Qiu Jin dilahirkan di Xiamen, Fujian, Tiongkok,[2] sementara itu Qiu menghabiskan masa kanak-kanaknya di Shaoxing, Zhejiang. Meskipun pernikahannya tidak bahagia, dia menjadi salah satu anggota dari Tongmenghui, sebuah komunitas rahasia.[3]
Tahun 1903, dia memutuskan untuk melanjutkan studi di Jepang,[4] dengan meninggalkan dua orang anaknya. Dia mengambil Sekolah Bahasa Jepang di Surugadai, tapi kemudian pindah ke Girls' Practical School di Kōjimachi, Shimoda Utako.[5] Qiu menyukai seni bela diri, dan gaya pakainnya juga dikenal bergaya busana seperti pria barat.[2][6] Dia bergabung dalam kelompok Perhimpunan anti-Qing Guangfuhui, yang diketuai oleh Cai Yuanpei.[7]
Warisan
Kisah hidup Qiu Jin telah diadaptasi ke dalam drama, film populer (termasuk film Hong KongChow Ken (秋瑾) tahun 1972), dan juga film dokumenter Autumn Gem .[1] Satu film sederhana Qiu Jin, dirilis tahub 1983 dan disutradarai oleh Xie Jin;[8][9]. Film lain juga dirilis tahun 2011, yang berjudul Jing Xiong Nüxia Qiu Jin (竞雄女侠秋瑾), atau The Woman Knight of Mirror Lake, yang di sutradarai oleh Herman Yau. Tahun 2018, New York Times menerbitkan obituari untuk Qiu Jin.[10]
Karya Tulis
Orang barat lebih mengenal Qiu sebagai revolusioner dan feminis, dibandingkan sebagai penulis puisi dan berbagai karangan tulisan. Berbagai puisi dan karya tulis Qiu mencerminkan bahwa dia seorang wanita berpendidikan dan dia memahami sastra klasik dengan baik. Hal itu bisa dilihat dari puisinya berjudul (shi dan ci). Qiu menulisnya dengan kata-kata yang bagus dengan memadukan unsur mitologiklasik dan juga unsur retorikarevolusioner. Contohnya adalah dalam puisi berjudul Capping Rhymes with Sir Ishii From Sun's Root Land[11] Seperti pada tulisan berikut:
Don't tell me women are not the stuff of heroes,
I alone rode over the East Sea's winds for ten thousand leagues.
My poetic thoughts ever expand, like a sail between ocean and heaven.
I dreamed of your three islands, all gems, all dazzling with moonlight.
I grieve to think of the bronze camels, guardians of China, lost in thorns.
Ashamed, I have done nothing; not one victory to my name.
I simply make my war horse sweat. Grieving over my native land
hurts my heart. So tell me; how can I spend these days here?
A guest enjoying your spring winds?
Editor puisi ini, Sun Chang dan Saussy menjelaskan akan adanya unsur metafora:
garis 4: "Your islands" diartikan "sandao," yang sebenarnya "three islands," merujuk pada Honshu, Shikoku dan Kyushu, dengan menghilangkan Hokkaido - sebuah cara kuno yang merujuk pada Jepang.
garis 6: ... kondisi unta perunggu, sebuah simbolik yang ditempatkan di depan istana kekaisaran, yang secara tradisional dianggap mencerminkan kondisi kesehatan dinasti yang berkuasa. Tetapi dalam puisi Qiu, itu mencerminkan kondisi kesehatan Tiongkok.[13]
Saat meninggalkan Beijing menuju Jepang, Qiu menulis puisi yang merangkum kehidupannya sampai saat itu:
Sun and moon have no light left, earth is dark;
Our women's world is sunk so deep, who can help us?
Jewelry sold to pay this trip across the seas,
Cut off from my family I leave my native land.
Unbinding my feet I clean out a thousand years of poison,
With heated heart arouse all women's spirits.
Alas, this delicate kerchief here
Is half stained with blood, and half with tears.
Laure deShazer, Marie. Qiu Jin, Chinese Joan of Arc. ISBN978-1537157085.
Referensi
^ abTow, Adam (2017). Autumn Gem. San Francisco: Kanopy.
^ abSchatz, Kate; Klein Stahl, Miriam (2016). Rad women worldwide: artists and athletes, pirates and punks, and other revolutionaries who shaped history. Berkeley: Ten Speed Press. hlm. 13.
^Chang, Kang-i Sun; Saussy, Haun (1999). Women Writers of Traditional China: An Anthology of Poetry and Criticism. Stanford, CA: Stanford University Press. hlm. 642.
^Spence, Jonathan D. (1981). The Gate of Heavenly Peace. Penguin Books. hlm. 85.