Penyelamatan oleh Muslim semasa Holokaus
Tidak ada negara jajahan di Afrika atau Eropa yang bebas dari kampanye genosida Yahudi, tetapi kampanye ini lebih besar di Eropa daripada negara-negara Arab. Pejabat kolonial Prancis menawarkan penduduk Aljazair mengambil alih properti sitaan milik warga Yahudi dan banyak pemukim Prancis yang siap mengambil keuntungan dari rencana tersebut. Namun demikian, tidak ada orang Arab yang terlibat. Di ibu kotanya, Aljir, ulama-ulama Muslim secara terbuka menolak rencana tersebut.[2] Meski beberapa orang Arab bekerja sama dengan pasukan Poros dengan bekerja sebagai penjaga di kamp-kamp kerja paksa,[butuh rujukan], banyak orang Arab lainnya yang bertaruh nyawa untuk menyelamatkan orang Yahudi dari penindasan dan genosida. Upaya penyelamatan oleh bangsa Arab tidak hanya terjadi di Timur Tengah. Si Kaddour Benghabrit, rektor Masjid Raya Paris, menurut berbagai sumber, menyelamatkan antara 100[1][3] sampai 500 orang Yahudi dengan memberi mereka samaran Muslim. Ada pula kasus penduduk Muslim non-Arab di Albania yang membantu penduduk Yahudi melarikan diri dari Holokaus di Eropa. Pada September 2013, Yad Vashem menyatakan seorang dokter Mesir, Mohammed Helmy, sebagai salah satu Orang Baik dari Berbagai Bangsa karena menyelamatkan Anna Gutman (née Boros), membahayakan dirinya sendiri selama tiga tahun, serta menyelamatkan ibu Gutman, Julie, neneknya, Cecilie Rudnik, dan bapak tirinya, Georg Wehr, dari Holokaus. Helmy adalah orang Arab pertama yang mendapat penghargaan tersebut.[4] Afrika UtaraSi Ali SakkatSepanjang kariernya, Si Ali Sakkat pernah menjabat sebagai menteri kabinet dan wali kota Tunis. Pada tahun 1940, Si Ali Sakkat menikmati pensiun di ladangnya di kaki Jebel Zaghouan. Terdapat kamp kerja paksa untuk orang Yahudi di dekat ladang Sakkat. Para tahanan Yahudi dipaksa memperbaiki sebuah lapangan terbang yang sering dibom oleh Sekutu. Penduduk Arab di sekitar sering melihat pemukulan tahanan oleh tentara Jerman secara rutin. Pada suatu malam di tengah pertempuran besar, 60 pekerja Yahudi kabur. Bangunan pertama yang mereka temui adalah dinding rumah Sakkat. Mereka mengetuk pintu dan diberi tempat tinggal dan makanan. Mereka juga diizinkan menetapa sampai Tunisia dibebaskan oleh pasukan Sekutu.[5] Khaled Abdul-WahabAbdul-Wahab adalah putra seorang sejarawan ternama Tunisia. Ia berusia 32 tahun ketika Jerman menduduki Tunisia. Ia merupakan interlokutor antara pemerintah Nazi dan penduduk kota pesisir Mahdia. Ketika ia mendengar bahwa sejumlah perwira Jerman berencana memerkosa seorang perempuan Yahudi setempat, Odette Boukhris, ia menyembunyikan Boukhris beserta keluarganya dan 24 keluarga Yahudi lain di rumahnya di luar kota. Mereka tinggal di sana selama empat bulan sampai pendudukan berakhir. Abdul-Wahab sering dijuluki Oskar Schindler dari Arab.[6] Pada tahun 2009, dua pohon dipersembahkan kepada Abdul-Wahab atas keberaniannya. Satu pohon ditanam di Adas Israel Garden of the Righteous di Washington, D.C., sedangkan satu lagi ditanam di Garden of the Righteous Worldwide. Putrinya, Faiza, menghadiri acara penanaman pohon di Milan.[7] Shaykh Taieb el-OkbiTaieb el-Okbi adalah anggota Partai Islah (Reformasi) Aljazair dan sahabat reformis kenamaan asal Aljazair, Abdelhamid Ben Badis, yang menoleransi berbagai agama dan kebudayaan. Ben Badis mendirikan dan memimpin Liga Muslim dan Yahudi Aljazair. Ia meninggal dunia sebelum pasukan Vichy menduduki Aljazair, lalu posisinya digantikan oleh Taieb el-Okbi. Taieb el-Okbi menemukan bahwa jajaran pemimpin grup pro-fasis Légion Français des Combattants merencanakan pogrom terhadap penduduk Yahudi dengan bantuan tentara Muslim. Ia berusaha mencegahnya sebisa mungkin dan memerintahkan umat Islam untuk tidak menyerang orang Yahudi. Tindakannya disejajarkan dengan tindakan uskup agung Jules-Géraud Saliège dan Pierre-Marie Gerlier yang sama-sama menyelamatkan orang Yahudi di Prancis.[8] EropaAlbania, negara yang mayoritas penduduknya Muslim, menyelamatkan hampir semua penduduk Yahudinya.[9][10][11] Tingkat penyintas di provinsi Kosovo, Yugoslavia, mencapai 60%. Kosovo lantas menjadi salah satu wilayah dengan tingkat penyintas Yahudi tertinggi di Eropa.[12] Refik VeseliSebagian besar dari 2.000 penduduk Yahudi di Albania diselamatkan oleh penduduknya yang sebagian besar Muslim.[13] Refik Veseli, seorang remaja Muslim berusia 17 tahun, menyelamatkan keluarga Mosa dan Gabriela Mandil, termasuk putranya yang berusia lima tahun, Gavra, dan kakaknya, Irena. Ia juga menyelamatkan pengungsi dari Belgrade, warga Novi Sad, yang pernah menjadi atasannya ketika ia magang di toko kamera di Tirana. Saat Jerman mengambil alih daerah tersebut dari Italia, ia mengantar mereka dan satu keluarga Yahudi lain malam-malam ke kampung keluarganya di Kruja. Mereka dilindungi oleh keluarga Veseli sampai perang berakhir 9 bulan kemudian bahkan dari serbuan pendukung Enver Hoxha. Tindakan Veseli menginspirasi warga desa lainnya untuk ikut mengambil risiko demi menyelamatkan penduduk Yahudi.[14] Setelah menerima permintaan Gavra Mandil, pada tahun 1988, Yad Vashem mengakui Refka dan Drita Veseli sebagai salah satu Orang Baik dari Berbagai Bangsa. Kisah mereka mulai dikenal luas setelah masyarakat Yahudi Albania diizinkan melakukan aliyah ke Israel pada tahun 1990-an.[15] Banyak penyintas menceritakan tindakan tuan rumah mereka di Albania yang saling berebut memberikan tempat berlindung karena merasa ini kewajiban etis dalam Islam.[16] Sejak saat itu, 50 warga Albania terdaftar sebagai Orang Baik dari Berbagai Bangsa.[17][18] [19][20] Referensi
Pranala luar |