Perang Pembebasan (1989–1990)Perang Pembebasan (Bahasa Arab : حرب التحرير) adalah subkonflik dalam fase akhir Perang Saudara Lebanon antara tahun 1989 dan 1990, di mana Tentara Lebanon yang setia kepada Jenderal dan Perdana Menteri Michel Aoun, yang ditunjuk oleh Presiden sebelumnya Amine Gemayel dan bermarkas di Beirut Timur, berperang melawan Angkatan Bersenjata Suriah yang berpusat di Beirut Barat dan Tentara Lebanon yang setia kepada Presiden Elias Hrawi dan Perdana Menteri Selim Hoss, yang ditunjuk oleh Perjanjian Taif. Aoun melancarkan beberapa serangan terhadap Pasukan Lebanon dalam upaya untuk membangun otoritasnya atas Beirut Timur. Konflik tersebut mencapai puncaknya pada tanggal 13 Oktober 1990, ketika Tentara Suriah menyerbu Istana Baabda dan benteng pertahanan Aoun lainnya, menewaskan ratusan tentara dan warga sipil Lebanon dan menggulingkan Aoun, yang menandai berakhirnya Perang Saudara Lebanon. Aoun selamat dan pindah ke Prancis untuk hidup di pengasingan.
Di Beirut Timur, pemerintahan sementara Aoun terdiri dari dirinya sendiri (Perdana Menteri), Mayor Jenderal Issam Abu Jamra (Ortodoks Yunani), dan Brigadir Jenderal Edgar Maalouf (Katolik Yunani). Dekrit Presiden Gemayel, yang ditandatangani 15 menit sebelum masa jabatannya berakhir, pada 22 September 1988, juga mencakup 2 menteri Muslim (Sunni, Syiah) dan 1 Menteri Druze, tetapi ketiganya menolak jabatan tersebut dan segera mengundurkan diri. Meskipun demikian, Aoun bersikeras bahwa dia adalah Perdana Menteri yang sah. Di Beirut Barat, pemerintahan Presiden Elias Hrawi terdiri dari kabinet yang terbagi rata antara Umat Kristen dan Muslim, dengan Selim Hoss sebagai Perdana Menteri. Panglima Tertinggi LAF, Jenderal Émile Lahoud, telah ditunjuk pada tanggal 28 November 1989. Pada bulan Maret 1990, kabinet memilih Jenderal Elie Hayek sebagai komandan wilayah Gunung Lebanon. Pasukan Lebanon (LF) - yang dipimpin oleh Samir Geagea - bermarkas di La Quarantaine (berbatasan langsung dengan Achrafieh dari Timur), dan menguasai Beirut Timur, Metn pesisir, dan Baabda. Mereka menguasai seluruh distrik (cazas) Keserwan, Jbeil, Batroun, Koura, Bcharri, dan sebagian Zgharta Latar BelakangPerang Saudara Lebanon dimulai pada tahun 1975, dan pada tahun 1976 Suriah Melakukan Intervensi ke Lebanon dan mulai menduduki sebagian wilayah Lebanon. Pada tahun 1989, berbagai Faksi Lebanon menandatangani Perjanjian Taif dalam upaya untuk mengakhiri Perang Saudara, tetapi Michel Aoun menentang perjanjian tersebut, karena tidak memberikan batas waktu untuk penarikan Pasukan Suriah.[1] AkibatSerangan terhadap pemerintahan Aoun menandai berakhirnya Perang Saudara Lebanon. Suriah akan mendominasi kehidupan politik negara tersebut selama 15 tahun berikutnya, di bawah naungan Perjanjian Taif. Pada tanggal 16 Oktober 1990, Milisi di Beirut mulai membongkar Garis Hijau, dan pada tanggal 13 November mereka menyelesaikan penarikan pasukan mereka dari Beirut, sebelum batas waktu 19 November yang diberikan oleh Perjanjian Taif.
Referensi
|