Perang Banjar-Negara Dipa

Perang Banjar dengan Negara Daha atau Perang saudara Pangeran Samudera melawan Pangeran Tumenggung terjadi di Bandarmasih yang berakhir damai disertai penyerahan kekuasaan kerajaan Negara Daha kepada Pangeran Samudera yang akhirnya di lebur menjadi satu ke dalam wilayah Kesultanan Banjar.

Perang Banjar-Negara Dipa
LokasiBandarmasih
Hasil

Perjanjian damai

  • Pangeran Tumenggung menyerahkan kekuasaan Kerajaan Negara Daha kepada Pangeran Samudra
  • Kerajaan Negara Daha berubah menjadi Kesultanan Banjar
Pihak terlibat

Kesultanan Banjar

Kesultanan Demak
Kerajaan Negara Daha
Tokoh dan pemimpin
Sultan Suriansyah Pangeran Tumenggung  Menyerah
Kekuatan
40.000 prajurit
1.000 armada perahu
tidak diketahui

Jauh sebelumnya terjadi perang saudara ini, di mulai dengan adanya wasiat Maharaja Sukarama, Raja Negara Daha telah berwasiat agar penggantinya adalah cucunya Raden Samudera, anak dari putrinya Puteri Galuh Baranakan. Ayah dari Raden Samudera adalah Raden Manteri Alu, putra dari Raden Begawan, saudara Maharaja Sukarama. Wasiat tersebut menyebabkan Raden Samudera terancam keselamatannya karena para putra Maharaja Sukarama juga berambisi sebagai raja yaitu Pangeran Bagalung, Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Tumenggung.

Dibantu oleh Arya Taranggana, Pangeran Samudra melarikan diri dengan sampan ke hilir sungai Barito. Sepeninggal Maharaja Sukarama, Pangeran Mangkubumi menjadi Raja Negara Daha dengan gelar regnalnya Maharaja Mangkubumi, selanjutnya digantikan Pangeran Tumenggung yang juga putra Sukarama. Raden Samudra yang menyamar dengan nama Samidri, menjadi nelayan di daerah Balandean dan Kuin, ditampung oleh Patih Masih di rumahnya. Oleh Patih Masih bersama Patih Muhur, Patih Balitung diangkat menjadi raja yang berkedudukan di Bandarmasih.

Pangeran Tumenggung melakukan penyerangan ke Bandarmasih. Pangeran Samudra dibantu Kerajaan Demak dengan kekuatan 40.000 prajurit dengan armada sebanyak 1.000 perahu yang masing-masing memuat 400 prajurit mampu menahan serangan tersebut.[1]) Akhirnya Pangeran Tumenggung bersedia menyerahkan kekuasaan Kerajaan Negara Daha kepada Pangeran Samudra. Kerajaan Negara Daha kemudian dilebur menjadi Kesultanan Banjar yang beristana di Bandarmasih. Sedangkan Pangeran Tumenggung diberi wilayah di Batang Alai.[2][3]

Referensi

  1. ^ (Indonesia) Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 70. ISBN 9798451163. ISBN 978-979-8451-16-4
  2. ^ Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde (1857). "Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkundem" (dalam bahasa Belanda). 6 (3): 236. 
  3. ^ Ras, Johannes Jacobus (1990). Hikayat Banjar (dalam bahasa Melayu). Diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh. Selangor Darul Ehsan, Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 9789836212405.  ISBN 983-62-1240-X