Pulau LemonPulau Lemon atau Nusmapi adalah sebuah pulau kecil yang terletak di perairan Kabupaten Manokwari. perjalanan dari pusat Kota Manokwari dapat ditempuh dengan menggunakan perahu kecil dengan waktu tempuh sekitar 10 menit perjalanan. Pulau Lemon berada di Teluk Doreri, selain Pulau Lemon, di Teluk Doreri juga terdapat Pulau Mansinam. Biasanya perahu penyeberangan berada di dermaga Kwawi, dermaga ini berada di sebelah kanan jalan sebelum Pantai Pasir Putih. Secara administratif, Pulau Lemon berada di kelurahan Kwawi, kecamatan Manokwari Timur, kabupaten Manokwari, provinsi Papua Barat.[1] Pulau ini memiliki kekayaan bahari yang cukup melimpah, beberapa biota laut yang dapat ditemui di sini adalah nerita (ampenerita), Bintang laut, cacing laut, teripang sabuk raja, sidat, kepiting, ubur-ubur, anemon, terumbu karang, dan lamun.[2] Keanekaragaman hayati Pulau Lemon tidak terlepas dari panjangnya garis pantai dan populasi manusia yang sedikit. Maka dari itu, di Pulau Lemon masih belum ada sekolah yang berdiri. Siswa yang ingin menempuh pendidikan harus ke kota Manokwari dengan menggunakan perahu.[3] SejarahPulau Nusmapi, yang lebih dikenal sebagai Pulau Lemon, adalah salah satu dari sekian banyak pulau kecil di Papua Barat. Terletak di Teluk Doreri, Kabupaten Manokwari, pulau ini memiliki sejarah yang panjang dan kaya, yang telah dikenal sejak berabad-abad lamanya. nama Nusmapi atau Myos Mapi diyakini berasal dari masyarakat Numfor Doreri (Biak). Namun, tidak ada catatan pasti tentang kapan nama ini pertama kali digunakan. Salah satu catatan tertulis pertama mengenai nama ini berasal dari penjelajah Eropa pada abad ke-18. Penjelajah Skotlandia, Thomas Forrest, adalah orang Eropa pertama yang mencatat tentang Nusmapi pada tanggal 28 Januari 1775. Dalam catatannya, ia menyebut pulau ini dengan nama "Mafmapy (Meosmapi)".[4] Selama abad ke-19, pulau ini juga dicatat oleh para zendeling dan penjelajah lainnya. Zendeling J.L. Van Hasselt pada tahun 1800-an menulis nama pulau ini sebagai " Meos Mappi " atau " Baloe Lemon " dalam catatannya yang berjudul "Gedenkboek van een vijf-en-twintigjarig zendelingsleven op Nieuw-Guinea (1862-1887:2; E. Nijland, 1893)". Selain itu, penjelajah F. S. A. De Clerq dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1893 mencatat bahwa pulau ini dihuni oleh penduduk Numforen dan menjadi tempat pemakaman bagi orang Papua dari daerah sekitar. Pulau Nusmapi memainkan peran penting dalam sejarah lokal. Pulau ini bukan hanya sebagai tempat tinggal dan pemakaman, tetapi juga sebagai pusat pertemuan budaya antara penduduk asli dan penjelajah Eropa. Buku-buku tua Eropa sejak tahun 1700-1800-an sering menyebutkan nama pulau ini dengan berbagai sebutan seperti "Noesmapi", "Meos Mapi", dan "Mios Mapi" (Pieter Jan Batist Carel Robidé van der Aa, 1879; Wichmann, Arthur, 1909, 1917). AgamaKarena letaknya yang berdekatan dengan Pulau Mansinam dimana Injil turun di tanah Papua pertama, maka mayoritas penghuninya beragama Kristen.[butuh rujukan] Masalah sampahSampah Pulau Lemon menjadi topik yang sangat menarik untuk dibahas tersendiri, karena kendala terbesar pulau ini adalah dengan sampah. Mayoritas penduduk pulau mengeluh dengan sampah "kiriman" dari kota. Kepadatan penduduk tidak begitu banyak, namun sampah di pulau ini sangat banyak. Karena produksi sampah di Manokwari lumayan banyak dan dibuang sembarangan. Sehingga sampah-sampah tersebut yang dibuang ke laut perlahan terbawa ombak dan sampai di Pulau Lemon.[butuh rujukan] Referensi
|