Qutaibah bin Muslim
Qutaibah bin Muslim al-Bahili (bahasa Arab: قتيبة بن مسلم الباهلي) adalah seorang gubernur Khurasan pada masa Dinasti Umayyah di bawah kekhalifahan Walid bin Abdul Malik yang dikenal berhasil menaklukan wilayah yang sekarang merupakan wilayah Uni Soviet dan Tiongkok. Qutaibah dikenal sebagai gubernur Khurasan yang memiliki loyalitas tinggi terhadap Dinasti Umayyah dan berjasa atas penyebaran agama Islam khususnya di wilayah Asia Tengah yang saat itu didominasi oleh kepercayaan Zoroaster atau Majusi, Buddhisme, Maniisme, dan Nestorianisme.[1][2] SilsilahQutaibah bin Muslim bin Amr bin al-Hushain bin Rabi'ah bin Khalid bin Usaid al-Khair bin Qudha'i bin Hilal bin Salamah bin Tsa'labah bin Wa'il bin Ma'an bin Malik bin A'shur al-Bahili.[3] Kunyahnya adalah Abu Muslim dan Abu Hafsh.[4] Qutaibah memiliki paman yang bernama Kulaib bin Amr dan dia ikut serta lalu terbunuh dalam Pertempuran Jamal.[5] Biografi singkatQutaibah bin Muslim lahir di Irak pada tahun 49 H/669 M. Ia merupakan anak dari Muslim bin Amru dan berasal dari kabilah Bahilah, yaitu kelompok masyarakat yang paling rendah. Sedari muda ia telah belajar Al-Quran dan ilmu fiqih, serta mempelajari teknik berkuda dan strategi berperang. Ia tumbuh besar ketika Irak sedang menghadapi banyak pemberontakan. Sebagai bentuk pengabdian terhadap Islam dan penyebaran dakwah, pemerintah Irak menguatkan barisan dengan melatih penduduknya untuk berperang.[1] Karier dan Masa kepemimpinanMeskipun berasal dari kalangan rendah, Qutaibah dikenal sebagai sosok pemberani dan cerdas. Karena kepiawaiannya dalam berperang dan jiwa kepemimpinannya dinilai baik, para pembesar mulai mengenal namanya. Salah satu pembesar yang terpukau atas keahliannnya adalah panglima Muhallab bin Abi Shafrah, dan disampaikanlah kabar ini kepada Hajjaj bin Yusuf, seorang yang dipercaya Khalifah Walid bin Abdul Malik sebagai tangan kanannya. Hajjaj menunjuk beberapa orang sebagai gubernur di wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah, diantaranya Qutaibah bin Muslim sebagai guberunur Khurasan (86 H), dan Musa bin Nushair sebagai gubernur Afrika. Selama kepemimpinan Qutaibah ia berhasil memperluas daerah kekuasaan hingga ke China dan Turkistan.[6] Dia menjabat sebagai Gubernur Khurasan sejak 705 M–715 M dan berhasil menaklukan Transoxiana setelah melewati sungai Amu Darya atau Oxus, yaitu sungai yang membatasi Iran dan Turan, di mana masyarakatnya berbicara dalam bahasa Persia dan Turki. Transoxiana saat ini meliputi Uzbekistan, Tajikistan, Kirgizstan, Turkmenistan, dan Kazakhstan. Beberapa daerah yang tercatat berhasil ditaklukan selama masa kepemimpinannya adalah Balkh, ibukota Tukharistan (705), Bukhara dan Sogdiana (706-709), hingga Samarkand dan Khawarezmia (710-712).[2] Masa PengkhianatanSebelum Walid bin Abdul Malik meninggal, Qutaibah termasuk salah satu orang yang paling mendukung agar anak pertama Walid bin Abdul Malik, yaitu Abdul Aziz bin Al-Walid, menjadi penerus ayahnya dalam kepemimpinan. Namun, sesuai wasiat dari Khalifah Abdul Malik sebelum wafat, bahwa yang akan menggantikan Walid bin Abdul Malik haruslah Sulaiman bin Abdul Malik, adik kandungnya sendiri. Ketika Sulaiman maju menjadi khalifah, dia mengganti semua gubernur yang sudah sangat berjasa pada masa pemerintahan Al Walid, seperti Hajjaj bin Yusuf, Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad.[7] Karena kekhawatiran Qutaibah bahwa Sulaiman juga akan menggantikan posisinya sebagai gubernur oleh Yazid bin Muhallab, maka dia mengutus seorang kurir untuk membawa tiga surat kepada Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik. Surat itu berisi ucapan selamat, peran penting Qutaibah selama dibawah kepemimpinan Walid bin Abdul Malik, serta ancaman bila ia digantikan oleh Yazid bin Muhallab sebagai gubernur Khurasan.[8] Qutaibah meninggal pada tahun 715[6] ditangan para pendukungnya yang berbelok menjadi pemberontak. Hal ini disebabkan Qutaibah mendorong penduduknya untuk melakukan perlawanan terhadap Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik.[8] Ia dibunuh oleh Waki bin Abi Sud at-Tamimi[9] yang kemudian menggantikannya sebagai gubernur Khurasan.[8] KeluargaQutaibah memiliki pasangan dan anak yang bernama:[10]
Di kemudian hari keturunannya memegang jabatan yang berpengaruh: Qathan menjabat sebagai gubernur Bukhara, dan Salm menjabat sebagai gubernur Bashrah dan Ray. Cucunya, terutama yang banyak berasal dari putra Salm, mendapatkan jabatan tinggi di bawah Daulah Abbasiyah hingga memasuki abad ke-9.[11][12] Makam QutaibahMakamnya diketahui berada di lembah Fergana, Uzbekistan timur, dekat kota Andijan.[13][14] CatatanReferensi
Sumber
|