Berukuran sedang, yakni 18 cm, bertubuh gemuk dan berwarna-warni.[2]Dada nya berwarna merah karat, alis coklat pucat dan punggung berwarna hijau. Sayap biru terang dengan bercak putih, tenggorokan putih, tunggir merah. Iris coklat, paruh kehitaman, kaki coklat pucat.[5] Siulannya keras, berbunyi “pu-wiu, pu-wiu” dengan nada kedua lebih tinggi.Di Kalimantan, suaranya dipercaya merupakan petanda datangnya hujan.[5]
Penyebaran dan Habitat
India tenggara, Tiongkok barat daya, dan Asia Tenggara. Pada musim dingin ke Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan. Di Sumatra (termasuk pulau-pulau sekitarnya) dan kalimantan (termasuk Kep.Natuna), burung migran dan pengunjung musim dingin yang cukup umum terdapat sampai ketinggian 1.000 m. Tercatat di kebanyakan habitat hutan, termasuk kebun. Pengembara kadang-kadang dapat mencapai Sulawesi dan Filipina.[5]
Kebiasaan
Sering mengunjungi semak-semak, hutan sekunder, dan hutan mangrove. Tidak pernah jauh dari pantai. Berjalan diam-diam, berlompatan di atas tanah seperti anis. Pada malam hari, beristirahat pada semak yang rendah, hanya satu meter di atas tanah. Sering berburu di sepanjang badan air.[5][6] Mereka bermigrasi setiap tahun. Terbang pada malam hari dan pada saat bulan baru.[2] Mereka kebanyakan makan cacing, serangga, dan siput dan memburu mereka di atas dahan atau tenggeran yang rendah.[7][6][8][9] Mereka membangun sarang yang berbentuk bola. Bentuknya agak rumit, dan terbuat dari gabungan akar, rumput, daun dan lumut, sering kali diletakkan di antara akar-akar pohon di dekat air.[9]Telur nya berwarna putih atau krem. Telur Paok hujan dierami selama 15-17 hari.[9] Jumlah telurnya adalah 3-4 butir.[6]