Perang Napoli
Perang Napoli, juga dikenal sebagai Perang Austria–Napoli, adalah konflik antara Kerajaan Napoli dan Kekaisaran Austria. Konflik ini dimulai tanggal 15 Maret 1815, ketika Raja Joachim Murat menyatakan perang terhadap Austria, dan berakhir tanggal 20 Mei 1815, dengan peresmian Perjanjian Casalanza. Perang ini terjadi semasa Seratus Hari antara kembalinya Napoleon dari pengasingan dan sebelum dia meninggalkan Paris dan mengalami kekalahan telak dalam Pertempuran Waterloo. Perang ini memicu pemberontakan pro-Napoleon di Napoli berakhir dengan kemenangan telak Austria dalam Pertempuran Tolentino, setelah itu penguasa Bourbon Ferdinando IV diangkat kembali menjadi Raja Napoli dan Sisilia. Namun, intervensi oleh Austria menimbulkan kebencian di Italia, yang selanjutnya memacu upaya menuju unifikasi Italia. Latar belakangSebelum Perang Revolusi Prancis, Napoli dipimpin oleh Raja Ferdinando IV dari Wangsa Bourbon. Ferdinando adalah lawan alami dari Napoleon dan dia beraliansi dengan Koalisi Ketiga untuk melawan Napoleon. Namun, setelah kekalahan dalam Pertempuran Austerlitz dan Perjanjian Pressburg, Ferdinando terpaksa menyerahkan Napoli kepada Prancis pada awal tahun 1806. Pada awalnya, saudara Napoleon, yaitu Joseph Bonaparte, menjadi pemimpin di Napoli. Lalu pada tahun 1808, Joseph naik menjadi Raja Spanyol, dan Napoleon mengangkat saudara iparnya, Joachim Murat, menjadi Raja Napoli. Murat pada awalnya memimpin Napoli dengan mengikuti sistem hukum dan sosial yang berlaku di Prancis, sementara terus berpartisipasi dalam kampanye Napoleon. Namun setelah Pertempuran Leipzig yang membawa petaka, Murat meninggalkan La Grande Armée untuk mencoba menyelamatkan takhtanya. Ketika kekalahan dalam Perang Koalisi Keenam sudah di depan mata, Murat semakin menjauh dari Napoleon, akhirnya membuat perjanjian dengan Austria pada bulan Januari 1814 dan bergabung dengan pihak Aliansi. Namun seiring berjalannya Kongres Wina, posisi Murat menjadi semakin tidak aman karena ada dukungan yang semakin besar untuk mengembalikan Ferdinando ke takhta. Lawan Murat yang paling vokal adalah Inggris, yang tidak pernah mengakui klaim Murat atas takhta dan, terlebih lagi, telah menjaga Ferdinando di Sisilia, memastikan dia mempertahankan takhta Sisilia. Ketika Murat diberitahu tentang rencana Napoleon untuk melarikan diri dari pengasingan di Elba pada 1 Maret 1815, Murat kembali berpihak pada Napoleon dan menyatakan perang terhadap Austria segera setelah dia mengetahui kembalinya Napoleon ke Prancis. Lihat jugaReferensi
Pranala luarWikisumber memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:
|