Pertempuran Wilkomierz
Pertempuran Wilkomierz, berlangsung pada tanggal 1 September 1435 di dekat Ukmergė di Kadipaten Agung Lituania. Dengan bantuan unit militer dari Kerajaan Polandia (1385-1569), kekuatan Grand Duke Sigismund Kęstutaitis mengalahkan dengan kuat sekutunya yakni Švitrigaila dan Livonian. Pertarungan tersebut merupakan pertarungan yang menimbulkan Perang Saudara Lithuania (1432-1438). Švitrigaila kehilangan sebagian besar pendukungnya dan dia mengasingkankan diri ke Kadipaten Agung Lituania selatan; dia keluar perlahan-lahan dan barulah tercipta kedamaian ditempat itu. Kerusakan yang ditimbulkan di Ordo Livonian cukup parah, dibandingkan dengan kerusakan saat terjadinya Pertempuran Grunwald melawan pemerintahan Teutonic.[2] Pada dasarnya hal ini membuat kekuatan Livonian mulai melemah dan kurang memainkan peran utama dalam urusan pemerintahan di Lituania. NamaPertempuran ini dikenal juga dengan nama the Battle of Wilkomierz (Pertempuran Wilkomierz), Vilkomir atau Ukmergė, setelah pertempuran besar di Vilkmergė (Bahasa Polandia: Wiłkomierz). Pertempuran ini juga dikenal sebagai Pertempuran Šventoji atau Swienta. Dalam bahasa Lituania, pertempuran ini dikenal sebagai "Pertempuran Pabaiskas". Kata "pabaiskas" berasal dari bahasa Polandia "pobojowisko" yang secara harfiah berarti "lokasi pertempuran". Nama ini mulai digunakan sebagai nama untuk kota Pabaiskas yang ada di sekitar 'Gereja Tritunggal Kudus' (the Church of the Holy Trinity) yang dibangun di lokasi tersebut pada tahun 1436-1440 oleh Sigismund Kęstutaitis. Latar BelakangPada bulan Oktober tahun 1430, Vytautas Agung, meninggal dunia tanpa ahli waris. Para bangsawan Lithuania memilih Švitrigaila, saudara Jogaila dan keponakan 'Vytautas' sebagai Grand Duke yang baru tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan Polandia.[3] Ini melanggar Union of Horodło tahun 1413, dan membuat marah para bangsawan Polandia. Švitrigaila bersiap untuk perang dan meminta Ksatria Teutonik, Moldavia, dan Golden Horde sebagai sekutunya. Sigismund Kęstutaitis mengambil alih kekuasaan di Lithuania setelah dia menggulingkan Švitrigaila dalam sebuah kudeta pada tanggal 31 Agustus 1432. Švitrigaila melarikan diri, dan mengasingkan dirinya ke Polotsk, dan dia mengumpulkan pendukungnya dari tanah Slavia yang ada di Kadipaten Duchy Lithuania guna melawan Sigismund. Ksatria Teutonis diam-diam mendukung Švitrigaila terutama melalui pendukungnya yang ada di Livonia..[4] Švitrigaila dan Sigismund kemudiannya terlibat dalam perang saudara. Pada bulan Desember 1432 tentara mereka bertempur dalam Pertempuran Ašmena; Švitrigaila dikalahkan, namun kemenangan itu tidak ditentukan.[5] Pada tahun 1433 berkerja sama dengan ksatria Livonia, Švitrigaila menggerebek Lida, Kreva, Eišiškės dan menghancurkan daerah sekitarnya termasuk Vilnius, Trakai, dan Kaunas.[5] Setelah kematian Jogaila pada tahun 1434, Ksatria Teutonik melanjutkan perang mereka melawan Polandia.[4] Secara total, Švitrigaila dan Livonia mengorganisir enam serangan ke Lithuania, yang terakhir menghasilkan Pertempuran Wilkomierz.[6] PertempuranŠvitrigaila memerintahkan pasukannya yang terdiri dari sekitar 11.000 orang: Lithuania dan orang Rutenia Ortodoks dari Polotsk, Vitebsk, Smolensk, Kiev, Volhynia, Ksatria Livonia dan dengan keberanian mereka, setidaknya ada 500 orang Tatar dari Golden Horde, dan beberapa Ksatria Teutonik yang ikut mendukung mereka.[1] Mungkin ada beberapa orang Hussite yang ikut medukung, saat dia mendaftarkan keponakannya Sigismund Korybut, seorang yang terhormat, menjadi pemimpin militer selama Perang Hussite.[7] Ini disebabkan oleh kekuatan Sigismund Kęstutaitis mungkin masih kecil pada masa itu. Anaknya Michael Žiggantantis ditugaskan untuk merintahkan pasukan Lithuania dari Samogitia, Podlaskie, Hrodna, Minsk dan Jakub Kobylański bertanggung jawab atas pasukan Polandia (4.000 tentara).[6] Švitrigaila berhasil melarikan diri ke Polotsk dengan sekitar 30 pengikut.[4] Kerskorff terbunuh dalam pertempuran bersama dengan marsekalnya. Korybut terluka parah dan tertangkap. Dia meninggal beberapa hari kemudian; sejarawan berspekulasi apakah dia meninggal karena luka-luka, tenggelam, atau diracuni.[7] Yang lainnya, termasuk Duke Yaroslav, anak Lengvenis, dan utusan kekaisaran Sigismund de Rota, terbunuh.[6] Banyak kesatria, termasuk satuan unit cadangan perang, juga turut tertawan.[1] Lainnya tenggelam di sungai, seperti Šventoji (Neris). Pemenang memburu korban selamat selama 15 hari.[1] Akibat PerangPertarungan tersebut mengurangi kekuatan Ordo Livonia, khususnya saat tentaranya dikalahkan, beberapa Grand Master terbunuh, dan banyak perwira senior terbunuh atau dipenjara.[8] Kerusakan yang dialami Orde Livonia yang disebabkan oleh pertempuran sering dibandingkan dengan konsekuensi saat Pertempuran Grunwald (1410) terjadi pada masa Ksatria Teutonik.[4] Perjanjian damai ditandatangani pada tanggal 31 Desember 1435 di Brześć Kujawski. Perintah Teutonik dan Livonia berjanji untuk tidak mencampuri masalah internal Lithuania atau Polandia. Menurut perjanjian tersebut, bahkan Paus atau Kaisar Romawi Suci dapat mengeluarkan sebuah Perintah untuk menghentikan aksinya.[2] Ketentuan ini terutama ditujukan untuk melawan Kaisar Romawi Suci Sigismund, dan upaya dalam memainkan Polandia dan Pemerintahan Teutonik terhadap satu sama lain.[6] Švitrigaila tetap melarikan diri tapi terus melakukan perlawanan. Sekalipun demikian, dia kehilangan kekuatannya di provinsi-provinsi timur Kadipaten Agung Lituania. Pada tahun 1437, dia membuat sebuah kosepakatan: dia akan terus memerintah di Kiev dan Volhynia, wilayah yang masih tetap setia kepadanya, sampai kematiannya; Pada saat itu wilayah tersebut akan jatuh ke tangan Raja Polandia.[5] Karena adanya protes keras dari Sigismund Kęstutaitis, Senat Polandia tidak meratifikasi kesepakatan tersebut. Tahun berikutnya Švitrigaila mundur ke Moldavia.[5] Sigismund menjadi Duke Grand Lithuania yang tak terbantahkan lagi. Namun, pemerintahannya singkat karena dia dibunuh pada 1440. Sebuah gereja dibangun di medan perang oleh Sigismund Kęstutaitis untuk memperingati kemenangannya. Kota Pabaiskas kemudian berkembang di sekitar gereja itu.[9] Referensi
Kesalahan pengutipan: Tag <ref> dengan nama "VLM" yang didefinisikan di <references> tidak digunakan pada teks sebelumnya. |