Pertempuran Ningpo adalah upaya Dinasti Qing yang gagal untuk merebut kembali kota Ningpo (sekarang ditulis Ningbo) di Provinsi Zhejiang yang diduduki oleh pasukan Britania Raya selama Perang Candu Pertama.
Setelah Britania Raya berhasil merebut Distrik Chinhai (sekarang ditulis Zhenhai) dalam Pertempuran Chinhai pada 10 Oktober 1841, tiga hari kemudian Britania Raya menguasai kota Ningpo yang terletak tidak jauh dari Distrik Zhenhai tanpa adanya pertumpahan darah. Qing kemudian memerintahkan Pangeran Yijing untuk mengerahkan pasukannya guna merebut kembali Ningpo.
Pada 10 Maret 1942, Pangeran Yijing bersama Pasukan Delapan Panji Tiongkok Manchu yang berjumlah sekitar 3.000 prajurit bergerak memasuki kota Ningpo, namun mereka disergap oleh pasukan Britania Raya dan akhirnya diusir keluar dari Ningpo. Baik pejabat Britania Raya maupun Tiongkok sama-sama mencatat bahwa banyak tentara Tiongkok saat itu yang berada di bawah pengaruh opium selama pertempuran berlangsung, sehingga menurunkan konsentrasi dan efektivitas tempur mereka. Tiongkok mundur, setelah 500 hingga 600 korban berjatuhan di pihaknya, sementara di pihak Britania Raya hanya 5. Sejarawan juga mencatat bahwa hujan lebat dan lumpur telah menunda datangnya bala bantuan untuk pasukan Tiongkok sebelum dan selama pertempuran ini.
Setelah pertempuran, Britania Raya masih terus menduduki Ningpo sampai musim semi tahun berikutnya ketika mereka menjarah kota itu untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya meninggalkan Ningpo. Banyak tentara Tiongkok yang mengalami luka-luka akibat terkena serpihan peluru shrapnel dan terbukti sangat sulit untuk disembuhkan. Selama fase akhir pendudukan Britania Raya, penculikan dan pembunuhan di Ningpo mengalami peningkatan besar-besaran karena lemahnya penegakan hukum dan ketertiban umum menjadi kacau sehingga sebagian kota dibakar. Pemerintah Britania Raya mengeksekusi banyak warga lokal yang dinyatakan bersalah atas kejahatan semacam itu. Perjanjian Nanking tahun 1842, yang mengakhiri perang Perang Candu Pertama, menetapkan bahwa Ningpo menjadi salah satu dari lima "pelabuhan perjanjian", yang akan dibuka secara permanen untuk perdagangan luar negeri. Setelah berakhirnya perang, kota Ningpo menjadi bagian dari lingkup pengaruh Britania Raya di Tiongkok.
Catatan
Referensi