Pakemitan, Cikatomas, Tasikmalaya
SEJARAH CIKATOMAS Sebelum berbicara atau membahas sejarah Pakemitan (Desa Pakemitan Kec. Cikatomas) mari kita melihat dulu sejarah Cikatomas. Cikatomas adalah sebuah nama Kecamataan di Kab. Tasikmalaya Jawabarat Indonesia. Melihat lebih jauh kebelakang, nama Cikatomas tida bisa dipisahkan dari nama Mandala atau tatar Mandala yang sejak zaman kerajaan Sunda, Galuh dan Pajajaran sudah dikenal dan menjadi buah bibir karena keistimewaan Mandala itu. Menilik kebelakang Cikataomas atau nama Cikatomas dalam konteks Distrik, Kecamatan atau Kewadanaan mulai muncul atau dikenal secara resmi dan tercatat sekitar awal Tahun 1900 an M, sementara dalam konteks nama Kampung atau nama Desa sudah dikenal sejak Jaman Galuh dan Pajajara, ini lebih tua dan lebih awal. Sejak zaman Kacutakan ( Organisasi/ Pemerintahan setingkat Desa besar atau Kecamatan), Kacutakan Mandala berpusat di Kampung Cikatomas, dengan nama Cutak, ( Cutak = Kepala Wilayah setingkat Desa Besar/ Kecamatan) yaitu Cutak Arya Kuta Waringin, Cutak Kerta Dani, Cutak Sulantani, Sutrabitung, Cutak Natakaria, Cutak Wangsaijam dan Cutak selanjutnya tidak menggunakan lagi nama Cutak sebagai Pimpinan Wilayah. Itu semua terbukti dengan adanya Nama Desa/Kampung Cikatomas sebagai nama Desa/ Kampung di wilayah daerah mandala/ Tatar Mandala ( daerah Perdikan/ titipan atau daerah istimewa pada zaman Kerajaan Pajajaran), diperkirakan sekitar Tahun 1500 sampai 1600an M, yang selanjutnya dikenal lagi dalam nama Distrik (Distrik Mandala dan Distrik Cikatomas). Asal usul nama Cikatomas berasal dari kata “Cai” dan “Katomas” Cai adalah air, dan Katomas adalah sebuah pohon yang biasa tumbuh dipinggiran sungai/ sumber air seperti pohon Kamboja. Seperti Orang Sunda pada umumnya menamai daerah atau tempat sesuai dengan identitas atau keadaan tempat disekitar, oleh sebab itu karna disekitarnya banyak pohon Katomas / Kemboja, maka orang- orang menamainya atau menyebutnyaa Cikatomas, yang berarti daerah berair ( ada sumber kehidupan yaitu air) dan terdapat/ banyak dijumpai pohon Katomas. Mungkin nama Cikatomas resmi dan terkenal menjadi nama sebuah daerah, setelah pemerintahan/ Kacutakan didaerah itu dipimpin oleh seorang tokoh yang bernama “Buyut Saijam”, seseorang yang diyakini sebagai cikal bakal dan karuhun masyarakat cikatomas pada umumnya juga sebagai tokoh pendiri Cikatomas dan pemimpin cikatomas pada masa Sukapura (Kabupaten Sukapura) dipimpin Rd. Subamanggala dan Rd Demang Sacapati/ Wiradadaha IV dan V , Ia juga diyakini sebagai pelopor penyebaran Agama islam yang pernah hidup sejaman dengan Tokoh – Tokoh penyebar Islam di wilayah Distrik Mandala waktu itu, diantaranya Mbah. Linggayasa yang dipercaya sebagai Ulama dan penyebar Islam di Ds. Linggalaksana Kec. Cikatomas sekarang, Mbah Diva Laksana di Kp. Citeureup Ds. Pakemitan Kec. Cikatomas sekarang, Mbah.Sukajaya Di Kp. Munjul Ds. Cilumba Kec. Cikatomas sekarang dan rombongannya yang lain saat melakukan pelarian dari Kesultanan Banten akibat menentang belanda dan Kerusuhan disanah. Bahkan Buyut Sai’jam ini menikah dengan adik Mbah. Linggayasa yaitu Nyi Putri Sari. Keresidenan Priangan mengalami perubahan politik begitu besar atas kebijakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Daendels. Salah satunya terjadi penggabungan wilayah dan pembubaran wilayah yang menimpa Kabupaten Limbangan, Sukapura dan Galuh pada tanggal 02 Maret 1811 M. Atas usul komisi tanah di Bogor dilakukan kembali pembentukan dan pembubaran kabupaten-kabupaten tahun 1813. Begitupun Kabupaten Karawang dibubarkan, sementara Kabupaten Sukapura kembali dihidupkan dan Bupati Karawang kala itu Raden Tumenggung Suria Laga kedua asal Sumedang atau sering disebut Bupati Talun diangkat menjadi Bupati Sukapura dengan distrik dibawahnya yakni Distrik Selacau, Parung, Karang, Mandala, Sukaraja, Taraju, Batuwangi, Nagara, Kandangwesi dan Cidamar. Adapun Distrik Malangbong diserahkan ke Kabupaten Sumedang. Berdasarkan Buku ”Naskah Hari Jadi Tasikmalaya” (Sejarah Kabupaten Tasikmalaya yang diterbitkan pada bulah Juni 1975) dinyatakan bahwa pada tahun 1888 M yang menjadi bagian dari/masuk kedalam wilayah Kabupaten Sukapura (sebelum berganti nama menjadi Kabupaten Tasikmalaya) adalah meliputi 14 wilayah distrik (setara dengan sebutan Kewadanaan) dan 254 Desa, dimana salah satunya adalah Desa Mandalahayu yang berada di Distrik mandala (sekarang Kecamatan Cikatomas). Jadi jelas bahwa nama Distrik Cikatomas atau Kecamatan Cikatomas maupun Kewedanaan Cikatomas belum dikenal sampai Tahun 1888 M. Seiring dengan diberlakukannya Peraturan Desentraslisasi dan Otonomi Pemerintah Hindia Belanda di Tasikmalaya pada Tahun 1926, maka wilayah Kabupaten Tasikmalaya (sesudah berganti nama) mengalami perubahan setelah digabungkan satu sama lainnya hanya tinggal 10 Distrik. Salah satunya adalah Distrik Cikatomas yang berganti nama menjadi Kewadanaan Cikatomas dengan membawahi 3 (tiga) Kecamatan yaitu ; Kecamatan Cikatomas, Kecamatan Cikalong, dan Kecamatan Salopa. Dari sini kita Tahu awal mula terbentuknya Kewedanaan Cikatomas dan Kec. Cikatomas, yaitu berdiri Tahun 1926 M yang berpusat di Kec. Cikatomas sekarang, Sementara Distrik Cikatomas sudah terbentuk sebelum Tahun 1926 M tetapi belum digunakan pada Th. 1922 M karena pada Tahun itu masih bernama Distrik Mandala. Menurut perkiraan, perubahan nama Distrik Mandala menjadi Distrik Cikatomas terjadi seiring yaitu pada Tahun 1924 M pada masa Rd Wiratanuningrat ( Dalem Bintang/ Wiradadaha XII), sementara pada waktu itu Kuwu Cikatomas dipegang oleh Natawijaya ( Kuwu Bintang), ini terjadi mungkin karna sentimen asal usul, dimana Natawijaya keturunan Kp. Cikatomas Desa Cikatomas (Kp. Cikatomas, Ds. Cogreg Kec. Cikatomas sekarang) sehingga mengubah nama Distrik Mandala menjadi Distrik Cikatomas, sesuai asal usul keluarganya/ Karuhunnya yang lebih dulu menamai Desa Cikatomas untuk pusat pemerintahan Distrik mandala yang sekarang berada di ( Kp. Pakemitan, Ds. Pakemitan Kec. Cikatomas Sekarang). GeografiBatas wilayah
PemerintahanDaftar kepala desa
Berikut adalah Daftar Kepala Desa Pakemitan dari masa ke masa:
CatatanReferensiCatatan kaki
Pranala luar
|