.[2][3]
- Tanpa kabel / Wireless.[2][3]
Kerugian
- Kecepatan rendah, hanya 1200 bps s/d 9600bps, bandingkan dengan koneksi dial up via telepon yang memiliki kecepatan 28800 bps.[2][3]
- Sistem komunikasi paket radio yang sudah stabil sekarang berjalan pada kecepatan 1200 bps.[2][3] Kecepatan setinggi ini hanya cocok untuk aplikasi electronic mail.[2][3] Kecepatan yang sedikit lebih tinggi (9600 bps) dimungkinkan dengan melakukan sedikit modifikasi kepada radio.[2][3]
Teknologi yang ada sebetulnya memungkinan untuk mengoperasikan jaringan amatir radio paket hingga kecepatan 56Kbps s/d 200Kbps.[2][3] Hanya teknik-nya cukup rumit bagi sebagian besar amatir di Indonesia saat ini.[2][3]
Pranala luar
Referensi