Pisang tanduk
Pisang tanduk atau pisang agung merupakan salah satu kultivar pisang yang populer di Indonesia sebagai bahan dasar pembuatan pisang goreng. Di Pulau Jawa, pisang ini dikenal sebagai "Pisang Byar" karena jantungnya yang langsung habis tanpa menyisakan bunga (mandul). Di India, pisang ini biasa disebut pisang Changalikodan Nendran[1]. Sedangkan di Kolombia, pisang ini dinamai Dominico-Harton[2]. Pisang tanduk atau pisang tangkoon dalam bahasa Karo, termasuk dalam kelompok plantain atau pisang olah, yaitu pisang yang tidak dapat dimakan langsung tetapi digunakan untuk membuat olahan makanan ringan seperti keripik pisang dan lain sebagainya. ManfaatBeragam manfaat pisang tanduk bagi kesehatan, seperti menyehatkan liver, asupan penambah sel darah merah, dan mampu meredakan gejala asma. Pisang tanduk dapat menjadi sumber energi bagi tubuh sehingga dapat menjadi pengganti nasi (jika diperlukan). Selain itu, pisang tanduk juga mengandung vitamin A yang dapat menyehatkan otak serta melancarkan pencernaan. [3] KarakteristikPohon pisang tanduk mempunyai tinggi batang 2,5–3m dengan warna merah kehijauan.[4] Daunnya berwarna hijau tua dengan panjang tandan mencapai 60–85 cm dan berat 7–10 kg[5]. Setiap tandan terdiri dari 2–3 sisir dan setiap sisirannya ada 8–10 buah.[4][6] Perawakan buah dari pisang ini putih, kekar, dan besar, panjangnya bisa mencapai 35 cm.[6] Rasanya manis legit agak asam, dan lunak.[4] Sementara itu, untuk kulit buah pisang tanduk biasanya agak tebal berwarna hijau kekuningan sampai kuning tua.[4] Kondisi PertumbuhanSuhu merupakan faktor utama untuk pertumbuhan tanaman pisang tanduk. Suhu optimal untuk pertumbuhannya sekitar 27 °C dengan suhu maksimalnya 38 °C. Tanaman ini tumbuh di daerah tropis dan subtropis, pisang ini tidak dapat tumbuh di dataran tinggi seperti ketinggian di atas 1600 mdpl. Kebanyakan pisang tumbuh baik di lahan terbuka, hanya saja terlalu banyak menerima paparan sinar matahari akan menyebabkan daun pisang tanduk terbakar-matahari (sunburn).[7] Tanaman ini juga sangat sensitif terhadap angin kencang karena dapat menyebabkan daun rusak, robek, hingga dapat merobohkan pohonnya. Untuk pertumbuhan yang optimal, curah hujan yang diperlukan sekitar 200–220 mm, dan kelembapan tanahnya tidak kurang dari 60–70% dari kapasitas lapangan.[7] Tanah yang paling baik untuk pertumbuhan pisang tanduk adalah tanah liat yang gembur dengan tingkat aerasi yang baik.[7] Tanaman ini toleran terhadap pH 4,5–7,5.[7] PenyakitSalah satu jenis penyakit yang kerap menyerang tanaman pisang tanduk adalah layu panama atau sering dikenal dengan nama layu fusarium. Penyakit ini membuat daun pisang menjadi layu dan mudah putus. Jamur penyebab penyakit ini adalah Fusarium oxysporum f.sp. cubense, yang mampu bertahan lama di dalam tanah sebagai klamidospora sehingga sulit untuk dikendalikan.[8] Sejumlah cara pengendaliannya telah diteliti, namun belum memberikan hasil yang memuaskan.[9] Contohnya adalah pengendalian hayati patogen yang ditularkan melalui tanah dan penggunaan jenis bakteri tertentu untuk mengendalikan patogen yang ditularkan melalui tanah tersebut.[9] Selain penyakit layu panama, tanaman pisang tanduk juga dapat terkena penyakit Mycosphaerella Leaf Disease Complex (MLDC). Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah perkembangan tanaman yang buruk, daun-daun menjadi layu dengan cepat, jumlah daun-daun yang sehat semakin berkurang, timbulnya tandan yang buruk, buah-buah yang dihasilkan tidak baik, dan perkembangan buahnya menjadi prematur.[10] Sedangkan, contoh penyakit-penyakit lain dari pisang tanduk diantaranya Yellow Sigatoka yang disebabkan oleh virus M. musicola dan Black Leaf Streak atau penyakit Black Sigatoka yang disebabkan virus M. fijiensis.[11] Referensi
|