Perang Saudara Abbasiyah tahun 865–866, kadang-kadang dikenal sebagai Fitnah Kelima,[1] adalah konflik bersenjata pada masa "Anarki di Samarra" antara khalifah yang berseteru, al-Musta'in dan al-Mu'tazz, bertarung untuk menentukan siapa yang akan mendapatkan kendali atas Kekhalifahan Abbasiyah. Perang ini, yang berlangsung selama sekitar satu tahun, sebagian besar berkisar pada pengepungan Baghdad yang berkepanjangan dan berakhir dengan al-Mu'tazz sebagai khalifah tunggal. Al-Musta'in ditinggalkan oleh para pendukungnya dan dipaksa untuk turun takhta; terlepas dari jaminan bahwa dirinya akan dibiarkan tetap hidup, dia dieksekusi segera sesudahnya.
Hasil perang ini merupakan sebuah kemenangan besar bagi kemapanan militer Turki, yang bertanggung jawab atas naiknya al-Mu'tazz menuju tampuk kekuasaan, dan memungkinkan bangsa Turki mempertahankan kekuatan efektif mereka atas pemerintah dan militer kekhalifahan. Para pendukung al-Musta'in, yaitu keluarga Tahirid, faksi militer Arab, dan warga Baghdad, terus dikucilkan dari politik pemerintah pusat setelah penyerahan diri mereka, meskipun mereka diizinkan untuk mempertahankan posisi yang mereka miliki sebelum perang. Irak Tengah, tempat sebagian besar pertempuran terjadi, hancur oleh aksi kedua belah pihak.
Sejarawan al-Tabari menyampaikan laporan panjang dan terperinci tentang perang ini.[2] Sejarawan Muslim lainnya, seperti al-Mas'udi[3] dan al-Ya'qubi,[4] juga menyinggung perang ini dalam karya-karya mereka.
Latar belakang
Khalifah al-Mutawakkil (847-861) telah menyusun sebuah rencana suksesi yang akan memungkinkan putra-putranya mewarisi kekhalifahan setelah kematiannya; dia akan digantikan pertama oleh putra sulungnya, al-Muntasir, kemudian oleh al-Mu'tazz dan ketiga oleh al-Mu'ayyad.[5] Pada tahun 861 al-Mutawakkil dibunuh oleh sekelompok perwira militer Turki, kemungkinan dengan dukungan al-Muntasir. Selama pemerintahan singkat al-Muntasir (861-862), orang-orang Turki menekannya untuk menyingkirkan al-Mu'tazz dan al-Mu'ayyad dari suksesi. Ketika al-Muntasir wafat, para perwira Turki berkumpul dan memutuskan untuk mengukuhkan sepupu khalifah yang wafat tersebut, al-Musta'in di atas takhta.[6] Khalifah baru hampir segera dihadapkan dengan kerusuhan besar di Samarra untuk mendukung al-Mu'tazz yang kehilangan haknya; para perusuh diberantas oleh militer tetapi korban di kedua belah pihak sangat banyak. Al-Musta'in, khawatir bahwa al-Mu'tazz atau al-Mua'yyad dapat menekan klaim mereka terhadap kekhalifahan, pertama-tama berusaha untuk menyuap mereka dan kemudian melemparkannya ke dalam penjara.[7]
Bonner, Michael (2010). "The waning of empire, 861–945". Dalam Robinson, Chase F.The New Cambridge History of Islam, Volume 1: The Formation of the Islamic World, Sixth to Eleventh Centuries. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 305–359. ISBN978-0-521-83823-8.
Bosworth, C.E. "The Tahirids and Saffarids." The Cambridge History of Iran, Volume 4: From the Arab Invasion to the Saljuqs. Ed. R.N. Frye. Cambridge: Cambridge University Press, 1975. ISBN0-521-20093-8
Christensen, Peter. The Decline of Iranshahr. Denmark: Museum Tusculanum Press & the Author, 1993. ISBN87-7289-259-5
Gordon, Matthew S. The Breaking of a Thousand Swords: A History of the Turkish Military of Samarra (A.H. 200-275/815-889 C.E.). Albany, NY: State University of New York Press, 2001. ISBN0-7914-4795-2
Kennedy, Hugh. When Baghdad Ruled the Muslim World: The Rise and Fall of Islam's Greatest Dynasty. Cambridge, Massachusetts: Da Capo Press, 2004. ISBN0-306-81480-3
Shaban, M.A. Islamic History, A New Interpretation, Volume 2: A.D. 750-1055 (A.H. 132-448). Cambridge: Cambridge University Press, 1976. ISBN0-521-21198-0
Stillman, Yedida Kalfon. Arab Dress from the Dawn of Islam to Modern Times, A Short History. Ed. Norman A. Stillman. Leiden: Koninklijke Brill NV, 2003. ISBN90-04-13593-6
Al-Tabari, Abu Ja'far Muhammad ibn Jarir. The History of al-Tabari. Ed. Ehsan Yar-Shater. 40 vols. Albany, NY: State University of New York Press, 1985-2007.
Waines, David. "The Third Century Internal Crisis of the Abbasids." Journal of the Economic and Social History of the Orient, Volume XX. Ed. Claude Cohen and W.F. Leemans. Leiden: E. J. Brill, 1977.
Wheatley, Paul. The Places Where Men Pray Together: Cities in Islamic Lands, Seventh through the Tenth Centuries. Chicago: The University of Chicago Press, 2001. ISBN0-226-89428-2
Al-Ya'qubi, Ahmad ibn Abu Ya'qub. Historiae, Vol. 2. Ed. M. Th. Houtsma. Leiden: E. J. Brill, 1883.