Raksa adalah logam berat yang sangat beracun dan dapat bersirkulasi di atmosfer, air, dan tanah di berbagai belahan dunia. Akibat siklus alami ini, tanpa memandang kawasan mana yang mengeluarkan raksa, raksa dapat mencemari wilayah yang lain, sehingga polusi raksa merupakan masalah global. Upaya untuk meningkatkan kesadaran akan polusi raksa telah digalakkan untuk mengurangi emisi raksa oleh manusia dan membersihkan polusi raksa. Peninjauan Raksa Global 2002 menyimpulkan bahwa "tindakan internasional untuk menangani masalah raksa global sebaiknya tidak ditunda”.[2] Dari berbagai macam lingkungan yang terkena dampak polusi raksa, samudra merupakan lingkungan yang tidak dapat diabaikan begitu saja, karena samudra dapat menjadi "tempat penyimpanan" raksa.[3] Menurut penelitian terkini, jumlah raksa yang dikeluarkan oleh aktivitas manusia ke samudra diperkirakan sekitar 80.000 hingga 45.000 ton metrik dan dua pertiganya dapat ditemui di perairan yang lebih dangkal dari 1000 m yang merupakan habitat berbagai macam ikan yang dikonsumsi oleh manusia.[4] Raksa dapat mengalami bioakumulasi dalam rantai makanan di laut dalam bentuk metil raksa yang sangat sangat beracun dan dapat membahayakan konsumen.[5][6] Menurut statistik, sekitar 66% konsumsi ikan global berasal dari samudra. Maka dari itu, kadar raksa di samudra perlu diawasi dan diregulasi agar jumlah raksa yang masuk ke tubuh manusia lewat hidangan laut tidak semakin membesar.[7][8]