Penarikan mundur pasukan atau penarikan mundur taktis atau mundur dari tindakan defensif adalah jenis operasi militer, yang umumnya berarti menarik mundur pasukan sambil mempertahankan pertempuran dengan musuh. Penarikan mundur ini dapat dilakukan sebagai bagian dari penarikan mundur secara umum, untuk mengkonsolidasikan pasukan, menduduki daerah yang lebih mudah untuk dipertahankan, memaksa musuh mengulur-ulur waktu untuk mendapatkan kemenangan yang menentukan, atau untuk mengarahkan musuh agar masuk ke dalam perangkap penyergapan yang sudah disiapkan sebelumnya. Taktik ini dianggap sebagai operasi yang relatif berisiko, membutuhkan disiplin agar tidak berubah menjadi kekalahan karena tidak terorganisir dengan baik atau dapat merusak jiwa korsa para tentara.
Penarikan mundur pura-pura
Tindakan berpura-pura mundur untuk memancing musuh mengejar sehingga menjauh dari posisi pertahannya atau disergap oleh pasukan yang telah dipersiapkan sebelumnya ketika sedang melakukan pengejaran adalah taktik kuno, dan telah digunakan sepanjang sejarah perang.
Tiga contoh yang terkenal adalah:
William Sang Penakluk menggunakan taktik penarikan mundur pura-pura selama Pertempuran Hastings untuk memancing turun para infanteri Harold dari pertahanan mereka yang menguntungkan karena berada di tempat yang lebih tinggi, sehingga mereka akhirnya berhasil dimusnahkan oleh kavaleri pimpinan William Norman.[1]
Bangsa Mongol pada Abad Pertengahan terkenal antara lain karena, menggunakan taktik penarikan mundur pura-pura selama penaklukan mereka. Kavaleri pasukan Mongol yang cepat dan ringan membuat pengejaran oleh pihak musuh hampir mustahil untuk dilakukan. Di tengah sengitnya peperangan, pasukan Mongol akan berpura-pura dikalahkan, kelelahan dan kebingungan, dan tiba-tiba akan mundur dari medan perang. Pihak lawan berpikir bahwa mereka telah mengalahkan Mongol dan mengejar pasukan Mongol. Sambil mundur, kavaleri Mongol akan terus menembaki para pengejarnya, guna mematahkan semangat mereka. Ketika pasukan pengejar berhenti mengejar kavaleri Mongol (yang secara signifikan memang lebih cepat), kavaleri Mongol kemudian berbalik dan menyerang para pengejarnya, dan kebanyakan berhasil. Penarikan mundur digunakan sebagai bagian dalam taktik kalahkan secara rinci sehingga memungkinkan bangsa Mongol mampu mengalahkan pasukan tentara yang lebih besar dengan cara memecah mereka menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil dan kemudian baru ditaklukkan.
Di awal Pertempuran Perlintasan Kasserine pada tahun 1943, tank-tank dari Divisi I Lapis Baja AS mengejar penarikan mundur yang tampaknya sangat tunggang langgang dari elemen-elemen Divisi Panzer 21 (Wehrmacht). Pasukan AS yang maju mengejar kemudian bertemu dengan barisan senjata anti-tank Jerman yang melepaskan tembakan, menghancurkan hampir semua tank-tank Amerika. Seorang pengamat artileri yang turut dalam pengejaran bersama pasukan AS, yang radio dan teleponnya terputus oleh tembakan saat itu namun ia berhasil selamat, mengingat kembali peristiwa tersebut dan mengatakan,
Itu adalah pembunuhan. Tank-tank Amerika itu terguling diberondong peluru dari moncong delapan puluh delapan yang tersembunyi dan yang bisa kulakukan hanyalah berdiri dan menonton tank demi tank meledak berkeping-keping atau terbakar atau hanya berhenti kemudian hancur. Orang-orang di belakang berusaha untuk berbalik tetapi delapan puluh delapan tampaknya ada di mana-mana.[2]