Bogildo dikenal sebagai tempat tinggal dari penyair Joseon yang bernama Yun Seon-do (1587-1671, nama pena: Gosan).[4] Berdasarkan gosan yugo (kumpulan tulisan Gosan), Yun awalnya mengumpulkan orang untuk berperang dari Haenam di pesisir barat Semenanjung Korea ke Pulau Ganghwa melawan penyerbu dalam peristiwa Invasi Manchu ke Korea.[4] Tanpa sepengetahuannya, Ganghwa telah direbut musuh dan Seoul telah dikuasai.[4] Raja berlindung di Benteng Gunung Nam di bagian selatan kota dalam pengepungan tentara Manchu.[4] Yun Seon-do kembali ke Haenam dan mendapat kabar bahwa raja telah menyerah. Karena kecewa Yun Seon-do berniat pergi ke Jejudo.[2] Setelah dua hari berlayar, ia merapat ke Bogildo untuk minum air tawar.[4] Terpikat oleh kecantikan Bogildo, Yun Seon-do memutuskan untuk tinggal di sana.[2] Yun Seon-do berusia 51 tahun pada saat itu dan tinggal di pulau tersebut selama 13 tahun mulai dari tahun 1631, tahun ke-15 masa pemerintahan Raja Injo.[2]
Yun Seon-do menjelajahi Bogildo dan menciptakan taman, menggali kolam, membangun pendopo dan tempat-tempat peristirahatan di seluruh bagiannya.[4] Ia menamakan tempat-tempat itu sesuai keinginannya. Wilayah tempat ia tinggal dinamakan Buyongdong (Kampung Seroja). Sampai kini peninggalan-peninggalan tersebut menjadi objek wisata populer di Korea Selatan.
Objek wisata di Bogildo
Nakseojae, Koksudang, Mumindang, rumah kediaman Yun, favoritnya untuk membaca buku, memainkan gayageum dan menulis puisi.
Dongcheon seoksil, terletak 1 km dari Nakseojae, adalah gua buatan dengan kolam teratai.
Gyeokchabong, gunung di bagian selatan pulau.
Nang-eum-gye, lembah di sebelah timur Gyeokchabong.
Seyeonjeong, pendopo di bagian depan Buyongdong. Dilengkapi dengan kolam teratai yang dibentuk dengan membendung aliran air. Di tengah-tengah kolam diciptakan pulau buatan. Karena cukup luas, Yun menikmati berperahu di kolam tersebut.