Pembantaian Kraras terjadi pada Agustus sampai September 1983 dimana hampir semua laki–laki termasuk anak laki–laki di kampung Kraras (Kararas, Krarás) dibunuh oleh ABRI. Beberapa orang melarikan diri ke hutan.
Saat ditangkap atau menyerahkan diri, mereka dipaksa tinggal di sebuah tempat di Kraras yang bernama Lalerek Mutin. Di tempat ini banyak dari mereka yang mati kelaparan.
Tragedi Kraras ini berawal dari kasus pelecehan seksual yang dikabarnya dilakukan oleh para tentara Indonesia. Menurut Carrascalao dan sejumlah saksi mata, ada seorang anggota Hansip yang mengaku bahwa istrinya mendapat perlakuan yang tidak senonoh dari anggota militer Indonesia. Anggota Hansip inilah yang kemudian bereaksi dan memukuli anggota militer yang mengganggu istrinya.
Pada tanggal 8 Agustus, pasukan FALINTIL dan anggota-anggota Ratih di bawah komando Virgílio dos Anjos (Ular Rheik) menyerang desa Kraras, yang menewaskan 15-16 orang anggota batalyon zeni tempur (Yon Zipur). Salah seorang anggota zipur sedang berada di atap sebuah rumah sehingga ia selamat. Ia kemudian melaporkan serangan ini kepada komandan batalyon 501.
Pada tanggal 7 September 1983, batalion 501 memasuki desa Kraras yang sudah kosong dan membakar hampir semua rumah di sana. Sekitar 5 orang yang masih tinggal di desa, termasuk seorang perempuan tua, dibunuh dalam serangan ini. Mayat dari beberapa orang yang dibunuh dibakar bersama rumah-rumah mereka.
Pranala web