Pendhapa Tulungagung (pengucapan bahasa Jawa: [pən.ⁿɖɔ.pɔt̪u.loŋ.a.ɡoŋ]; Juga dieja sebagai "Pendapa Tulungagung ", "Pendopo Tulungagung", "Pendhopo Tulungagung") merupakan sebuah kompleks bangunan berjenis pendhapa yang terletak di sebelah utara alun-alun kota Tulungagung. Bangunan ini dibangun pada masa perpindahan letak pusat pemerintahan Ngrowo dari Kalangbret ke Tulungagung.[1][2]
Pendapa Tulungagung dibangun dengan mengikuti gaya arsitektur Jawa-Mataraman.[3] Gaya arsitektur ini dapat ditandai dengan gaya atap berbentuk limas, struktur bangunan terputus untuk setiap tujuan, dan bangunan utama terdiri dari aula besar yang tidak berdinding.[4][5]
Pada pintu gerbang kompleks bangunan tersebur terdapat dua gapura di kedua sisi pintu masuk yang bernuansa tradisional Jawa, seperti ukiran, teks aksara Jawa dan anyaman yang terbuat dari daun pandan. Di antara kedua pintu masuk, terdapat sebuah taman kecil.[6][7]
Bangunan utama pada kompleks bangunan ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian tengah adalah bagian terbesar dari bangunan dan sebagian besar terdiri sebagai aula utama untuk ritual doa tradisional, pertemuan mendesak lainnya, atau pertemuan pemerintahan.[4] Yang kedua terletak di sebelah utara (belakang) gedung pusat digunakan untuk kediaman resmi Bupati.[8][7]
Area di sekirar kompleks bangunan ini terdiri dari taman, gudang, dan beberapa bangunan resmi bergaya arsitektur Belanda yang dibangun pada masa pemerintahan Belanda.[9]
Sejarah
Menurut beberapa teks tertulis, seperti Tulisan Babad;[10] perpindahan pusat pemerintahan Ngrowo pada tahun 1824 juga mengubah wilayah kota Ngrowo dengan perbatasan ditandai dengan empat patung Reca Pentung di keempat sisi Ngrowo. Perpindahan ini juga menyebabkan pergantian nama nama pemerintahan dari "Pemerintahan Ngrowo di Kalangbret" menjadi "Pemerintahan Ngrowo di Tulungagung".[11][12][2] Lokasi pusat kota ditentukan dengan melihat di pusat dadi keempat lokasi Reco Pentung yang merupakan pusat kota Tulungagung di Tulungagung pada masa sekarang. Pendhapa Tulungagung dibangun di bagian utara pusat kota sesuai pada masa pemerintahan RMT. Pringgodiningrat sebagai tempat Pendopo Kadipaten. Kompleks gedung ini kemudian digunakan sebagai kantor Pemerintah hingga sekarang.[11][13]
Pendapa Tulungagung mendapat nama lain, yaitu "Pendopo Kongras Arum Kusimaning Bongso" pada masa pemerintahan Ir. Heru Tjahjono, MM.[14]
Marjadji (Juli 2018). Menelusuri Jejak-Jejak Sejarah Pendopo Agung Kabupaten Tulungagung. Tulungagung: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Tulungagung.
Ridjal (Januari 2019). Arsitektur Masyarakat Agraris dan Perkembangannya. Malang: UB press. ISBN978-602-432-687-6.
Imron (Juni 2020). Mengunjungi Simbol-Simbol Sejarah Lokal Tulungagung. Yogyakarta: Mirra Buana Media. ISBN978-623-7800-75-0.
Anonymous (1971). Tulungagung Dalam Rangkaian Sejarah Indonesia dan Babad. Tulungagung: Pemerintahan Daerah Kabupaten Tulungagung.
Anonymous (2016). Laporan Pendataan Bangunan Cagar Budaya Kompleks Bangsal Sewakapraja. Yogyakarta: Balai Pelestarian Cagar Budaya Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta.