Selanjutnya pada masa penguasa Banten berikutnya bangunan keraton ini ditingkatkan bahkan konon juga melibatkan ahli bangunan asal Belanda, yaitu Hendrik Lucasz Cardeel, seorang arsitek berkebangsaan Belanda yang memeluk Islam yang bergelar Pangeran Wiraguna.[3]Dinding pembatas setinggi 2 meter mengitari area keraton sekitar kurang lebih 3 hektare. Surasowan mirip sebuah benteng Belanda yang kokoh dengan bastion (sudut benteng yang berbentuk intan) di empat sudut bangunannya. Sehingga pada masa jayanya Banten juga disebut dengan Kota Intan.
Saat ini bangunan di dalam dinding keraton tak ada lagi yang utuh. Hanya menyisakan runtuhan dinding dan pondasi kamar-kamar berdenah persegi empat yang jumlahnya puluhan.
Spesifikasi
Keraton Surasowan memiliki tiga pintu gerbang. Masing-masing terletak di sisi utara, timur, dan selatan. Pintu gerbang dibuat melengkung sebagai pencegahan bila terjadi penembakan langsung saat pintu dibuka.[4] Namun, pintu selatan telah ditutup dengan tembok, tidak diketahui apa sebabnya. Pada bagian tengah keraton terdapat sebuah bangunan kolam berisi air berwarna hijau, yang dipenuhi oleh ganggang dan lumut. Di keraton ini juga banyak ruang di dalam keraton yang berhubungan dengan air atau mandi-mandi (petirtaan). Salah satu yang terkenal adalah bekas kolam taman, bernama Bale Kambang Rara Denok. Ada pula pancuran untuk pemandian yang biasa disebut “pancuran mas”.
Di dalam Keraton Surosowan terdapat sebuah kolam bernama Kolam Rara Denok. Kolam ini berukuran 30 meter panjangnya dan 13 meter lebarnya. Kedalaman kolam adalah 4,5 meter. Kolam Rara Denok memiliki sumber mata air yang berasal dari Danau Tasikardi. Jarak danau ini dari Keraton Surosowan sekitar dua kilometer.[5]
Kepustakaan
Juliadi. 2007. Masjid Agung Banten: Nafas Sejarah dan Budaya. Yogyakarta: Ombak.
Michrob, Halwany. 1993. Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota Islam Banten: Suatu Kajian Arsitektural Kota Lama Banten Menjelang Abad XVI sampai Dengan Abad XX. Jakarta: Yayasan Baluwarti.
^Situs mengenai seseorang yang bernama pangeran wiraguna adapun terdapat di Wilayah jakarta selatan, yang dengan situs itu pula akan menjadi nama suatu wilayah bernama Ragunan yang di percaya oleh masyarakat setempat sebagai awal dari cikal bakal nama daerah ragunan.
^Sulaiman, F., dan Ridwan, A. (Agustus 2019). Saputra, Desma Yuliadi, ed. Studi Kebantenan dalam Perspektif Budaya dan Teknologi(PDF). Serang: Untirta Press. hlm. 74.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)