Penyelamatan oleh Muslim semasa Holokaus


Sejumlah warga Arab menyelamatkan penduduk Yahudi dari Holokaus di kawasan Arab ketika sedang dikuasai negara-negara fasis. Sejak Juni 1940 sampai Mei 1943, negara-negara Poros, terutama Jerman dan Italia, menguasai wilayah yang luas di Afrika Utara. Sekitar 1 persen penduduk Yahudi, kurang lebih 4.000 sampai 5.000 jiwa, dibunuh oleh pemerintah berkuasa saat itu. Jumlah yang relatif kecil ini, bila dibandingkan dengan 50 persen penduduk Yahudi Eropa yang tewas saat Holokaus, disebabkan oleh keberhasilan Kampanye Afrika Utara yang dilancarkan Sekutu untuk mengusir pasukan Poros dari Afrika Utara.[1]

Tidak ada negara jajahan di Afrika atau Eropa yang bebas dari kampanye genosida Yahudi, tetapi kampanye ini lebih besar di Eropa daripada negara-negara Arab. Pejabat kolonial Prancis menawarkan penduduk Aljazair mengambil alih properti sitaan milik warga Yahudi dan banyak pemukim Prancis yang siap mengambil keuntungan dari rencana tersebut. Namun demikian, tidak ada orang Arab yang terlibat. Di ibu kotanya, Aljir, ulama-ulama Muslim secara terbuka menolak rencana tersebut.[2] Meski beberapa orang Arab bekerja sama dengan pasukan Poros dengan bekerja sebagai penjaga di kamp-kamp kerja paksa,[butuh rujukan], banyak orang Arab lainnya yang bertaruh nyawa untuk menyelamatkan orang Yahudi dari penindasan dan genosida.

Upaya penyelamatan oleh bangsa Arab tidak hanya terjadi di Timur Tengah. Si Kaddour Benghabrit, rektor Masjid Raya Paris, menurut berbagai sumber, menyelamatkan antara 100[1][3] sampai 500 orang Yahudi dengan memberi mereka samaran Muslim. Ada pula kasus penduduk Muslim non-Arab di Albania yang membantu penduduk Yahudi melarikan diri dari Holokaus di Eropa. Pada September 2013, Yad Vashem menyatakan seorang dokter Mesir, Mohammed Helmy, sebagai salah satu Orang Baik dari Berbagai Bangsa karena menyelamatkan Anna Gutman (née Boros), membahayakan dirinya sendiri selama tiga tahun, serta menyelamatkan ibu Gutman, Julie, neneknya, Cecilie Rudnik, dan bapak tirinya, Georg Wehr, dari Holokaus. Helmy adalah orang Arab pertama yang mendapat penghargaan tersebut.[4]

Afrika Utara

Si Ali Sakkat

Sepanjang kariernya, Si Ali Sakkat pernah menjabat sebagai menteri kabinet dan wali kota Tunis. Pada tahun 1940, Si Ali Sakkat menikmati pensiun di ladangnya di kaki Jebel Zaghouan. Terdapat kamp kerja paksa untuk orang Yahudi di dekat ladang Sakkat. Para tahanan Yahudi dipaksa memperbaiki sebuah lapangan terbang yang sering dibom oleh Sekutu. Penduduk Arab di sekitar sering melihat pemukulan tahanan oleh tentara Jerman secara rutin. Pada suatu malam di tengah pertempuran besar, 60 pekerja Yahudi kabur. Bangunan pertama yang mereka temui adalah dinding rumah Sakkat. Mereka mengetuk pintu dan diberi tempat tinggal dan makanan. Mereka juga diizinkan menetapa sampai Tunisia dibebaskan oleh pasukan Sekutu.[5]

Khaled Abdul-Wahab

Abdul-Wahab adalah putra seorang sejarawan ternama Tunisia. Ia berusia 32 tahun ketika Jerman menduduki Tunisia. Ia merupakan interlokutor antara pemerintah Nazi dan penduduk kota pesisir Mahdia. Ketika ia mendengar bahwa sejumlah perwira Jerman berencana memerkosa seorang perempuan Yahudi setempat, Odette Boukhris, ia menyembunyikan Boukhris beserta keluarganya dan 24 keluarga Yahudi lain di rumahnya di luar kota. Mereka tinggal di sana selama empat bulan sampai pendudukan berakhir. Abdul-Wahab sering dijuluki Oskar Schindler dari Arab.[6] Pada tahun 2009, dua pohon dipersembahkan kepada Abdul-Wahab atas keberaniannya. Satu pohon ditanam di Adas Israel Garden of the Righteous di Washington, D.C., sedangkan satu lagi ditanam di Garden of the Righteous Worldwide. Putrinya, Faiza, menghadiri acara penanaman pohon di Milan.[7]

Shaykh Taieb el-Okbi

Taieb el-Okbi adalah anggota Partai Islah (Reformasi) Aljazair dan sahabat reformis kenamaan asal Aljazair, Abdelhamid Ben Badis, yang menoleransi berbagai agama dan kebudayaan. Ben Badis mendirikan dan memimpin Liga Muslim dan Yahudi Aljazair. Ia meninggal dunia sebelum pasukan Vichy menduduki Aljazair, lalu posisinya digantikan oleh Taieb el-Okbi. Taieb el-Okbi menemukan bahwa jajaran pemimpin grup pro-fasis Légion Français des Combattants merencanakan pogrom terhadap penduduk Yahudi dengan bantuan tentara Muslim. Ia berusaha mencegahnya sebisa mungkin dan memerintahkan umat Islam untuk tidak menyerang orang Yahudi. Tindakannya disejajarkan dengan tindakan uskup agung Jules-Géraud Saliège dan Pierre-Marie Gerlier yang sama-sama menyelamatkan orang Yahudi di Prancis.[8]

Eropa

Albania, negara yang mayoritas penduduknya Muslim, menyelamatkan hampir semua penduduk Yahudinya.[9][10][11] Tingkat penyintas di provinsi Kosovo, Yugoslavia, mencapai 60%. Kosovo lantas menjadi salah satu wilayah dengan tingkat penyintas Yahudi tertinggi di Eropa.[12]

Refik Veseli

Sebagian besar dari 2.000 penduduk Yahudi di Albania diselamatkan oleh penduduknya yang sebagian besar Muslim.[13] Refik Veseli, seorang remaja Muslim berusia 17 tahun, menyelamatkan keluarga Mosa dan Gabriela Mandil, termasuk putranya yang berusia lima tahun, Gavra, dan kakaknya, Irena. Ia juga menyelamatkan pengungsi dari Belgrade, warga Novi Sad, yang pernah menjadi atasannya ketika ia magang di toko kamera di Tirana. Saat Jerman mengambil alih daerah tersebut dari Italia, ia mengantar mereka dan satu keluarga Yahudi lain malam-malam ke kampung keluarganya di Kruja. Mereka dilindungi oleh keluarga Veseli sampai perang berakhir 9 bulan kemudian bahkan dari serbuan pendukung Enver Hoxha. Tindakan Veseli menginspirasi warga desa lainnya untuk ikut mengambil risiko demi menyelamatkan penduduk Yahudi.[14] Setelah menerima permintaan Gavra Mandil, pada tahun 1988, Yad Vashem mengakui Refka dan Drita Veseli sebagai salah satu Orang Baik dari Berbagai Bangsa. Kisah mereka mulai dikenal luas setelah masyarakat Yahudi Albania diizinkan melakukan aliyah ke Israel pada tahun 1990-an.[15]

Banyak penyintas menceritakan tindakan tuan rumah mereka di Albania yang saling berebut memberikan tempat berlindung karena merasa ini kewajiban etis dalam Islam.[16] Sejak saat itu, 50 warga Albania terdaftar sebagai Orang Baik dari Berbagai Bangsa.[17][18] [19][20]

Referensi

  1. ^ a b Robert Satloff (October 8, 2006). "The Holocaust's Arab Heroes". The Washington Post. Diakses tanggal 2010-04-28. 
  2. ^ Paul Harris, 'Israel called on to honour the 'Arab Schindler', at The Guardian, 11 April 2010.
  3. ^ "The Holocaust's Arab Heroes (Satloff)". October 14, 2006. Diakses tanggal 2010-04-28. 
  4. ^ Ofer Aderet,'Yad Vashem names Egyptian first Arab Righteous Among the Nations,' at Haaretz, September 30, 2013.
  5. ^ Robert Satloff. "Among The Righteous". PBS. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 April 2010. Diakses tanggal 2010-04-28. 
  6. ^ Armin Rosen (7 March 2007). "Arab Schindler provides valuable lesson to Arabs today". Diakses tanggal 2016-04-19. 
  7. ^ "Khaled Abdul Wahab A Tunisian Arab who saved Jewish lives during the Holocaust". gariwo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-10-06. Diakses tanggal 2010-04-28. 
  8. ^ Robert Satloff (October 30, 2006). Among the Righteous: Lost Stories from the Holocaust's Long Reach into Arab Lands. PublicAffairs. hlm. 107. Diakses tanggal 2010-04-28. [pranala nonaktif permanen]
  9. ^ Sarner, Harvey (1997). Rescue in Albania: one hundred percent of Jews in Albania rescued from Holocaust. Cathedral City, Calif.: Brunswick. ISBN 9781888521115. 
  10. ^ Paldiel in Norman H. Gershman, [Besa: Muslims Who Saved Jews in World War II,]Syracuse University Press, 2008 p.xiv.
  11. ^ "Albanian Muslims Rescued Jewish Lives From Nazis". United with Israel. 8 April 2013. Diakses tanggal 19 April 2016. 
  12. ^ Sarner, Harvey (1997) p. 40
  13. ^ "Besa: A code of honor - Muslim Albanians who rescued Jews during the Holocaust". yadvashem.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-12-11. Diakses tanggal 19 April 2016. 
  14. ^ Eva Illouz, ['Big brother: When secrecy becomes a norm in Israel, it comes with a price,'] at Haaretz, 2 February 2, 2013
  15. ^ Sarner, Harvey (1997) p. 2
  16. ^ Paldail in his forward to Norman H. Gershman, [Besa: Muslims Who Saved Jews in World War II,] 2008 p.xiv., attributes the extremely high survival rate to the code of besa or one's word of honour. Gershman quotes the Veselis as saying:'We never received any money from our Jewish guests. Besa exists in every Albanian soul. Our parents were devout Muslims and believed, as we do, that every knock on the door is a welcome from God.'(p.90)
  17. ^ Mordecai Paldiel,Saving the Jews: Amazing Stories of Men and Women Who Defied the "Final Solution",, Schreiber, 2000 pp.111-113.
  18. ^ Sarner, Harvey (1997) p. 48
  19. ^ Debórah Dwork, Voices & views: a history of the Holocaust, Jewish Foundation for the Righteous, 2002 p.484.
  20. ^ Norman H. Gershman, [Besa: Muslims Who Saved Jews in World War II,]Syracuse University Press, 2008 pp.90ff.

Pranala luar