Pada tahun 1585 Petrus menjadi novisiat di biara Agustinian Kanon Reguler di Chaumousey sebelah timur laut Prancis. Ia mengucapkan kaul kekal dua tahun kemudian, lalu ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 24 Februari 1589 di kota Trier. Abbas biara Chamousey kemudian mengirimnya kembali ke Universitas Jesuit Pont-à-Mousson untuk melanjutkan studinya.
Di universitas tersebut, ia dikenal sebagai seorang pakar Summa Theologica yang disegani. Ia mendapat penghormatan besar dari para pejabat universitas dan Uskup Agung Metz. Setelah menamatkan studinya, Bapa Uskup menawarkan jabatan gerejawi yang tinggi kepada Petrus dan memintanya untuk bekerja di Keuskupan. Namun Petrus Fourier lebih memilih untuk kembali ke biara.
Kembali ke Biaranya di Chamousey, ia menjadi sedih melihat hancurnya kehidupan rohani saudara-saudaranya dalam biara. Ia berupaya memperbaiki keadaan ini dengan memberi contoh hidup membiara yang kudus dan penuh disiplin. Ia menjalani semua peraturan, tugas, dan kewajibannya dengan sempurna. Banyak biarawan mendukung upaya Petrus, namun banyak pula yang membenci upaya pembaharuan yang dikerjakannya. Selama dua tahun ia menjadi sasaran permusuhan dan penganiayaan oleh mereka yang membencinya. Beberapa kali mereka berupaya membunuhnya, namun secara ajaib ia selalu lolos dari bahaya maut. Petrus tetap memperlakukan para biarawan yang mencoba membunuhnya dengan penuh kasih. Ia tetap tutup mulut, dan tidak pernah membawa persoalan ini kepada Abbas (pemimpin biara).
Pada tahun 1597, ia ditugaskan keluar biara untuk memimpin sebuah paroki yang sudah lama diterlantarkan dan terancam jatuh ke tangan para Calvinis. Dengan perlahan, Petrus berupaya membenahi paroki itu. Kesederhanaan hidupnya dan kerendahan hatinya segera menggugah perhatian umat yang sudah lama diterlantarkan gereja. Paroki yang hampir binasa itu kini kembali hidup. Umat mulai kembali ke Gereja. Hari-hari Tuhan mulai dirayakan kembali dan umat kembali menerima pelayanan sakramen.
Pastor-paroki Petrus Fourier terkenal saleh. Ia mempunyai devosi yang mendalam pada Santa Maria Perawan yang Tak Bernoda. Dalam hal ini umatnya turut pula meneladaninya. Petrus juga sangat peduli pada kesejahteraan hidup umatnya. Dengan bantuan para ahli keuangan, Petrus mendirikan Bank Umat yang meminjamkan modal usaha tanpa jaminan bagi umat di Parokinya.
Bersama Alix Le Clerc, ia mendirikan Kongregasi Suster Puteri-puteri Santa Maria atau Kongregasi Suster Notre-Dame. Para Suster Notre-Dame mendedikasikan hidup mereka untuk berkarya di bidang pendidikan anak-anak. Dalam waktu singkat enam sekolah didirikan dan ia sebagai pemimpin umum berperan aktif dalam pendidikan rohani bagi para suster dan anak-anak di sekolah.
Dalam suatu penglihatan, Petrus Fourier menyaksikan banyak rumah biara dari kongregasi ini terbentang luas di suatu daerah. Penglihatan ini terwujud nyata di kemudian hari. Kongregasi Notre-Dame berkembang sangat pesat. Saat Petrus meninggal dunia, telah terdapat 40 biara Konggregasi Notre-Dame beserta sekolah-sekolahnya. Konggregasi ini kemudian menyebar ke seluruh Perancis, Jerman dan Inggris. Pada tahun 1658 Santa Margaretha Bourgeoys mendirikan Konggregasi Suster Notre-Dame Montreal di Montreal, Kanada, sebagai Externe Conggregation dari Konggregasi Suster Notre-Dame.
Pada tahun 1632. wilayah Lorraine diduduki oleh Kerajaan Prancis. Pemerintah Perancis lalu menuntut Petrus Fourier untuk bersumpah setia kepada Raja Louis XIII dari Prancis, namun ia menolak. Penolakan tersebut membuat Petrus dan komunitasnya diusir dari Lorraine pada tahun 1636. Mereka lalu mengungsi ke kota Gray, Haute-Saone, Kerajaan Burgundy. Disana, Petrus Fourier wafat pada tanggal 9 Desember 1640.
Petrus Fourier dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XIII pada tahun 1730 dan dikanonisasi oleh Paus Leo XIII pada tahun 1897. Hari perayaannya dirayakan oleh Gereja Katolik Roma pada tanggal 9 Desember, yang merupakan tanggal kematiannya.[1]