Abu Bakr al-Baghdadi (Pemimpin)[5] Abu Suleiman al-Naser (Ketua Ketentaraan) Dohan al-Rawi † (Menteri Peperangan ISIS) Abu Waheeb (Hulubalang Tertinggi ISIS di daerah Anbar) Khaled al-Sadoun † (Gubernur ISIS di provinsi Anbar)[6] Abu Bakr (POW) (Hulubalang Tertinggi ISIS di daerah Ramadi)[7] Abu Ahmed al-Alwani † (Hulubalang Tinggi) Hatem al-Bilawi †
Lebih dari 150–297 orang terbunuh dan lebih dari 1,000 orang alami luka[14][15]
600 orang terbunuh (tiap bekas penasehat intelijen) Lebih dari 1.450 terbunuh (tiap pasukan AS dan suku-suku Irak) 2.000 orang terbunuh (tiap dokumen yang diduga milik ISIS)[16]
Lebih dari 190 orang ditangkap
Lebih dari 505.300 warga sipil kehilangan tempat tinggal Lebih dari 143 warga sipil terbunuh
Pertempuran Ramadi (2015–2016) (bahasa Arab: معركة الرمادي (٢٠١٥–٢٠١٦) , bahasa Inggris: Battle of Ramadi (2015–16)) adalah suatu pertempuran yang dilancarkan oleh pasukan Irak dalam mencari cara untuk kembali memiliki kekuasaan di kota Ramadi dari Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) yang sempat lebih dulu merebut kota tersebut pada tahun 2015 ketika pertempuran Ramadi sebelumnya. Pertempuran tersebut juga menjadi pertempuran ke-100 yang telah mendera kota Ramadi sejak tahun 2003.[17] Dari Juli 2015 hingga akhir Februari 2016, pasukan AS beserta negara lainnya telah mengerahkan lebih dari 858 kali serangan udara di daerah Ramadi.[18][19] Pada bulan Februari 2016, pertempuran tersebut diperkirakan akan menghabiskan beberapa bulan untuk membersihkan kota Ramadi dari bom-bom yang tertinggal oleh ISIS dengan waktu paling sedikit hingga 9 bulan yang diperlukan untuk membersihkan suasana distrik Tamim, Ramadi, Irak.[20] Pada saat itu, kota Ramadi telah diderita dengan kerusakan yang melebihi kota-kota Irak lainnya.[20]
Pada 17 Mei 2015, pasukan ISIS telah merebut kota Ramadi usai sempat melancarkan rentetan serangan bunuh diri yang berulang-ulang sewaktu badai pasir hingga mengakibatkan penarikan diri pasukan Irak dari kota Ramadi.
Pada 13 Juli 2015 di waktu fajar, pasukan Irak yang didampingi oleh milisi-milisi pendukung pemerintah dari Syiah dan Sunni sempat melancarkan serbuan agar bisa kembali merebut provinsi Anbar. Pasukan Irak juga dilaporkan memberikan tekanan ke arah kota Ramadi dari sebelah barat dan selatan.[21] Pada sore hari, pasukan Irak telah kembali menguasai Stadion Ramadi Olympic yang terletak di sebelah barat kota Ramadi lalu telah mencapai bagian timur kota Ramadi. Menurut para pejabat Irak, para pejuang pendukung pemerintah juga menekan anggota kelompok garis keras itu dari daerah timur kota Ramadi.[22] Pada 11 Agustus 2015, seorang pembesar tinggi dengan koalisi yang dipimpin oleh AS berkata bahwasannya pasukan Irak telah melingkungi kota tersebut lalu telah bersiap melancarkan gempuran yang terakhir supaya bisa kembali mengambil Ramadi.[23] Pada 26 Agustus 2015, para pelaku bom bunuh diri dari ISIS telah membunuh dua jenderal dari pasukan Irak dan tiga prajurit yang berada di sebelah utara kota Fallujah. Mayjen Abdul-Rahman Abu-Regheef yang merupakan seorang wakil kepala operasi di Anbar dan seorang panglima divisi tentara ke-10 yaitu Brigjen Sefeen Abdul-Maguid telah meninggal akibat dibunuh.
Dari akhir bulan September, pengerjaan untuk mengambil kembali Ramadi sempat dipertimbangkan karena pergerakan lamban pasukan keamanan Irak yaitu ketika sempat menduduki perbatasan kota Ramadi, tetapi tidak mampu menyusun serbuan ke dalam kota tersebut dengan sebagaimana mestinya.[24][25] Percekcokan politik antara milisi sokongan Iran dan administrasi Abadi juga menciptakan hambatan untuk kekuatan penyerbuan ke Ramadi.[26] Pada 25 September 2015, pihak Amerika Serikat menyuruh pasukan Irak secara mendadak untuk bersegera melaksanakan pengerjaannya ke Ramadi dengan sempat menyatakan bahwa pasukan Irak baru-baru ini tidak melakukan pergerakan maju yang signifikan.[27]
Pada awal bulan Oktober, pasukan Irak memulai lagi pengerjaan ke kota Ramadi dengan merebut segelintir daerah di bagian utara dan barat kota Ramadi yang meliputi suatu jalur utama yang berada di barat dalam kota Ramadi.[28] Pada 13 Oktober 2015, kesatuan-kesatuan tentara Irak telah bergerak maju sepanjang 15 kilometer lalu telah mengepung kota Ramadi seperti yang dituturkan para pejabat AS.[29][30]
Pada pertengahan bulan November, pasukan Irak kembali merebut markas besar badan pimpinan darurat di kota Ramadi.[31]
Pertempuran
Pengepungan Kota Ramadi
Pada 25 November 2015, tentara Irak sempat melancarkan serbuan untuk kembali merebut Ramadi,[10][32] tentara Irak memutus jalur terakhir yang tersedia bagi ISIS untuk menuju kota Ramadi dengan melalui sungai Eufrat lalu Jembatan Palestina yang menjadi tempat strategis itu dirampas serta dipergunakan oleh tentara Irak.[33] Pengerjaan yang berlangsung di Jembatan Palestina dengan daerah lainnya di sebelah barat laut kota Ramadi telah mendapatkan bantuan dari serangan udara 7 koalisi.[32]
Pada 29 November 2015, tentara Irak telah mulai mengirimkan surat edaran ke Ramadi dengan menyampaikan peringatan akan ada serbuan yang barangkali segera terjadi serta menyampaikan peringatan terhadap warga awam supaya melarikan diri. Bagaimanapun juga, hanya beberapa keluarga yang memutuskan melarikan diri sesudah ISIS telah menutup rapat lintasan yang dirancang pemerintah Irak lalu juga mengurung kota tersebut sambil mengancam akan membunuh siapa saja yang mencoba melarikan diri.[34]
Bertempur Menuju Pusat Kota
Pada 4 Desember 2015, pasukan Irak telah mulai bergerak maju ke distrik Tamim yang terletak di sebelah barat daya Ramadi dari Universitas Anbar dan distrik Tash.[35] Pada 8 Desember 2015, pasukan Irak menekan ke arah kota Ramadi untuk pertama kalinya sesudah memulai penyerangan[10] capturing Tamim, a key district in the southwestern area of Ramadi, separated from the rest of Ramadi city by the al-Waar River, a tributary of the Euphrates. The Iraqi Army also recaptured the Anbar Operation Control Center, near the Palestine Bridge.[35] Pertempuran tersebut diklaim menjadi suatu keberhasilan yang digaungkan, sebagaimana yang dikatakan oleh jubir pelayanan pemberantas terorisme Irak yaitu Sabah al-Numani kepada kantor berita AFB bahwasannya setelah balatentara meluncurkan gempuran ke distrik Tamim, para militan ISIS sudah tidak memiliki pilihan melainkan berjuang atau menyerah lalu mereka dibinasakan sehabis-habisnya.[36] Setelah melakukan gerakan maju, pemerintah Irak mengklaim bahwasannya mereka telah kembali merebut hingga 60% daerah Ramadi dari ISIS kendati sebagian besar kota tersebut masih berada dalam pengawasan ISIS.[37] Selama berlangsugnya pengerjaan dalam merebt distrik Tamim, 350 militan ISIS meninggal akibat dibunuh oleh serangan udara dari pasukan persekutuan pimpinan AS.[38][39] Pada 10 Desember 2015, pasukan ISIS telah meledakkan bendungan Warrar[40] yang menghubungkan Pusat Pengawasan Pengerjaan Anbar ke sebelah barat laut kota Ramadi dan kemudian terdapat jembatan Qassim yang mengantarkan warga dari distrik al-Tamim ke bagian selatan dari distrik al-Humaira.[41]
Pada 15 Desember 2015, dua pesawat tempur RAFTyphoon FGR4 mendukung tentara Irak saat melaksanakan pengerjaan di sekitar kota Ramadi lalu sebuah perkemahan ISIS disambar dengan dua bom Paveway IV.[42] Saat hari selanjutnya, pesawat tempur RAF Panavia Tornado menolong tentara Irak dalam menumpas ISIS di perbatasan kota Ramadi lalu pasukan Irak menggunakan bom Paveway IV untuk menghancurkan tempat senapan mesin berat, sekelompok penembak jitu dan segolongan para pejuang ISIS.
Pada 18 Desember 2015, brigade ke-55 dari Angkatan Bersenjata Irak menarik kembali serangan udara AS untuk melindungi gerakan maju pasukan Irak karena helikopter tentara Irak tidak akan terbang akibat cuaca yang buruk. Serangan udara tersebut mengalami gangguan dari beberapa kilometer lalu mengenai sasaran tentara Irak hingga menewaskan 9 prajurit, seorang perwira dan seorang hulubalang angkatan .[43]
Besoknya pada 20 Desember 2015, pasangan kedua dari jenis pesawat tempur GR4 telah diterbangkan untuk bertugas melakukan pengintaian sekeliling kota Ramadi serta menyediakan sambung tangan jagaan terhadap suatu serangan dari pesawat terbang koalisi lain.[42] Masih pada hari tersebut, pesawat terbang Irak juga telah mengirimkan surat selebaran ke dalam kota Ramadi lagi dengan mengumumkan peringatan bagi warga awam supaya meninggalkan kota tersebut dalam waktu sampai 72 jam.[44]
Pada 22 Desember 2015, pasukan Irak bergerak maju ke dalam pusat kota Ramadi lalu bertujuan ke arah kelompok perumahan utama pemerintah.[45] Tiga kali serangan yang dilakukan di tempat terpisah dari distrik Al-Tamim dan Al-Humaira yang berada di sebelah selatan dan barat daya telah diluncurkan ke arah utara yaitu di pusat distrik Al-Hoz, Andalus dan Al-Malab.[41] Pasukan Irak telah mengerjakan penyusunan sebuah jembatan sementara di atas sungai Al-Warrar yang memberikan jalan masuk bagi tentara Irak dalam menyeberang ke arah distrik Al-Hoz bagian selatan tempat pasukan Irak yang dilaporkan telah membuat keheranan terhadap pasukan ISIS di sana.[46] Dua pasang pesawat tempur RAF Tornado dan satu pesawat tempur RAF Reaper memerlengkapi Irak dengan dukungan angkatan udara yang berkesinambungan sepanjang pesawat terbang koalisi lain. Ketika para pejuang ISIS membedil para prajurit Irak dengan granat berpeluncur roket dan senjata-senjata ringan. Serangan tersebut cenderung melukai petugas. Dua pesawat tempur RAF Tornado datang di tengah-tengah dengan lemparan bom Paveway yang sangat jitu. Sementara itu, pesawat tempur RAF Reaper menolong pesawat terbang koalisi lain ketika terjadinya suatu serangan yang membinasakan sebuah pistol penangkis serangan kapal udara.[42] Pertempuran masih berlanjut pada hari berikutnya sewaktu bala bantuan Irak dan para pejuang yang terdiri dari berbagai suku di Irak yang beragama Islam Sunni telah dikerahkan setelah mendapatkan pelatihan dari AS untuk menjamin keamanan bagian daerah Ramadi yang telah direbut Irak dalam rangka mengirimkan prajurit gelombang pertama untuk terus menguatkan tekanan ke arah perumahan kelompok pemerintah di pusat kota Ramadi.[47] Pada 23 Desember 2015, terbangnya 2 pesawat tempur RAF Tornado GR4 telah memiliki andil bagi upaya dari angkatan udara koalisi yang menjadi penyokong terhadap gempuran yang dilancarkan tentara Irak menuju pusat kota Ramadi. Pesawat tempur RAF Tornado memiliki sasaran yang meliputi tiga kelompok teroris yang dipersenjatai dengan roket berpeluncur granat dan penembak jitu tersembunyi (sniper), sekelompok pihak NIIS yang bertempur menentang tentara Irak pada jarak yang dekat dan suatu kelompok besar yang sekurang-kurangnya berjumlah 17 teroris yang terkena imbas akibat gempuran langsung selama 6 kali dengan bom Paveway IV lagi.[48] Mulai pada 25 Desember 2015, pasukan Irak dengan pasukan sekutu dari suku-suku Irak telah berjaya dalam upaya untuk memasuki distrik Al-Haouz yang juga berjarak hingga 500 meter dari perumahan kelompok utama pemerintah.[49] Pesawat RAF Tornados tetap menyokong tumpuan dari angkatan udara dengan jarak dekat sekeliling kota Ramadi dengan sekali lagi menjalankan misi secara berdekatan dengan pesawat tempur koalisi lain dan bom Paveway IV digunakan untuk menumpas dua kelompok teroris, pasukan NIIS yang menggunakan pistol penangkis serangan pesawat tempur dan suatu susunan kelompok NIIS yang berupaya mengerahkan serangan balik setelah berhasilnya pasukan Irak untuk terus bergerak maju.[48] Pada 26 Desember 2015, pasukan Irak merebut Tanggul Ramadi di sebelah barat daya dari kota Ramadi lalu mengungsikan 120 keluarga warga awam dari kota tersebut.[50]
Pada 27 Desember 2015, pasukan Irak telah merebut kelompok perumahan pemerintah dan setelah itu mereka memermaklumkan kewijayaannya di kota Ramadi[51] lalu mengklaim bahwa pusat kota Ramadi telah berada dalam pengawasan yang penuh. Militan-militan NIIS dilaporkan telah melarikan diri ke arah timur laut dari kota Ramadi. Rupanya, pertempuran dilaporkan masih terjadi di sebelah barat daya dari kelompok perumahan pemerintah[52] dikarenakan NIIS masih memiliki kekuatan melawan. Pada 28 Desember 2015, pasukan Irak telah merebut pusat kota Ramadi secara tuntas usai sisa-sisa pasukan ISIS memutuskan melakukan penarikan diri dari kelompok perumahan pemerintah dan kawasan-kawasan sekeliling distrik Al-Hoz.[53][54] Akan tetapi, terdapat pembenaran saat hari tersebut bahwa NIIS masih memiliki kekuasaan sebanyak 30 persen atas kota tersebut.[55] Pada 29 Desember 2015, pesawat udara RAF Typhoon dan Tornado GR4 melakukan pengerjaan di sepanjang kota Ramadi sesudah pasukan Irak telah mulai bergerak maju untuk mendekati sisa-sisa daerah yang dikuasai militan-militan NIIS. Pesawat udara RAF Typhoon membombardir dua senapan mesin. Sementara itu, pesawat udara RAF Tornado mengiringkan tiga kali serangan ke arah sebuah strongpoint dan dua senapan mesin yang bersarang. Kendati terjadinya cuaca buruk yang berarti bahwa serangan-serangan itu sudah semestinya diselesaikan dengan baik melalui awan yang tebal serta meski para serdadu Irak berada dalam keadaan dekat yang mulai menghampiri sasaran, perencaan dari awak udara dengan sistem panduan kesaksamaan dari bom Paveway IV membebaskan setiap serangan yang dilakukan hingga berhasil dan tanpa berkemungkinan rugi bagi pasukan sekutu.[48] Selama pekan berlangsungnya gempuran yang terakhir di kota Ramadi bagian tengah, para pejuang NIIS yang terbunuh ditaksir hingga 400 orang.[10][56]