Pandan Pancur adalah sebuah desa yang berada di dalam wilayah kecamatan Deket. Desa ini terletak di perbatasan Timur kabupaten Lamongan. Di dalam desa ini ada lima dusun yaitu Pancur Kidul, Sudimoro, Pondok, Nginjen, dan Brak Pancur. Desa ini dipimpin oleh seorang kepala bernama Supadi pada tahun 2015. Desa Pandanpancur adalah desa yang berbatasan langsung dengan kabupaten Gresik. Di desa ini masyarakatnya mayoritas beragama Islam. Dalam desa ada lima Masjid di tiap dusunnya. Ada pula sekolah SD dan Madrasah. SMP Negeri 2 Deket terletak di desa Pandanpancur. Kebanyakan masyarakatnya memilih mata pencaharian sebagai petani tambak. Masyarakat di desa Pandanpancur mengelolah budidaya ikan Bandeng, Lele, Mujaer, Udang Panami dan hasil tambak lainnya.
Yang ada di desa ini
Dusun Brak Pancur
Dusun Brak Pancur adalah dusun yang terletak di perbatasan kota lamongan dan gresik tepat di batas gapura paduraksa.
Dusun Nginjen
Dusun Nginjen boleh dibilang sebagai ibukotanya desa pandanpancur sebab pusat pemerintahan desa terletak di sini.
Dusun Pondok
Dusun Pondok terletak di sebelah selatan rel kereta api.
Dusun Sudimoro
Dusun Sudimoro terletak di sebelah selatan rel kereta api.
Dusun Pancur Kidul
Dusun Pancur Kidul terletak di sebelah selatan rel kereta api.
Dakwah Pandanpancur
Allah mengutus nabi Muhammad untuk berdakwah kepada seluruh alam. Di alam ini Islam telah menyebar ke berbagai belahan penjuru dunia, termasuk di desa Pandanpancur. Berawal dari kedatangan seorang da'i yakni Kyai Dahlan dari Kedungombo Ngajuk. Sang kyai menjadi moden atau pimpinan agama Islam di desa Pandanpancur, tepatnya kyai Dahlan menjadi Moden di dusun Brak. Setelah menikahi Umaiyah perkembangan dakwah Islam di desa Pandanpancur semakin pesat. Adik ipar kyai Dahlan yaitu bapak Saekhan diangkat menjadi moden dusun Pondok menggantikan moden sebelumnya yaitu mbah Kholil. Pak Saekhan menikahi seorang perempuan bernama Binti Yuhanin. Perempuan yang berasal dari Ngajuk tepatnya di dusun Paldaplang desa Jogomerto kecamatan Tanjung Anom ini adalah putri Kyai Muhammad Koedi Fananil Al Falaky. Setelah hijrah dari kampung halaman di Ngajuk ke Lamongan, ibu Yuhanin menikah dengan pak Saekhan dan dikaruniai dua orang anak yakni Arin Mir'atul Faizah dan Miftahul Fikri. Sebenarnya anak laki - lakinya yaitu Fikri memiliki saudara kembar bernama Huda, tapi saudaranya meninggal dunia sejak ia masih kecil. Fikri menikahi Nur dan punya anak bernama Cita. Setelah bercerai Fikri menikahi Rica lalu melanjutkan perjuangan dakwahnya dengan bilang ayoberfikrii,