Prasasti Batu Tulis MuruyPrasasti Batu Tulis Muruy terletak di Kampung Muruy RT 01 RW 02, Desa Muruy, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten pada koordinat 105O 54' 08.7" BT dan 06O 21' 46,5" LS. Prasasti ini berada di sekitar Sungai Ci Benda dan kebun milik warga.[1][2] Situs Batu Tulis itu sebelumnya ditemukan oleh warga pada dekade 1980-an. Saat itu, Situs Batu Tulis ditemukan dari lilitan akar pohon besar. Kemudian, batu itu diangkat dari lilitan akar dan dibangun oleh pemerintah.[2] Isi PrasastiPrasasti ini dipahat pada batu andesit dengan tinggi 251 cm, lebar bagian atas 275 cm dan lebar bagian bawah 192 cm. Pada salah satu sisi batu terdapat goresan aksara Arab dalam bentuk kaligrafi, yang diukir oleh Raja Pucuk Umun, yang terbaca: "athal haman khomsatun anabu sahra al-sanatun" Kalimat tersebut diduga sebagai candra sengkala (pertanggalan) yang apabila dikonversikan ke dalam angka tahun menjadi 1161 Hijriyah (1741 Masehi). Apabila dilihat dari tahun masehi dan dihubungkan dengan sejarah Kesultanan Banten, prasasti ini diperkirakan berasal dari masa kekuasaan Sultan Muhammad Syifa Zaenal Arifin (1733-1750 M).[3] Sejarah Nyi Kamilah dan Prasasti Batu Tulis MuruyCerita masyarakat (folklore) yang berkembang di lingkungan masyarakat setempat menyebutkan bahwa tulisan Arab tersebut dibuat oleh putra Nyi Kamilah. Dikisahkan bahwa Nyi Kamilah lari dari Kesultanan Banten (Keraton Surosawan ?) untuk menghindari serangan Belanda. Pada saat kabur, Nyi Kamilah membawa dua orang putra ke sebuah daerah yang kini dikenal sebagai Desa Muruy. Setelah dewasa, kedua putranya pamit untuk kembali ke Kesultanan Banten di Surosawan (kini dikenal sebagai kawasan Banten Lama) dengan tujuan "untuk mengembalikan kejayaan dan melepaskan Banten dari tangan penjajah Belanda". Demikian kalimat ini dituliskan kedua putra Nyi Kamilah pada batu ini. Saat ini, objek Prasasti Batu Tulis Muruy telah dilindungi dengan cungkup terbuka tanpa dinding. Kondisi prasasti ini cukup terawat akan tetapi cukup terancam oleh keberadaan aliran sungai Ci Benda sehingga dikhawatirkan tebing di sekitar objek akan terjadi erosi jika debit aliran sungai cukup tinggi.[1] Referensi
|