Pondok Pesantren Al Falah Ploso adalah sebuah lembaga pendidikan asrama berbentuk pesantren salaf. Dalam pengajian sehari-hari memiliki basis pengajian kitab-kitab salaf (tradisional). Pesantren ini didirikan oleh KH. Ahmad Djazuli Utsman, seorang putra naib lokal kawasan Desa Ploso, Mojo, Kabupaten Kediri. Kini, Pesantren Al Falah Ploso berada di bawah asuhan KH. Nurul Huda Djazuli.
Sejarah singkat
Pada pertengahan tahun 1924, dengan satu masjid dan seorang santri bernama Muhammad Qomar, yang tidak lain adalah kakak iparnya sendiri, Haji Djazuli mulai merintis pesantren. Beliau meneruskan pengajian untuk anak‑anak desa sekitar Ploso yang sudah dimulainya dengan pulang pergi sejak masih berada di Karangkates. Jumlah murid pertama yang ikut mengaji ± 12 orang. Di penghujung tahun 1924 itu seorang santri Tremas bernama Abdullah Hisyam asal Kemayan (± 3 km selatan Ploso) datang bertamu kepada Haji Djazuli sambil membawa salam dan surat‑surat dari sahabat lamanya. Akhirnya Hisyam melanjutkan belajarnya kepada kyai Djazuli yang memang sudah dikaguminya semenjak di Tremas.[1]
Berbekal tekad yang kuat, pada 1 Januari 1925 KH. A. Djazuli Usman mendirikan sebuah madrasah dan pondok pesantren. Ia memanfaatkan serambi Masjid untuk kegiatan belajar mengajar para santri. Tanpa terasa santri yang belajar dengan KH. A. Djazuli bertambah banyak menjadi 100 orang.
Masyarakat sekitar Pondok Pesantren Al Falah Ploso pada awalnya tergolong masyarakat abangan (jauh dari agama). Ketika awal berdiri, banyak masyarakatnya mencemooh Pondok Pesantren Al Falah. Apalagi para pejabat dan bandar judi, yang status quo-nya mulai terganggu. Mereka sering menyebarkan isu-isu sesat terhadap pondok pesantren ini.[2]
Cerita tentang berdirinya Madrasah sudah terdengar di kalangan yang lebih luas hingga satu demi satu santri berdatangan dan menetap di Ploso. H. Ridwan Syakur, Baedlowi dan Khurmen, ketiganya dari Sendang Gringging ditambah H. Asy’ari dan Berkah dari Ngadiluwih merupakan santri‑santri pertama yang menetap.
Suasana sudah terasa ramai dan masjidpun terasa sesak yang menimbulkan permasalahan baru yaitu mendesaknya pengadaan ruang belajar yang memadai. Direncanakanlah pembangunan sebuah gedung madrasah. Dengan segenap tenaga, fikiran dan jerih payah yang tak ternilai, Kyai Djazuli keliling desa guna mengumpulkan dana untuk pembangunan tersebut. Beliau harus mengayuh sepeda berpuluh‑puluh kilometer sampai Kediri, Tulungagung, Trenggalek dan terkadang ke Blitar. Namun tak sia‑sia banyak hartawan dan dermawan mengulurkan tangan sehingga pembangunan segera bisa dilaksanakan.
Penyempurnaan fasilitas dan gedung terus dikembangkan dari tahun ke tahun. Begitu pula penyempurnaan sistem pendidikan, kurikulum dan metode interaksi diarahkan (berkiblat) kepada sistem Tebuireng pada tahun 1923. Suatu sistem yang dikagumi dan ditimba oleh Kyai DjazuIi selama mondok di sana pada tahun 1923. Maka sistem belajar mengajar di Al Falah ini terus berlangsung dengan berpedoman kepada sistem Tebuireng hingga sekarang. Tak berlebihan bila dikatakan bahwa Pondok Al Falah adalah duplikat monumental dari Pondok Tebuireng di masa KH. Hasyim Asy’ari tahun 1923. Kyai Djazuli rupanya mempunyai prinsip yang kokoh dan sangat yakin kepada sistem salafiyah yang dipilihnya, sehingga beliau tetap konsisten untuk melestarikannya. Dan ternyata Kyai Djazuli tidak salah pilih sebab sistem salafiyah tetap punya pendukung dan penggemar di kalangan ummat Islam.[1]
Organisasi kelembagaan
Pondok Pesantren Al Falah Ploso menganut sistem manajemen tradisional, dalam arti, kepemimpinan tunggal yang tersentral pada figur seorang kiai memegang otoritas yang tinggi dalam pengelolaan pesantren. Manajemen semacam itu terus berlangsung sampai pada saat sekarang saat pesantren ini diasuh oleh KH. Zainuddin Djazuli, putra Kiai Djazuli. KH. Zainuddin dalam mengasuh pesantren yang sering digunakan kegiatan tingkat regional ini dibantu para adik-adiknya dan saudara-saudaranya, seperti KH. Nurul Huda (Gus Dah) yang mengasuh pondok pesantren putri, KH. Fuad Mun’im (Gus Fu’), KH. Munif, Bu Nyai Hj. Badriyah (Bu Bad) dan Gus Sabuth putra almarhum Gus Miek (yang mengomandani Jama’ah Sima’an Al-Qur’an Mantab) dll.[3]
Sistem pendidikan
Pondok Pesantren Al Falah Ploso Kediri sebagaimana kebanyakan pesantren di kota Kediri merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran model salafiyah.[3]
Program pendidikan
Program pendidikan dan pengajaran di ponpes Al-Falah,[3] terdiri dari: Madrasah Ibtidaiyah (3 tahun), Madrasah Tsanawiyah (4 tahun), dan Majelis Musyawarah Riyadlotut Tholabah (5 tahun).
Pada tingkat Ibtidaiyah materi yang banyak ditekankan adalah masalah akidah dan akhlak, sedangkan untuk tingkat Tsanawiyah ditekankan pada materi ilmu nahwu / sharaf dan ditambah ilmu fiqih, faroidl serta balaghah. Adapun Majelis Musyawarah merupakan kegiatan kajian kitab fiqih, yakni Fathul Qorib, selama satu tahun, Kitab Fathul Mu’in selama 1 tahun dan Fathul Wahab selama 3 tahun.
MISRIU
Jenjang pendidikan di Pondok Pesantren Al Falah Ploso Mojo Kediri dimulai dari Madrasah Islamiyah Salafiyah Riyadlotul ‘Uqul (MISRIU) dengan dua tingkatan; Ibtidaiyah dan Tsanawiyah. Pada tingkatan Ibtidaiyah ditempuh selama 3 tahun yang materi pendidikannya memprioritaskan pembinaan akhlaq santri (Moralitas dan Mentalitas), pengembangan wawasan santri, menulis huruf arab, tajwid, pemantapan tauhid dan pengenalan dasar-dasar gramatika arab (ilmu nahwu shorof) sebagai persiapan memasuki tingkat Tsanawiyah.
Selanjutnya di tingkat Tsanawiyah, ditempuh selama 4 tahun. Pada kelas 1, 2 dan 3 Tsanawiyah, materi yang ditekankan adalah pendalaman ilmu nahwu, shorof (dengan kajian utama ; kelas 1 kitab Jurumiyah, kelas 2 kitab ‘Imrithy dan kelas 3 kitab Alfiyah Ibni Malik serta dilengkapi pula kajian tauhid, fiqh dan risalatul mahidl sebagai penyempurna. Sedangkan di kelas 4 Tsanawiyah lebih dititik beratkan pada penguasaan ilmu balaghoh (kesusastraan), mantiq (logika), qowa’idul fiqhiyah dan faroidl (waris).
Kegiatan madrasah dilaksanakan pada pukul 07.30 s/d pukul 10.30, mulai hari Sabtu s/d hari Kamis. Dan setiap ba’da Isya’ dilaksanakan musyawarah (diskusi bersama) sampai pukul 22.30. Masih dalam naungan MISRIU, dibuka pula madrasah siang (Nahariyah) dan madrasah malam (Lailiyah).
Memberi kesempatan untuk siswa diluar pondok (desa) yang tidak dapat mengikuti sekolah pagi dengan biaya lebih ringan. Kegiatan sekolah dimulai pada pukul 13.30 s/d 15.00.
Sekolah malam yang dimulai pada pukul 19.00 s/d 20.30 untuk siswa pondok yang juga mengikuti sekolah umum. Sebagai pendalaman materi pelajaran dilaksanakan musyawarah setelah ashar sampai pukul 16.15 WIB. Ditambah privat untuk pelajaran umum pukul 21.30–22.30.
Riyadlatut Thalibat
Setelah siswa menamatkan sekolah di MISRIU (Madrasah Islamiyah Salafiyah Riyadlotul ‘Uqul), berikutnya siswa akan ditempa di jenjang musyawarah Riyadlotut Tholibat. Sistem yang diterapkan pada jenjang ini adalah kemandirian berfikir santri, keberanian mengambil keputusan yang bertanggung jawab dengan benar, terutama masalah-masalah fiqhiyah sesuai dengan perkembangan sosial yang terjadi di masyarakat.
Pada tingkat ini terdiri dari 2 fraksi. Fraksi I dengan mengambil kajian pokok kitab Fathul Qorib yang ditempuh dalam waktu satu tahun. Fraksi II dengan kajian pokok kitab Fathul Mu’in juga ditempuh dalam waktu satu tahun.
Selain mengikuti kajian-kajian diatas, para santri juga diterjunkan dakwah di tengah-tengah masyarakat guna memberi pencerahan sekaligus sebagai sarana praktikum para santri. Dengan demikian, diharapkan setelah menamatkan jenjang ini, santri benar-benar menjadi generasi tangguh yang sanggup menghadapi tantangan zaman.
Tahafidzul Qur'an
Bagi santri yang telah atau akan menghafal Al-Qur’an disediakan asrama khusus dengan fasilitas yang memadai. Tetap dapat mengikuti kegiatan pondok dan madrasah atau musyawarah.
Pondok cabang
Pondok Pesantren Al Falah yang berdiri pada tahun 1925, sejak awal berdirinya sampai hari ini masih tetap eksis mempertahankan status salafiyahnya, tidak tergoda dengan dinamika pendidikan yang berkembang akhir akhir ini. Perkembangan santri yang mondok di pondok induk pun setiap tahun selalu mengalami kenaikan. Sampai hari ini Al Falah telah melahirkan banyak alumni yang tersebar di berbagai penjuru nusantara, bahkan hingga negeri tetangga seperti Malaysia. Selain pondok induk, Al Falah juga memiliki cabang yang dikelola oleh para dzurriyah kiai Djazuli dan tersebar di beberapa tempat di Desa Ploso, yakni:[4]
- Al Falah II
- Al Falah Putri
- Nurul Falah
- Queen Al Falah
- Al Badrul Falah
- Tarbiyatul Qur’an (PPTQ) Al Falah
- Manhajul Qur’an (MQ)
- Tuhfatul Athfal
- Tabassam Al Falah
- DNE (Ndalem Ning Eva)
Ekstrakurikuler
Beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang bisa diikuti para santri, antara lain sebagai berikut:[3]
- Tahfidz Al-Qur'an
- Pengajian kitab kuning
- Ziarah
- Musyawarah Ma’hadiyah
- Bahtsul ma’sail
- Pelatihan seni baca Al-Qur'an dan sholawat
- Hadrah/rebana
- Olahraga: senam, sepak bola, voli, basket, tenis meja, beladiri
- Kaligrafi
- Kegiatan bersih-bersih di masing-masing asrama
- Training khitobah
- Pelatihan falak - hisab
- Pelatihan praktek ibadah
Fasilitas
Pondok Pesantren Al Falah Ploso memiliki fasilitas yang lengkap untuk menunjang kegiatan para santri dalam proses belajarnya, antara lain:[3]
- Masjid
- Asrama
- Ruang belajar yang representatif
- Keamanan siaga 24 jam
- Auditorium luas
- Perpustakaan lengkap
- Ruang tamu yang nyaman
- Poliklinik pesantren
- Toilet yang bersih dan higienis
Referensi
Pranala luar