Penyebaran kepemilikanPenyebaran kepemilikan adalah suatu pandangan yang menentang pemusatan kepemilikan media dan penggabungan konglomerat media. Posisi ini umumnya mendukung kepemilikan media yang lebih kecil dan lokal sebagai cara untuk mewujudkan nilai-nilai jurnalisme dan menciptakan ruang publik media yang inklusif dalam masyarakat. Latar belakangPemusatan kepemilikan media merupakan kondisi saat hanya beberapa organisasi dan individu yang mengendalikan banyak entitas media yang berbeda. Selama dua dekade terakhir, konsentrasi kepemilikan media telah berkembang pesat, terutama dengan munculnya perusahaan platform digital yang dikenal sebagai "lima besar" (GAFAM: Google, Apple, Facebook, Amazon dan Microsoft) yang semuanya berasal dari Amerika Serikat. Konsentrasiyang terjadi di ranah digital ini tidak menggantikan struktur media besar tradisional, tetapi justru menciptakan struktur kekuatan paralel terhadap media tradisional. Para akademisi telah banyak mengeksplorasi hubungan bermasalah antara konsentrasi kepemilikan media dan demokrasi, dengan penelitian yang menyoroti dampak negatifnya.[1] Salah satu kritik muncul dari Robert W. McChesney yang menyatakan bahwa konglomerat media ini dapat memiliki dampak yang kuat dan merugikan terhadap budaya media. Menurutnya, raksasa media cenderung bersikap konservatif secara politik karena mereka biasanya memanfaatkan struktur sosial yang ada dan “setiap perubahan dalam properti atau hubungan sosial, terutama sejauh yang mengurangi kekuatan bisnis, tidaklah dalam kepentingan mereka”.[2] Alasan kenapa hal ini terbentukPada tahun 2003, Ketua Komisi Komunikasi Federal (FCC) Amerika Serikat saat itu, Michael K. Powell mendorong pelonggaran aturan lama FCC tentang konsentrasi kepemilikan media yang mengatur pangsa pasar jaringan kabel, jumlah stasiun televisi yang dapat dimiliki oleh jaringan nasional dan kepemilikan silang surat kabar-TV.[3] Powell berencana mengizinkan satu perusahaan untuk memiliki hingga tiga stasiun televisi, delapan stasiun radio, satu surat kabar lokal, penyedia kabel monopoli dan penyedia layanan internet dalam satu pasar. Ia berpendapat bahwa meskipun FCC memiliki peran historis dalam melindungi keragaman berita dan informasi, keadaan baru-baru ini di industri penerbitan surat kabar dan televisi memaksa mereka membentuk institusi terpusat demi keberlangsungan industri ini.[4] Sebagai respons kebijakan ini, C. Edwin Baker, Profesor Hukum dan Komunikasi dari University of Pennsylvania Law School, mengusulkan argumen untuk mendukung penyebaran kepemilikan media dalam menentang upaya FCC untuk melonggarkan pembatasan kepemilikan media.[5] KritikDaniel H dan Robert E.dari Stanford Law School, dan Kevin Quinn, dari Harvard University mengkritik klaim bahwa konsolidasi media mengurangi keragaman sudut pandang. Mereka berpendapat bahwa hipotesis “konvergensi” ini belum terbukti secara empiris, meskipun telah dianggap sebagai “landasan empiris” dari regulasi FCC terkait konsentrasi media. Dengan menggunakan teknik statistik pada lima kasus merger sebelumnya, mereka menyimpulkan bahwa merger media, seperti merger antara The New York Times dan The Boston Globe tidak menunjukkan korelasi statistik dengan pengurangan keragaman sudut pandang dalam media.[6] Referensi
|