Proyek A119, juga dikenal sebagai A Study of Lunar Research Flights adalah rencana rahasia yang dikembangkan pada tahun 1958 oleh Angkatan Udara Amerika Serikat. Tujuan dari proyek ini adalah meledakkan bom nuklir di permukaan Bulan yang akan membantu menjawab berbagai misteri dalam ilmu astronomi dan astrogeologi. Bila bomnya diledakkan di atas permukaannya dan bukan di kawahnya, cahaya ledakannya dapat dengan jelas terlihat dari Bumi dengan mata telanjang. Proyek ini dimaksudkan sebagai unjuk kekuatan Amerika Serikat terhadap Uni Soviet yang lebih dulu memimpin Perlombaan Antariksa.
Proyeknya tidak pernah dilaksanakan dan akhirnya dibatalkan setelah "perwira Angkatan Udara melihat besarnya resiko daripada manfaatnya" dan juga karena pendaratan di Bulan sudah cukup menjadi pencapaian yang populer di mata Amerika dan dunia. Bila proyek ini dilaksanakan, maka rencana tersebut berpotensi terjadinya miiterisasi ruang angkasa. Proyek yang mirip dibuat oleh Uni Soviet (Proyek E-4) juga tidak pernah membuahkan hasil.
Keberadaan proyek AS ini terungkap pada tahun 2000 oleh Leonard Reiffel yang memimpin proyek ini pada tahun 1958. Carl Sagan pada saat itu merupakan anggota tim yang bertanggung jawab untuk memprediksi efek ledakan nuklir di dalam ruang hampa dan bergravitasi rendah. Ia juga mengevaluasi nilai ilmiah pada proyek tersebut. Dokumen aslinya dirahasiakan selama hampir 45 tahun dan terlepas dari pengungkapan oleh Reiffel, pemerintah Amerika Serikat tidak pernah secara resmi mengakui keterlibatannya dalam penelitian tersebut.
Latar belakang
Selama Perang Dingin, Uni Soviet mengawali Perlombaan Antariksa dengan meluncurkan Sputnik 1 pada 4 Oktober 1957. Sputnik merupakan satelit buatan pertama yang mengorbit Bumi. Kegagalan Project Vanguard untuk meluncurkan satelit buatan Amerika setelah dua kali percobaan hingga disebut oleh media sebagai "krisis Sputnik" menjadi pendorong dimulainya Perlombaan Antariksa. Demi memulihkan nama baik, Amerika memulai serangkaian studi dan proyek baru, yang akhirnya mencakup peluncuran Explorer 1, pembentukan DARPA, dan NASA.[1][2]
Proyek
Pada tahun 1949, Armour Research Foundation (ARF), yang berpusat di Institut Teknologi Illinois, mulai mempelajari dampak ledakan nuklir terhadap lingkungan. Penelitian tersebut berlanjut hingga tahun 1962.[3] Pada bulan Mei 1958, ARF mulai meneliti secara diam-diam potensi konsekuensi ledakan nuklir di Bulan. Tujuan utama program tersebut, yang dijalankan di bawah naungan Angkatan Udara Amerika Serikat yang awalnya mengusulkannya, adalah untuk menyebabkan ledakan nuklir yang dapat dilihat dari Bumi. Diharapkan bahwa pertunjukan seperti itu akan meningkatkan moralitas orang-orang Amerika.[4]
Pada saat proyek tersebut dimulai, sejumlah surat kabar melaporkan rumor bahwa Uni Soviet berencana untuk meledakkan bom hidrogen di Bulan. Menurut laporan pers pada akhir tahun 1957, sumber anonim telah membocorkan kepada seorang agen Dinas Rahasia Amerika Serikat bahwa Soviet berencana untuk memperingati hari jadi Revolusi Oktober dengan menyebabkan ledakan nuklir di Bulan yang bertepatan dengan gerhana bulan pada tanggal 7 November. Laporan berita tentang peluncuran yang dikabarkan itu mencakup penyebutan penargetan sisi gelap terminator—Proyek A119 juga akan mempertimbangkan batas ini sebagai target ledakan. Dilaporkan juga bahwa kegagalan untuk menghantam Bulan kemungkinan akan mengakibatkan rudal itu kembali ke Bumi.[5]
Ide serupa telah diajukan oleh Edward Teller yang, pada bulan Februari 1957, mengusulkan peledakan perangkat nuklir baik di permukaan bulan maupun di jarak tertentu darinya untuk menganalisis dampak ledakan tersebut.[6]
Penelitian
Sebuah tim beranggotakan sepuluh orang yang dipimpin olehLeonard Reiffel, dibentuk di Institut Teknologi Illinois di Chicago untuk mempelajari potensi visibilitas ledakan, manfaatnya bagi sains, dan implikasinya bagi permukaan bulan. Di antara anggota tim peneliti tersebut adalah astronom Gerard Kuiper dan mahasiswa doktoralnya Carl Sagan. Sagan bertanggung jawab atas proyeksi matematis perluasan awan debu di luar angkasa di sekitar Bulan, elemen penting dalam menentukan visibilitasnya dari Bumi.[4][6][6]
Para ilmuwan awalnya mempertimbangkan untuk menggunakan bom hidrogen untuk proyek tersebut, tetapi Angkatan Udara Amerika Serikat memveto gagasan tersebut karena karena akan terlalu berat untuk didorong oleh rudal yang akan digunakan.[7] Lalu diputuskan untuk menggunakan hulu ledak W25, hulu ledak kecil dan ringan dengan hasil yang relatif rendah yaitu 1,7 kiloton.[6] Sebagai perbandingan, bom Little Boy yang dijatuhkan di kota Hiroshima di Jepang pada tahun 1945 menghasilkan ledakan sebesar 13–18 kiloton. W25 akan dibawa oleh roket ke sisi bulan yang gelap dan akan meledak saat terjadi benturan. Awan debu yang dihasilkan dari ledakan tersebut akan diterangi oleh matahari dan karenanya dapat terlihat dari Bumi. Menurut Reiffel, kemajuan Angkatan Udara dalam pengembangan rudal balistik antarbenua akan membuat peluncuran tersebut dapat dilakukan pada tahun 1959.[9]
Pembatalan
Proyek ini dibatalkan oleh Angkatan Udara pada bulan Januari 1959 karena karena takut akan risiko terhadap penduduk jika terjadi kesalahan saat peluncuran. Faktor lain, yang disebutkan oleh pemimpin proyek Leonard Reiffel, adalah kemungkinan masalah dampak nuklir yang akan memengaruhi proyek penelitian bulan dan kolonisasi Bulan di masa mendatang.[10][11]
Bukti dari proyek Soviet
Laporan-laporan selanjutnya pada tahun 2010-an menunjukkan bahwa proyek Soviet yang sesuai memang ada, meskipun satu-satunya dokumen resmi tentang proyek yang ditemukan sejauh ini dimulai pada tahun 1958,[12] bukan tanggal 1957 dari sumber "anonim" yang rumornya memulai proyek AS. Rencana resmi Soviet juga berbeda dari skenario yang dilaporkan di media. Dimulai pada bulan Januari 1958, proyek itu merupakan bagian dari serangkaian proposal dengan kodnim "E". Proyek E-1 memerlukan rencana untuk mencapai Bulan, sementara proyek E-2 dan E-3 melibatkan pengiriman wahana antariksa ke sisi terjauh Bulan untuk mengambil serangkaian foto permukaannya. Tahap akhir proyek, E-4, adalah serangan nuklir di Bulan, sebagai unjuk kekuatan. Seperti halnya rencana Amerika, rangkaian proyek E dibatalkan saat masih dalam tahap perencanaan, karena kekhawatiran mengenai keselamatan dan keandalan kendaraan peluncur.[13][14]
Catatan kaki