Latar belakang terbentuknya persekutuan Solor Watan Lema dijelaskan dalam jurnal berjudul Situs Menanga Solor Flores Timur, Jejak Islam di NTT yang ditulis Muhammad Murtadlo dan diterbitkan di Jurnal Lektur Keagamaan Kementerian Agama tahun 2017.[2] Murtadlo menuturkan, Shahbudin bin Ali bin Salman al-Farisi datang ke Pulau Solor dan ditunjuk untuk memimpin persekutuan Solor Watan Lema antara tahun 1613–1645 M. Kemudian Shahbudin menyebut dirinya Sultan Menanga karena berkuasa di wilayah Menanga.[3]
Persekutuan ini sendiri bertujuan untuk melawan bangsa Portugis yang telah membangun benteng di Lohayong. Benteng tersebut kini dikenal dengan nama Benteng Lohayong atau Benteng Fort Henricus.[4] Sebelumnya dituliskan dalam jurnalnya, bangsa Portugis datang ke Pulau Solor sekitar 1561 M. Kemudian mereka membangun Benteng Lohayong pada 1566 M. Pada saat itu masyarakat Solor dan sekitarnya meminta Sultan Menanga untuk memimpin perlawanan terhadap Portugis.[1]
Perlawanan Sultan Menanga bersama Persekutuan ini terhadap Portugis didukung oleh Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC. Diketahui VOC sendiri memiliki keinginan menggeser kekuasaan Portugis di daerah Lohayong. Sebagai imbalan untuk Sultan Menanga, VOC akan mengakui kedaulatan Persekutuan Solor Watan Lema. Terkait tujuan VOC menggeser Portugis tidak lepas dari kepentingan mereka untuk mendapatkan keuntungan dari kepergian Portugis.
Berikut ini kerajaan yang tergabung dalam persekutuan;[1]